Soojae sudah siap 10 menit sebelum Hal Cora mengetuk pintu. Ketika Soojae keluar, dia melihat tiga orang gadis Aria berada di belakang Cora. Mereka bertiga adalah murid lama yang seumuran dengan Soojae, dan mereka semua tersenyum hangat menyambutnya. Soojae jadi merindukan rumah.Kapan terakhir kali Soojae bertemu teman-temannya? Mungkin 2 tahun lalu? Sebelum ibunya melarang bertemu dan berteman dengan orang kalangan bawah. Merasa dirinya tidak sendiri, Soojae merasa lega sekaligus sedih.
"Sebelum kita pergi ke rumah bordil. Izinkan aku memperkenalkan gadis-gadis ini kepadamu." Cora menoleh melalui bahunya. Tiga gadis itu dengan hangat membungkuk seperti tuan putri.
"Ini Giona Corvina," kata Cora, menunjuk gadis berambut putih yang memakai kacamata.
"Ini Azillah Corvina," Cora menunjuk gadis yang memiliki tubuh lebih berisi dari yang lain. Gadis itu tersenyum.
"Nala Corvina," kata gadis yang berdiri di antara temannya, tangan gadis itu terulur dan senyumnya lebar.
Melihat hal demikian, Cora mengerutkan alis. "Jaga sikapmu, Nala Corvina. Aku belum menyebut namamu."
Menyadari kesalahannya, Nala segera membungkuk. "Maafkan aku, Ibu kepala. Aku hanya terlalu bersemangat."
Ketika Nala mengangkat wajah, tatapan matanya bertemu dengan Soojae. Entah mengapa, seluruh bagian tubuh Soojae seperti dialiri listrik dan dia terpaku lama memandang Nala.
"Perkenalkan dirimu." Cora mempersilakan. Soojae dengan kikuk berkata, "Slava Dione."
"Kau dari keluarga bangsawan, ya?" tanya Nala tanpa aling-aling. Soojae tidak mengerti maksud pertanyaan gadis itu.
"Gadis dari bangsa Aria diberi nama belakang yang sama seperti istri raja, tetapi kebanyakan keluarga bangsawan boleh memakai marga sendiri."
"Oh ... kenapa?"
"Seharusnya kau tahu, itu sudah menjadi rahasia publik di sini."
Ketika Soojae memandang ke arah Nala dan dua gadis lainnya. Sorot mata mereka penuh oleh rasa tak berdaya dan takut, tetapi sepertinya keberadaan mereka di sana bukanlah atas dasar paksaan. Mereka seperti Soojae, hadir untuk mengikuti perintah raja demi menyelamatkan anggota keluarga masing-masing.
"Ya, sepertinya begitu."
Nala berkata lagi, "Warna rambutmu berbeda dari kami semua, bukan putih, tetapi abu-abu pucat. Apakah kau terkena sihir atau semacamnya?"
"Aku pernah mengalami Dark Sleeping."
Mata Nala berbinar oleh rasa kagum dan simpati. "Kalau begitu kau gadis yang kuat karena berhasil melewati masa sulit. Dark Sleeping bisa membunuh seseorang."
Ketika terbangun setelah tidur panjang, Soojae sendiri kaget dengan perubahan warna rambutnya. Abra mengatakan kalau perubahan warna rambut tidak akan mempengaruhi kesehatannya dan rambut abu-abu sangat cocok untuk penyamaran sementara. Sebab, Soojae akan langsung dicurigai kalau berkeliaran dengan rambut hitam.
"Sebaiknya kita pergi sekarang. Karena ini hari pertama bagi Slava, aku akan mengantar kalian sampai ke tempat tujuan."
Sementara mereka mulai berjalan. Nala berkata dengan berbisik di sisi Soojae. "Namamu unik, seperti nama Dewi penyelamat di buku sejarah sekolah."
Soojae ingin sekali menyahut, tetapi Cora menoleh ke belakang dengan tatapan penuh peringatan. "Nala, kalau kau terus mengoceh. Aku akan memanggilkan Selena untuk menghukummu."
Nala langsung menutup mulutnya dan tidak mengatakan apa-apa sepanjang mereka melangkah. Asrama itu berdiri dengan megahnya, setiap kamar dan lorong panjang yang mereka lewati terisi penuh oleh para murid. Setiap sudut tempat bersih, sunyi dan kental akan kepatuhan. Soojae sama sekali tidak melihat gadis-gadis berkeliaran tanpa membawa buku di setiap dekapan mereka. Asrama itu mirip seperti sekolah-sekolah di dunia manusia, tetapi tak pernah terdengar jerit tawa murid-murid yang ceria, tidak terdengar guyonan atau pun bisik-bisik dari kumpulan gadis-gadis di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With The Devil (SUDAH TERBIT)
FanfictionSejak umurnya beranjak dewasa. Han Soojae menderita penyakit aneh yang merenggut sebagian besar harapan hidupnya. Seorang tetua suku Nahulu berkata kalau Soojae telah dikutuk dan satu-satunya cara untuk mematahkan kutukan adalah dengan menikah. Akhi...