3.Kejelasan

10 1 0
                                    

Pagi ini aku sudah siap-siap untuk menanyakannya semua kekhawatiran ku akhir-akhir ini, terhitung sudah lewat 3 hari sejak aku yang melihat seorang perempuan menyentuh kepalanya dan entah kenapa hubungan kami malah jadi semakin renggang.

Hal ini jadi membuatku yakin untuk membicarakan hubungan kita. Paling tidak dia harus bisa untuk menolak ketika ada kejadian seperti itu lagi. Tapi apa aku akan berhasil? Tidak! aku harus percaya diri. Aku akan memastikan dia menjawab semua pertanyaanku.

Dan disinilah aku berada, di sebuah cafe dekat dari sekolah kita. 

Aku masuk kedalam, dan melihat dia sudah ada disana duduk dengan jari yang mengetuk ngetuk meja dengan pelannya sambil melihat ke arah jendela cafe, aku mendatanginya.

"Satya, kamu sudah lama menunggu?" Tanya Shazia kepadanya dan menarik tempat duduk yang ada di depan Satya untuk ia duduki.

"Tidak, pas sekali aku juga baru datang jia" Ucapnya sambil tersenyum, kalau dia begini aku tidak yakin untuk menghadapinya huft kenapa juga aku sangat lemah dengan manusia yang ada di depanku ini.

"Kamu sudah pesan minuman untukmu?" Tanyaku basa basi.

"Belum, aku menunggu mu untuk memesannya bersama" Ucapnya, membuat aku kaget.

"Astaga! Seharusnya kau pesan saja" Ucap Shazia dan langsung buru-buru memanggil pelayan dan memesankan minuman untuk mereka, Shazia tidak perlu bertanya lagi Satya ingin minum apa 4 bulan mereka bersama sudah cukup untuk Shazia mengetahui apa yang Satya inginkan.

Lalu, sambil menunggu pesanan mereka datang...

'Apa yang kalian pikirkan? kami mengobrol? aku juga mengharapkan itu.'

'Namun sekarang kami hanya berdiam diri dalam lamunan kecanggungan, entah kenapa. Padahal biasanya kita tidak secanggung ini jika berduaan?!'

'Kenapa menjadi seperti ini?! Aku harus memulainya!'

"Satya."

"Shazia."

'Ah. kami jadi memanggil nama satu sama lain...'

"Kamu saja dulu, sepertinya ada yang ingin kamu obrolin." Ucap Satya terlebih dulu.

"Tidak-tidak mending kamu saja dulu Satya, kamu juga ingin membicarakan sesuatu bukan?"Tanya Shazia kepadanya, dan dalam batin Shazia berharap dia ingin menceritakan sesuatu yang memperjelas ke-khawatiran nya selama ini.

"Oh! Atau, bagaimana kalau kita mengucapkan nya barengan dalam hitungan ketiga?" Saran Satya dengan muka yang berbinar, di mata Shazia itu terlihat sangat menggemaskan seperti anak kucing yang baru saja mendapatkan whiskas dari pemiliknya.

Shazia refleks tertawa kecil melihat nya, membuat Satya melihat nya dengan bingung, "Apa ide nya aneh?" Tanyanya hati-hati, yang malah membuat Shazia semakin gemas.

'jarang sekali dia seperti ini aku jadi ingin mencubit pipinya.'

"Pfft, tidak hanya saja kamu gemes banget aku jadi mau menggigit pipimu saking gemasnya, tapi ku urungkan aku akan mencupit pipi mu saja" Ucap Shazia sambil mencubit pipinya dan sesekali tertawa melihat ekspresi nya yang kesal.

Shazia jadi ragu apa dia bisa bertanya kepadanya kalau Satya se-menggemaskan itu, katakanlah Shazia lebay dan dia tidak akan membantah karena nyatanya Satya pacar nya, menurutnya memang se-menggemaskan itu, tidak hanya lucu menurutnya Satya juga cakep sekali apalagi kalau sisi yang dianggapnya keren itu muncul. Shazia memang sangat lemah kalau sudah berhadapan dengan kekasih nya itu, atau lebih tepatnya bucin.

"Baiklah, kalau begitu aku hitung dan kalau sudah hitungan ketiga kita akan mengatakan nya bersama-sama" Ucap Satya yang dijawab anggukan oleh Shazia.

"Satu"

SAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang