Esoknya, Han langsung diberangkatkan menuju pesantren yang sudah ditetapkan oleh sekolahnya itu, setelah ayah dan ibunya mendatangi ibu kepala sekolahnya.
Sat ibu dan ayahnya pergi, Han mengemasi semua perlengkapan yang akan ia bawa dan akan ia butuhkan di sana. Terkadang terlintas dalam benaknya, di sana ia bisa sebebas di rumah atau tidak.
"Huft!" Han menghela napas dan duduk bersandar di sofa ruang tamunya. Semuanya terlalu mendadak. Ia bahkan sebenarnya belum siap.
Han menoleh saat ia melihat mobil ayahnya sudah ada di depan rumahnya. Itu tandanya, ia akan diberangkatkan sebentar lagi. Akhirnya, setelah ia sudah berkemas dan semua barangnya sudah tertata rapi pada koper dan tasnya itu, Han berangkat meninggalkan rumah yang ia cintainya. Ayah dan ibunya hanya mengantarnya sebentar saja, lalu pulang lagi.
Tak lupa, ketika ia dan orang tuanya sudah sampai pada padepokan yang bertuliskan Pondok Pesantren Al-Barkah yang terletak di Jombang - Jawa Timur itu, mereka langsung menyerahkan anak mereka pada pihak pondok dan mereka juga meminta maaf apabila Han, anak mereka itu selama di pondok ini membuat kekacauan nantinya. Karena, bisa dipastikan oleh kedua orang tua Han, bagaimana kelakuan Han nantinya. Di sekolah dulunya saja, ia sering membuat kekacauan. Bahkan, Han dicap sebagai 'Biang Kerok'.
"Assalamu'alaikum... saya ingin mengantarkan anak saya, Handoko Jigar, kemari. Karena pihak sekolahnya yang meminta Han untuk dipindahkan ke dalam pondok pesantren ini," ucap ibunda Han dengan lembut dan sopan. Lelaki tua yang berjenggot putih panjang mengenakan sorban dan peci haji itu pun tersenyum. Han menoleh, ia meyakini bahwa lelaki tua tersebut adalah kyai dan tetua pondok pesantren ini.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, nggih. Mangga, Han bisa langsung belajar di sini," jawab kyai itu lembut sembari tertawa pelan. Ibu dan ayah Han tersenyum.
"Tapi... anu.... Mohon maaf pak kyai." Ibunda Han tiba-tiba berucap. Kyai itu mengernyit.
"Saya dan suami saya mohon maaf apabila Han nantinya akan membuat kekacauan di sini. Karena, pasti pak kyai sudah membaca catatan Han selama ia bersekolah di SMA Negeri 98," sambung ibu Han lagi. Han tertegun. Ia hanya bisa menunduk malu dan memainkan kuku jarinya. Kyai itu tersenyum lagi.
"Nggih, tidak apa-apa. Han bisa belajar untuk tidak mengulangi kesalahannya dan belajar menjadi pribadi lebih baik lagi," jawab kyai itu. Ibu dan ayah Han tersenyum lega. Mereka menatap anak sematawayangnya itu yang sedari tadi hanya berdiam diri dan asik memandangi ubin yang sedikit retak di dekat kakinya.
"Han?" panggil ibundanya. Han menoleh.
"Mamams, sama Papap pulang ya. Kamu di sini jangan nakal lagi! Nurut sama yang disuruh pak Kyai Mahmud," ucap ibundanya itu dan tiba-tiba menangis. Ia langsung memeluk Han yang terpatung. Karena ia juga merasakan sedih akan berpisah dengan kedua orang tuanya. Tapi anehnya, untuk menangis saja ia tidak mampu.
Setelah adegan bak Teletubbies itu selesai, ibu dan ayah Han akhirnya pulang. Han yang jarang sekali beribadah dan tidak tahu banyak tentang agamanya itu, akhir dibimbing langsung oleh Kyai Mahmud, kyai yang menjadi tetua di pondok tersebut.
"Nah, ayo sekarang kamu berwudhu dulu," ucap pak kyai pada Han. Han mengangguk dan langsung memposisikan dirinya di depan kran air yang menyala itu. Namun karena gerakannya yang terkesan asal-asalan dan terbalik-balik membuat pak kyai itu menggelengkan kepalanya pelan.
"Salah ya?" ucap Han sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia meringis malu.
"Ini sih ketauan kalo tiap pelajaran agama kamu bolos ke kantin," ucap kyai itu menghela napas panjang. Han terkekeh kecil.
"Hehe, pak kyai tau aja," lirihnya.
"Nih, pak kyai contohin. Kamu perhatiin baik-baik ya, Han," perintah kyai itu dan Han memerhatikan secara seksama gerakan wudhu yang dilakukan oleh pak kyai Mahmud. Ia mengangguk paham dan mengerti. Setelah pak kyai selesai, ia menyuruh Han untuk mencoba lagi dan Han sudah bisa melakukannya. Pak kyai mengacungkan jempol kanannya dan Han terlihat bersorak girang. Memang seharusnya mengajari sosok Handoko Jigar itu dengan kesabaran yang ekstra. Agar Han mengerti dan bisa memaknai apa yang ia pelajari di pondok ini, pikir kyai Mahmud.
![](https://img.wattpad.com/cover/327535633-288-k238156.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Wanita Bercadar • Han Jisung x You ✓
FanfictionTentang Han, sosok pemuda nakal dan kehidupan barunya di pondok pesantren Al-Barkah yang membuatnya bertemu dengan sosok Y/n Saphira Al-Mahira, seorang santriwati bercadar pindahan dari Mesir. Cast : Han Jisung as Handoko Jigar You as Y/n Saphira Al...