Halte 1A

75 5 0
                                    

Pertengahan Maret 20xx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertengahan Maret 20xx

Selasa, pukul 11:09 PM

...

Seorang lelaki berlari kewalahan saat melihat bus terakhir yang ingin dia tumpangi akan segera berangkat.

"Tunggu!"

Sudah di pastikan Ia harus merogoh kocek lebih mahal untuk menaiki taxi jika Ia tertinggal bus. Dan itu sangat tidak Ia inginkan. Ia harus berhemat.

Ia mempercepat langkah ketika tangannya berhasil menyentuh bagian belakang bus.

Untunglah sang sopir mampu melihat bayangannya melalui kaca spion dan berbaik hati untuk menunggunya.
"Aku pikir kau tidak akan naik bus malam ini." Ucap sang sopir.

Yang diajak bicara mengangguk singkat sambil menempelkan kartunya.

Ia mengusap peluhnya dengan sapu tangan yang selalu Ia bawa.

"Tidak, Aku terlambat karena harus lembur sedikit tadi." Balasnya.

"Ya sudah, duduklah.." Sang sopir menepuk pelan lengan kirinya.

Ia mengangguk lagi sebagai balasan.

Sudah hampir dua minggu ini Ia selalu pulang menaiki bus malam. Ia punya kendaraan pribadi, namun sedang tidak bisa Ia gunakan saat ini.

Akhir bulan lalu mobilnya mengalami kecelakaan. Ya mobilnya, dia tidak, karena saat itu mobilnya sedang di pinjam oleh sahabat dekatnya dan naas mengalami kecelakaan.

Ia tidak tahu persis detail kejadiannya, yang Ia tahu mobilnya menabrak tembok bangunan karena menghindari seorang pengendara sepeda.

Syukurlah sahabatnya tidak terluka parah. Namun karena merasa bersalah, sang sahabat menawarkan full body repair untuk mobilnya.

Tentu saja Ia mengiyakan. Ia malah berpikir, kenapa tidak sekalian dibelikan mobil baru saja. Lagian sahabatnya itu kaya raya.

Tetapi sepertinya terlalu melunjak jika meminta mobil baru. Ya sudah, jadilah mobilnya saat ini masih dalam perbaikan.

Kembali lagi ke keadaan di dalam bus. Hanya ada empat orang penumpang termasuk dirinya saat ini. Ya memang seperti itu, penumpang bus terakhir memang jarang sekali lebih dari lima orang.

Kota yang Ia tinggali ini bukanlah kota metropolitan yang tidak pernah tidur. Kota ini termasuk kota kecil yang sepi.

Seperti biasa, Ia memilih tempat duduk di bagian pojok belakang sebelah kanan.

Tepat ketika Ia mendaratkan dirinya di kursi penumpang, rintik gerimis mulai jatuh membasahi bumi.

Ia buka sedikit kaca jendela di sampingnya, membiarkan aroma hujan menyeruak masuk bersama dengan semilir sejuk angin malam.

Ia lelah. Internship-nya berjalan lancar. Senior-seniornya sangat mengandalkannya, sehingga banyak yang membebankan tugas-tugas kecil tambahan pada dirinya.

Night Bus || Banginho SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang