01_AWALAN

9 2 4
                                    

 Di dalam ruangan sunyi yang temaram dengan hanya di sinari lampu tidur kemuning memperlihatkan seorang gadis di sudut ranjang tengah menahan isakannya, tubuhnya bergetar dengan nafas yang tersenggal-senggal air mata masih terlihat mengalir di kedua pipinya, ia memukuli dadanya berulang kali berharap dapat mengurangi rasa sesak itu.

Entah apa yang ia alami hingga membuatnnya terlihat sangat menyedihkan, dengan jemari yang bergetar ia mengetik sesuatu di layar ponselnya.

" Angkat gar " lirihnya parau saat telpon itu tak juga terhubung

" hallo apaan sii!?gue lagi man game! gak usah ganggu bisa gaa! " suara laki-laki yang sangat di cintainya terdengar marah membuat tangis itu seketika pecah kembali ia memeluk dirinya sendiri membenamkan wajah nya di antara lipatan tangan,

" gar, sakit " lirihnya tersenggal-senggal, isak tangis nya memenuhi ruangan yang gelap dan""" dingin mencekam

.......

Gadis bernama Nayara Seren Ataleta itu tengah sibuk mengemas buku- buku sekolah nya kedalam tas, mata sembab yang mengerikan menjadi bukti bahwa ia melewati malam yang panjang dengan tidak mudah

Naya sapaan nya, menangis hebat semalaman karena sang ibu yang terus memukulinya hal itu di picu karena naya lupa mematikan kompor saat merebus air, ia bukan dengan sengaja lupa tapi karena sibuk membersihkan sepatu yang terkena hujan kemarin.

Beberapa luka memar terliha di lengan kecil nya, memar bekas sabetan yang melintang dari siku hingga pergelangan tangan terlihat mengerikan dan sangan menyakitkan. Tapi bagi naya itu adalah hal biasa bahkan hanya pukulan kecil.

" Pagi Ma " sapa nya keapada sang ibu yang tengah menikmai sarapannya

Fany, ibunya melirik naya sekilas ia berdehem menaruh sendok yang berbunyi nyaring membuat Naya tersentak

" Kenapa anak pembunuh kaya kamu harus ada di depan saya! " Ucapan yang biasa dikatakan itu selalu membuat hatinya tertusuk hingga Naya tak mampu mengeluarkan suaranya

" Harusnya kamu yang mati! kenapa ga kamu aja! "

" Kamu tau!? Gimana menderita nya punya anak kayak kamu?! Gara-gara kamu Nara mati!! kenapa justru kamu yang masih hidup! " teriaknya keras melempar piring yang langsung pecah

Susah payah Naya menelan saraan nya yang terasa pahit mencekik tenggorokannya, ucapan Fany menusuk dalam hati nya menancap dengan sangat kuat hingga menimbulkan lubang mengerikan disana,

" Ma, bukan aku yang bunuh Nara, kenapa mama ga pecaya si " tangis nya tumpah dengan bibir bergetar menahan tangis

" Ada apa si, pagi-pagi udah ribut " seorang gadis brambut bergelombang datang dengan tas di tangan nya, ia duduk di sisi Fany yang menyambutnya hangat

" Kamu sarapan dulu, jangan peduliin dia "Naya mengalihkan pandangannya yang menyakitkan saat Fany justru bersikap sangat lembut kepada kakak nya,

" Ma, nanti siang aku mau ke mall sama temen-temen mah, pulang malem kaya nya "

" Yaudah, hati-hati yaa" sahut Fany lembut mengusap kepal gadis itu penuh kasih sayang, Naya menggenggam erat sendok di tangan nya yang bergetar srasa sakit dan pahit menusuk kerongkongan hingga hati nya.

" Cepetan abisin makan nya! saya gak mau lama lama liat kamu! salah apa saya sampe tuhan ngasih anak kaya kamu! " Naya menundukan kepala nya dalam air matanya berjatuhan

Ibunya sendiri tega mengatakan hal itu selama masa pertumbuhan nya, Naya tak pernah di perlaukan dengan baik layaknya seorang anaka kandung semenjak Nara, kembarannya yang mati jatuh dari balkon

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang