Aroma kopi yang menyerbak di setiap sudut ruangan sudah merupakan hal biasa. Ia sudah terbiasa menghirup aroma ini setiap harinya. Kara asik mengilap meja yang sudah di tinggali pengunjung itu.
Coffe Shop hari ini tidak ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa pengunjung yang tengah asik menyesap minuman berkaffein itu.
Lonceng yang bergemerincing itu membuat Kara menatap pada seseorang yang berjalan menghampirinya. Lelaki itu tersenyum teduh.
"Sepi banget." tutur gadis itu, kemudian ia menarik kursi di depannya.
"Kara, Piccolo Latte-nya satu." seru gadis itu yang membuat Kara tergelak.
"Di tunggu." ucapnya dan beranjak dari meja itu.
Laptopnya sudah Lira buka sedari tadi, perkerjaanya sedikit lagi selesai. Tadi di rumah sudah ia angsur. Tapi karna jengah dengan keadaan orang-orang di rumah, Lira memilih mencari pencerahan. Gadis itu berakhir di sini, di sebuah Coffe Shop bernuansa coklat dengan gaya Perancis.
"Sumpah! Gue capek banget ngerjain skripsi terus ngerjain freelance," dengusnya.
"Namanya juga hidup ga ada yang ga capek. Tidur aja capek juga, kan?" katanya dan menaruh segelas Piccolo Latte yang di pesan Lira tadi.
"Iya sih ga ada yang ga capek, tapi gue salut sama lo. Lo bisa jalanin semuanya." gadis itu menyesap Piccolo Latte yang sudah menjadi kopi favoritenya.
Kara tersenyum begitu lembut. "Lo salah satu orang yang buat gue bisa jalanin semuanya. Lo juga salah satu alasan gue tetap ada di sini." bathinnya.
Kara mengusap lembut buih yang tertempel di ujung bibir Lira. Gadis itu mengerjapkan matanya, Lira usap kembali bibirnya sendiri dengan tisu.
"Lo kerja ga usah nemanin gue di sini." ketusnya.
"Iya bawel...." Kara terkekeh, membuat Lira mengerinyitkan dahinya.
"Gue bukan bawel ya.... kalau bos lo liat, lo duduk-duduk doang. Kaga ada kerja gini yang ada lo dipecat Kara..."
"Iya.... ini gue balik kerja." Kara berdiri dari depan Lira, lelaki itu berjalan menuju bar di depan sana.
Punggung lebar nan tegas itu membuat Lira tersenyum tipis.
"Lo hebat Kara." monolognya.
Sudah sangat lama Kara bekerja di Coffe Shop ini. Tempat di mana ia mencari nafkah buat dirinya sendiri. Untuk makan, biaya kuliah dan kehidupan lainnya.
Ia mengambil shift malam. Pagi sampai sore kuliah, malam bekerja mencari sesuap nasi.
Kara tidak hanya bekerja di Coffe Shop ini, ia juga mengambil kerjaan sampingan seperti freelance. Lumayaan mengerjakan freelance juga cukup membantu keuangnya.
Pekerjaan sampingan itu di kenalkan Lira, gadis itu sering sekali melakukannya demi mendapatkan tambahan uang jajan.
Dari bar depan sana, Kara tak hentinya memandang Lira. Gadis itu masih asik dengan laptopnya. Saat Lira berdiri Kara pun ikut meneggakkan duduknya.
"Tutup jam berapa?" tanya gadis itu yang sudah menjulang tinggi dihadapan Kara.
"Lima menit lagi." Lira memperhatikan setiap sudut yang sudah kosong. Jadi sedari tadi hanya ada mereka berdua saja?
"Udah ga ada orang." bulu kuduknya tiba-tiba saja merinding. "Kalau kita berdua doang yang ketiga berarti setan, makannya ni bulu kuduk gue merinding." bisik Lira.
Kara tergelak mendengar penuturan sang gadis. "Ya udah. Ayo deh pulang. Kasihan juga setan di sini." Kara mulai membuka apron yang terpasang di badannya.
"Gue ganti baju kebelakang dulu. Tungguin gue, Ra." Lira mengangguk.
Pintu kafe sudah dikunci rapat oleh Kara.
"Lo mau langsung pulang?" tanya Kara.
"Sebenarnya gue malas pulang, sumpek di rumah. Lo gimana?"
"Ya udah kalau gitu kita jalan-jalan ke taman dulu." ucapnya kemudian mulai menghidupkan motornya.
"Naik." suruh Kara.
Motor itu membelah jalanan yang tidak begitu ramai. Udara malam ini terasa amat sejuk. Sang bulan purnama bersinar paling terang di atas langit sana.
Motor itu berhenti di sebuah taman yang tidak begitu sepi. Dua anak manusia ini berjalan di temanin oleh sinar purnama yang begitu terang.
"Kalau bulan engga ada, mungkin dunia gelap kali ya." tutur Kara.
"Masih ada bintang sama lampu jadi ga gelap-gelap amat." gadis itu berhenti berjalan dan terduduk di bangku taman. Kara mengikut, dia juga sudah duduk di sebelah Lira.
"Sinar bulan perannya penting banget. Bintang, walaupun beribu tapi dia ga akan bisa mengalahkan satu cahaya yang paling besar." mata Lira beradu tatap dengan mata almond milik Kara. Gadis itu terdiam memandang bola mata Kara, pupil mata Kara menampakkan sosoknya yang begitu ayu.
Lengan kekar itu menyelipkan anak-anak rambut Lira yang berantakan. "Sama seperti kamu Lira." gadis itu membeku di tempatnya. Bola matanya mengisyaratkan keterkejutan.
Jaraknya semakin terkikis. Deru nafas Kara terasa hangat di wajahnya. Aroma mint itu menyerbak di indra penciumananya. Jantung Lira rasanya ingin copot saat Kara mencium tipis bibirnya.
Gadis itu terdiam, ia tak ingin menampar wajah lelaki di hadapannya. Aroma mint itu sungguh membuat hatinya tenang.
Rahangnya sudah di tangkup Kara dengan kedua lengan kekar itu. Tanpa izin dari sang empu, pria itu melumat bibir mungil itu. Lira tak membalasnya, gadis itu masih terdiam dan membiarkan pria itu bermain sendirian.
"Aku rasa aku jatuh hati sama kamu lebih dari sekedar rasa seorang teman."
"After I fell in love with you, I’m so in love with my life."
Lira tatap mata dengan sorot seindah bulan purnama itu. Gadis itu geming tanpa suara.
"Kara." lirihnya.
"Iya."
Entah atas perintah siapa atau memang yang ketiga adalah setan yang sudah menggodanya. Gadis itu membawa kedua lenganya keatas pundak Kara, kemudian melumat bibir Kara terlebih dulu, ia tergoda.
Aroma mint yang sering ia baukan dulu kini dapat ia rasakan. Saling bertukar saliva. Ciumanan itu semakin menuntut. Temarannya penyinaran malam ini membuat dua insan ini terbuai asmara.
Memang yang ketiga adalah setan. Sudah di goda setan.
🧩
Ternyata benar ya, Kara.
Bukan cuma kabar burung tapi semuanya nyata. Kau mengakuinya. Mulut mu telah mengucap apa yang aku ragukan dulu.Tialira Arsyana
KAMU SEDANG MEMBACA
Karunasankara [ON HOLD]
Teen FictionHujan kala itu membuat aku resah akan hadir mu. Mencari kesana kemari, hingga lelah dan akhirnya bertemu. Namun hujan saat ini membuat aku kembali resah, resah akan kemana ku cari lagi sosok seperti mu? "Kara....bisa datang sebentar? Aku mau jujur...