00

200 14 4
                                    

"Gue kan udah bilang sama lo. Gue minta lo jadi pacar gue hanya karena gue merasa bersalah karena udah nabrak Ibu lo sampai meninggal," sarkas Bintang. Kedua matanya menyala tajam.

Jihantira hanya bisa tersenyum getir. Ia tau bahwa dia hanyalah seorang gadis malang yang beruntung memiliki kekasih seperti Bintang.

Bagi Jihantira, Bintang adalah sumber kebahagiaannya.
Tapi bagi Bintang, Jihantira adalah sumber penderitaanya.

Mereka berdua sangat berbeda, Bintang dan Jihantira, latar mereka sangat bertolak belakang.

"Lagipula gue mana mau punya pacar yang gak bisa melihat," kekeh Bintang.

Bintang membawa rambut Jihantira ke belakang telinga gadis itu. "Lo gak bisa gue kenalin ke teman-teman. Apa kata mereka nanti kalau seorang Bintang Cahaya Fajar punya kekasih buta," ujar Bintang tersenyum smirk.

●●●●●●●●

"Bintang, kamu dimana? Aku takut," lirih Jihantira meraba barang-barang yang ada di sekitarnya.

"Berisik! Lo itu udah terbiasa hidup sama kegelapan, kan? Jadi gak usah merasa ini pertama kalinya lo bersama kegelapan," hardik Bintang.

Jihantira terdiam, semua kata-kata yang dilontarkan Bintang untuknya hanyalah sebuah penghinaan, terkadang Jihantira ingin mengakhiri hubungannya dengan cowo itu, tapi ia tidak bisa karena hidupnya tergantung pada Bintang.

"Maaf, aku cuma takut petir. Ak-aku cuma mau dekat sama kamu," ujar Jihantira terbata-bata.

Bintang menatap lekat Jihantira yang berdiri di depannya. Padahal gadis itu sudah sangat dekat dengannya, tapi ia tidak bisa menyadari keberadaan Bintang.

"Punya pacar buta emang ngerepotin!" sinis Bintang menarik kasar pergelangan tangan Jihantira untuk duduk di sampingnya.

"Makasih, Bintang."

Bintang tercekat melihat senyum tulus yang terpatri di wajah Jihantira.

●●●●●●●

"Kamu lagi kenapa sih, Bintang?"

"Kenapa apanya?"

Jihantira tersenyum tipis, namun detak jantungnya bertalu dengan cukup cepat.

"Kadang aku gak ngerti sama kamu. Hari ini kamu bersikap sangat baik, tapi nanti kamu jahatin aku lagi," ujar Jihantira terkekeh di akhir kalimatnya.

Laki-laki yang duduk di samping Jihantira membawa kepala gadis itu untuk bersandar di bahunya. "Bukannya kamu ini pacar aku? Jadi udah seharusnya aku bersikap manis kayak gini sama kamu," ujarnya mengelus lembut pipi Jihantira.

Jihantira mengangguk, ia meraba wajah kekasihnya. "Aku senang karena kamu mau anggap aku sebagai pacar kamu. Tetap bersikap seperti ini ya, Bintang."

"Bintang," panggil Jihantira.

"Hmmm."

"Aku sayang kamu," kata Jihantira.

"Aku--ak-aku juga sayang sama kamu, Jihantira Ralovmin."

●●●●●●●

Next?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STARLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang