1

3 1 0
                                    

Hai my beloved people, happy reading

.
.
.

"Bunnn~ bundaaa!! Aku gak mau sama diaaa~~. Dia menyeramkan!!! Uuuu, takuuuut." Seorang gadis merengek sambil menangis di pangkuan seorang wanita paruh baya yang menatap iba pada gadis di pangkuannya. Ia tidak bisa membantah perintah suaminya. Disisi lain, ia tidak suka anaknya menderita seperti ini. Cukup dengan penyakit putrinya saja, ia berharap itu tidak ditambah.

"Hikari Alinka Farazea. Bisa diam sebentar? Saya disini ingin membahas sesuatu bersama mereka. Dan kau, Livia, didik anakmu dengan benar. Jika terjadi keributan dan membuat mereka tidak nyaman, kau tau apa yang akan terjadi selanjutnya."

Setelah mengatakan itu, pria yang tadinya menatap dingin ibu dan anak itu, mengubah raut wajahnya. Ia ingin menemui tamu penting yang sedang menunggunya di ruang tamu. Membahas hal penting. Meninggalkan dua wanita yang menatapnya dengan tatapan sedih.

"Bunnn. Alin gak mau pisah dari bundaaaa.. Alin mau sama bunda ajaaa!! Alin gak mau sama diaa!! Laki - laki itu gak suka Alinnn. Dia natap Alin tajam, bundaaaa!!" Alinka berusaha menahan suaranya. Ia tidak ingin ayahnya marah. Itu bisa berdampak buruk baginya dan bundanya.

Livia menatap anaknya iba. 'Setidak mampu itukah ia sampai tidak bisa membantu anaknya?' Pertanyaan itu terus berkeliaran di pikirannya tanpa henti.

Livia mengalihkan pandangannya ke arah ruang tamu sembari terus mengelus rambut putrinya. Perjodohan. Kata itu terus terngiang di kepalanya saat melihat kolega bisnis suaminya yang datang membawa anak mereka. Ditambah dengan respon yang tidak terduga dari Alinka yang biasanya bisa dengan cepat membaca situasi.

Alinka yang terus-menerus mengatakan tidak mau pergi darinya, tidak mau bersama dengan pemuda disana, membuat pemikiran Livia menjadi benar-benar kalut. Apalagi ujian dari Tuhan kali ini? Kenapa harus anaknya lagi?

"Ck, ck, ck. Joyya sayang, kamu pasti terganggu dengan mereka? Apa perlu mama menyuruh mereka pergi untukmu, hm?" Dua wanita lain datang menghampiri mereka. Usia mereka terpaut jauh, itu terlihat dari wajah mereka. Mereka adalah ibu dan anak lainnya yang tinggal di rumah itu.

Gadis yang dipanggil Joyya, yang awalnya menatap layar ponselnya lalu melirik ibunya sebentar, setelahnya ia menatap dua wanita dihadapannya yang sedang duduk di sebuah sofa. Ah, tidak. Hanya satu orang, satu orang lainnya duduk di bawah sambil menangis di pangkuan ibunya.

Joyya tersenyum tipis. Moodnya yang awalnya buruk langsung membaik saat melihat pemandangan di hadapannya.

"Alinka!! Astaga... Siapa yang membuat mu menangis? Ayah lagi ya?" Joyya berjalan ke arah Alinka lalu berhenti saat ingin mencapainya. Ia merentangkan tangannya, mengundang Alinka untuk masuk ke pelukannya.

Dan seperti dugaannya, Alinka yang polos langsung menghambur ke pelukannya. Ia mengusap usap pelan punggung adik tirinya yang sedang menangis di pelukannya.

Ruella Joyya Wilantara. Gadis cantik yang dikenal baik hati dan sangat menyayangi adiknya. Terkadang orang tidak menyukai Alinka yang bertindak seolah memonopoli Joyya hanya untuk dirinya.

"Kakaaak!! Kak Joyya!!! Aku takutttt!! Emm... Papa mau misahin aku sama bundaaa!! Hikss,... Aku gak mauuu.. aku juga gak mau pisah dari kakaaaakk!!" Alinka semakin mempererat pelukannya.

"Lin... It's okay, I'm here now. Ayah gak akan bisa memaksa kamu pergi."

Alinka menatap Joyya. Ia menghapus air matanya sambil mengangguk - anggukkan kepalanya seperti anak kecil. Ia tersenyum mengembang sampai matanya membentuk sabit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang