Di Buat Gila

95 7 1
                                    

Aku langsung masuk ke kelas dan duduk di bangku ku, suasana hatiku sedang buruk hari ini. Bahkan ketika aku duduk menimbulkan bunyi beradu antara bangku dengan lantai.

"Huft, panas banget si hari ini." maki ku hari ini. Deru napas ku tidak beraturan berusaha mengontrol emosi.

"Apaan si Ndra. Cuaca lagi dingin begini dibilang panas. Sakit lu?"

Aku langsung menoleh kearah teman sebangku ku yang sedang sibuk mencontek tugas sekolah yang seharusnya dikerjakan di rumah. "Hati gua yang panas. Rin!" sahutku asal.

Aku mengambil buku lalu membantingnya menimbulkan suara keras. Membuka lembaran demi lembaran yang kemungkinan besar kertasnya akan sobek. Satu kata yang mengganjal di hatiku. Muak. Sungguh aku muak dengan semua ini.

"Lu bisa pelan-pelan gak sih anjirt. Berisik."

"Bacot lu! Kelas lebih berisik daripada gua."

"Lu tuh ada disamping gua tolol. Jadi wajar gua bilang berisik."

"Bacot." Aku merebut contekan Rin dan membawanya ke meja ku. Aku dengar Rin berdecak kesal karena kelakuan ku. Tapi, sungguh aku benar-benar muak pagi ini.

"Lu kayak anjing ya. Pagi-pagi sudah bikin berisik. Ngajak ribut aja si lu bangsat! Berdua sama gua!" Rin merebut contekannya lalu menaruhnya di tengah-tengah meja.

Kami sama-sama diam mengerjakan tugas sekolah, aku menghembuskan napas berkali-kali. Bahkan menulis saja aku sampai memerlukan tip-Ex sampai berkali-kali.

"Bisa gak sih hari ini gak ada yang bikin gua marah!!" maki ku kesal sambil menekan tip-Ex. Kesal banget hari ini.

"Lu anjir yang bikin gua marah pagi-pagi. Dasar manusia gak tau diri."

"Bisa diam gak sih, Berisik!"

"Dih najis. Gak waras," cibirnya lalu melanjutkan menulis.

Oke, Riandra. Tarik napas. Buang pelan-pelan. Tidak perlu kesal hanya karena hal sepele, kamu ini sebentar lagi akan lulus dan kamu akan mencari pekerjaan yang layak. Tidak menjadi beban keluarga lagi. Sabar, sabar.

Tidak terasa bel sudah berbunyi, dan kami sudah selesai mencontek tugasnya. Kami menunggu selama lima belas menit tapi guru juga belum menandakan kalau ingin muncul dan mengajar di kelas.

"Jadi, cerita sama gua. Sebenarnya lu kenapa?"

"Panas banget hati gua. Ngeliat si Aaron di story' Instagram."

"Yang bareng sama ceweknya itu?" Aku langsung mengangguk sambil menghela napas.

"Kenapa mesti panas sih?"

"Panas lah, gua tuh masih penasaran sama dia."

"Tapi Ndra ... lu tau kan, kalo si Aaron itu sering main cewek apalagi sampai melakukan hal itu. Dia tuh cowok brengsek ngapain lu penasaran? Lu tau sendiri kalo di story' dia tuh di hotel bareng sama ceweknya. Abis bangun tidur sekamar. Sudah pasti dia tuh habis melakukan hal-hal yang gak wajar."

"Gua tau Rin ... gua tau ...." entahlah hatiku merasa panas ketika diberitahu kebenaran itu.

"Ya terus lu kalau sudah tau buat apa lu masih penasaran sama dia? Lagian lu sama dia juga sudah lost contact. Udahlah Riandra. Jangan gila, apa jangan-jangan lu suka sama dia?"

Aku terpaku, hatiku rasanya semakin kacau ketika Rin berkata seperti itu kepadaku. Memang aku suka sama dia?

"Gua ada ide."

"Apatuh?" alis Rin sampai mengerut karena ingin tahu apa yang selanjutnya ingin ku katakan.

"Gimana kalau gua pelet dia? Biar dia tergila-gila sama gua?" tanyaku sambil menaik turunkan alis karena ide gila ku. Sepertinya menarik.

"Lu beneran sudah gila ya Ndra. Lu mau jadi korban berikutnya?"

"Enggak. Tapi menarik saja gitu kalau pelet dia. Gua mau buat Aaron gila."

"Terserah lu deh ya Ndra. Gua males berurusan sama Aaron. Gua rasa lu beneran suka deh sama dia."

"Iya kali ya gua suka sama dia."

Aku membayangkan wajahnya yang tampan turunan antara Belanda dan Indonesia. Ganteng banget gila.

Aku menggebrak meja, suasana hatiku menjadi baik karena membayangkan wajahnya. Aku senyum seperti Joker, bahkan Rin sampai bergidik ngeri melihatku.

"Gua suka sama dia tuh karena ganteng, gila. Turunan bule juga. Ya kali gua lewatkan gitu saja, pokoknya mau gua pelet."

"Ya ganteng, tapi dia bejat bego. Otak lu ke geser kayaknya."

"Ya kan emang yang good looking itu menarik walau kelakuan bejat. Pasti selalu dibela."

Rin menghela napas lelah, sambil memainkan handphonenya lalu mengangguk. "Otak lu beneran geser kayaknya."

"Otw gua sakit hati sih ini. Nanti kalau dengar kabar gua mati, jangan kaget ya."

Rin mengangguk, "Gua kirimin doa terbaik, plus foto Aaron gua taro di makam lu."

Aku hanya memberikan cengiran kuda. Baiklah ide gila akan kulakukan setelah pulang kerja part time nanti.

Aaron, Aaron. Pesonamu membuatku gila, aku akan membalas mu membuatmu menjadi gila karena ku. Aku sih tidak peduli akan seperti apa resikonya nanti. Siapa suruh jadi laki-laki yang ganteng. Haha. Aku belajar dulu ya bestie, biar nanti bisa pelet si ganteng Aaron hahaha.

***

Akhirnya jam pulang sekolah sudah tiba. Aku lelah karena belajar tapi aku harus tetap bekerja malam ini, belum lagi nanti ke dukun buat pelet si Aaron. Aku berjalan ke parkiran menuju sepedaku yang hanya sendirian, iya. Seluruh siswa disini menggunakan fasilitas motor sedangkan aku menggunakan sepeda. Bahkan Rin saja menggunakan motor, tapi sayangnya aku tidak searah dengan rumahnya. Jika searah aku mau nebeng sama dia.

Aku melajukan sepedaku menuju tempat kerja ku, ya hanya di cafe kecil yang bayarannya tidak sampai lima ratus ribu dalam sebulan. Karena ijazah yang ku gunakan itu ijazah SMP. Ah sudahlah, yang penting aku kerja.

Aku sekarang sudah sampai, di tempat kerja ku. Buru-buru masuk lewat pintu belakang dan mengganti pakaian. Aku berlari kecil mengambil sapu dan pengki, menyapu sebelum cafe ini dibuka. Sedangkan teman ku mengepel. Setelah itu aku menurunkan bangku-bangku.

Syukurlah sudah selesai semua, dan kini hanya tinggal melayani para pelanggan.

Aku berjaga di depan, menyambut para tamu yang datang dengan ramah tamah. Lelah sekali harus selalu tersenyum ke para pelanggan. Eh tunggu! Aku menyipitkan mata memastikan bahwa yang kulihat bukanlah halusinasi.

Itukan Aaron! Untuk apa dia ke sini? Duh bodoh! Aku menepuk jidat. "Dia kesini pasti mau nongkrong lah, tapi anjir masa sama ceweknya sih."

"Selamat datang dan selamat menikmati!" ucapku dengan senyum ramah. Kalau ini aku beneran tersenyum karena aku bertemu dengan Aaron haha.

Dia hanya melihatku sekilas, lalu memeluk pinggang pacarnya mesra. Duh panas banget!

Tanganku gemetar dan rasanya dingin, jantungku juga berdegup kencang. Ish padahal aku tuh hanya bertemu dengannya bukan berbicara dengannya, tapi efeknya sudah segila ini. Gimana kalau setelah aku pelet? Bisa-bisa dia clingy banget seperti anak anjing. Duh membayangkannya saja sudah membuatku tersenyum penuh arti.

Aaron siap-siap ya aku pelet. Kamu pasti akan tergila-gila denganku hahaha.

Pelet Membuatku Hampir DiperkosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang