14 : Hukuman

1.3K 286 184
                                    

Soojae terbangun mendengar pintu kamarnya diketuk. Sebagian diri Soojae mengatakan untuk berbaring dan melanjutkan tidur, tetapi ketukan berikutnya membuat Soojae cepat-cepat turun dari ranjang.

"Slava, buka pintunya. Ini aku, Nala ...."

Soojae mendengar sahabatnya terkikik pelan.

"Nala, kau bisa dihukum karena menyusup keluar di jam tidur!" Soojae menarik temannya ke dalam kamar. Nala rupanya tak memedulikan kemarahan di mata Soojae, dia justru meraih selendang dari dalam lemari dan menyelubungi selendang itu ke sekeliling tubuh Soojae.

"Apa yang kau lakukan, Nala?"

"Aku ingin mengajakmu keluar dari asrama."

"Tidak, aku tidak mau pergi keluar dan dihukum oleh Selena!"

Soojae menggedikkan bahu, sampai selendangnya merosot ke lantai. Nala merengut dan dengan bibir mencebik meraih selendang itu lagi, lalu menyampirkannya ke tubuh Soojae.

"Ayolah! Slava, ini akan menyenangkan. Aku janji kita tidak akan ketahuan. Sebentar saja! Yuna bilang dia melihat seekor kijang di padang rumput, dan kunang-kunangnya bagus sekali."

"Tapi ...."

"Sudahlah! Aku yakin kau pasti akan menyukainya. Kita sudah terjebak di sini selama 2 bulan tanpa keluar, bukan?"

"Ya, kau benar ... tapi Selena akan ...."

"Aku tahu jalan rahasianya, sungguh!"

Soojae belum sempat menolak ketika Nala menarik tangannya keluar dari kamar. Tidak mungkin Soojae berbicara di lorong yang memantulkan suara itu, jadi ia memutuskan untuk tutup mulut dan berjalan dengan susah payah tanpa menimbulkan keributan.

Sungguh menguji adrenalin. Kalau sampai Selena tahu atau pengawas asrama memergoki mereka, Soojae yakin ia akan dihukum dengan cap bakar di punggung. Benar, salah satu hukuman berat di asrama adalah dicap dengan besi panas, seperti sapi. Soojae sudah dua kali melihat gadis-gadis Aria dihukum di aula, sebagai peringatan untuk semua agar tak melanggar aturan. Mereka semua menderita dalam peraturan asrama yang ketat.

Semoga saja, semoga saja mereka tidak ketahuan. Ketika mereka sampai di tangga. Mereka mendengar suara langkah kaki. Cepat-cepat mereka bersembunyi, begitu langkah-langkah itu menjauh, mereka menuruni tangga satu per satu. Di lantai dua, Nala memberi isyarat pada Soojae untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk tempat para gadis membaca, tempat itu mirip seperti perpustakaan kecil, yang memiliki jendela besar dan balkon.

Nala menggeser kaca jendela. Dengan mudah mereka merayap di sepanjang pijakan dinding yang gelap, hanya rembulan satu-satunya yang memberi cahaya. Soojae merasa tubuhnya banjir oleh keringat, belum apa-apa saja ia sudah kelelahan. Sementara Nala sudah berada di atas dahan pohon besar yang memang tumbuh di dekat situ. Nala begitu lincah, seperti anak kijang.

"Nala ... aku lelah."

"Sedikit lagi, kau pasti bisa."

Soojae meraih dahan seukuran lengannya dan dia berhasil berpindah dari dinding. Nala tersenyum lebar.

"Ini gila," kata Soojae sambil terengah-engah. Angin berembus menerpa pohon, Soojae nyaris terpekik karena takut dahannya patah, tetapi Nala malah terkekeh.

"Kau tidak pernah memanjat pohon, ya?"

"Aku pernah memanjat pohon apel," kata Soojae kekanakan. Nala melihat bibir gadis itu mencebik.

"Oh, ya ... aku ragu kau pernah melakukannya."

Menurut Nala, Slava adalah gadis bangsawan paling menyenangkan yang pernah dikenalnya. Di waktu-waktu tertentu, Slava akan menjadi sosok yang sangat dewasa, dan di waktu-waktu itu juga Slava bisa bersikap sebaliknya.

Deal With The Devil (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang