"A precious smile is a smile from sadness."
Di siang hari yang dingin, kau berjalan menuju sebuah toko kue yang lumayan jauh dari rumahmu. Sepanjang perjalanan, kau hanya mengumpat kesal. Bagaimana tidak? Kau sedang menonton anime yang hanya tayang seminggu sekali, mendadak dipanggil kakakmu dan dipaksa untuk membeli lemon cake. Padahal, cuaca hari ini sedang tidak baik.
"Ya ampun, kenapa enggak pesan lewat aplikasi aja?!" kau membatin. Sudah menjadi nasib hari ini, kau pun lanjut berjalan.
Belum sampai di toko kue, kau melihat seorang kakek gelandangan di pinggir jalan. Dia terlihat kedinginan dan kelaparan. Kau pun berjalan melewatinya, dan melihat wajahnya yang lusuh.
Kau membeli dua bungkus lemon cake. Kau memberikan satu bungkus kepada kakek itu.
"Permisi, kek. Saya punya sebungkus kue untuk kakek," ujarmu sembari mengulurkan bungkusan itu.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, kakek itu langsung menerima dan memakannya dengan lahap. Kau melihat senyuman yang terpancar dari wajah kusam itu. Kau pun ikut tersenyum."lega rasanya kalau begini," ucapmu sambil berjalan pulang.
[][][]
"KAK!"
"Jangan teriak-teriak, pacar gue lagi tidur," jawab Kak Eun.
"Loh, ada Kak Seokmin?" ucapmu sambil memberikan kantung berisi lemon cake itu.
"Oh, pantes gue disuruh keluar rumah. Mentang-mentang papa sama mama lagi keluar kota, ya ..."
"Lo mikir apa, ha?!" Kak Eun menjitak kepalamu.
"Udah sana, masuk kamar!" lanjutnya.
"Lemon cake-nya buat gue, ya!" ujarmu dan langsung mengambil kantung berisi kue itu, kemudian segera lari ke kamar.
Di kamar, kau hanya berguling-guling tidak jelas. Hari libur adalah hari yang membosankan bagimu. Kau pun mencicipi lemon cake yang terletak di atas nakas samping tempat tidurmu.
"ENAK!"
Kau pun berniat untuk membelinya lagi besok.
[][][]
"Mas, satu lemon cake!"
"Mas, satu lemon cake!" ucapmu bersamaan dengan seorang lelaki yang tidak kau kenal.
Kau pun menoleh ke arahnya, dan di saat yang bersamaan, dia juga melihat ke arahmu. Kau terpikat oleh senyuman itu, dan buatmu membeku beberapa detik. Kau pun segera mengambil pesananmu dan membayarnya.
"Makasih, mas!" ujarmu dan segera keluar dari toko kue itu.
Sepanjang jalan, kau berusaha menghapus bayangan lelaki tadi yang membuatmu tersenyum tidak jelas.
[][][]
"
Dari mana?" tanya Kak Eun.
"Beli lemon cake yang kemarin," jawabmu.
"Kenapa enggak pesan lewat ojek online aja?" Kak Eun bertanya sok peduli.
"Gabut, kak," ujarmu dengan ekspresi menyedihkan.
"Mending pijitin kaki gue, dek," ucap Kak Eun sembari membuka bungkus lemon cake di depannya.
"EH EH! ENAK AJA, ITU GUE YANG BELI!"
"Besok beli lagi," kata Kak Eun dan langsung pergi membawa lemon cake itu.
Dengan bodoh, kau hanya mengiyakan Kak Eun. Namun, dalam hati, kau juga berharap dapat bertemu dengan lelaki yang tadi.
[][][]
"Lemon cake dua, mas!"
"Lemon cake satu!"
"Wah, mbak sama masnya jodoh," ujar mas-mas toko kue itu.
"Emm ... lo juga suka lemon cake?" tanyamu sok akrab.
"Hah? Enggak kok, hehe," jawabnya dengan gugup.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, dia langsung mengambil kantung berisi dua bungkus lemon cake, kemudian keluar dari toko itu. Kau pun tetap memerhatikan punggung lelaki tersebut yang makin menjauh. Tiba-tiba, kau melihat benda kecil terjatuh dari saku mantel lelaki itu. Kau segera mengambilnya. benda itu adalah sebuah note book kecil.
"Lah loh lah kok, ini gimana, e-eh?! Mas!"
[][][]
K
eesokan harinya, kau tidak memesan lemon cake, tetapi hanya lemon tea. Kau duduk di meja yang dekat dengan kasir. Tak lama setelah tegukan ketiga yang kau minum, lelaki yang kau tunggu membuka pintu toko kue itu.
"He-hei!" sapamu.
"Ya?"
"Ini buku lo?" kau mengulurkan buku itu kepadanya.
"Oh iya, makasih," ujarnya.
Kau pun kembali duduk. Seketika, lelaki itu duduk di bangku satu meja denganmu. Dia mengangkat panggilan di telepon genggamnya.
"Gue duluan, ya. Sekali lagi, makasih. Sampai ketemu besok," ucapnya dan langsung pergi meninggalkan toko.
"Loh?"
[][][]
"Jadi--"
"Lo suka lemon cake, ya?" tanya lelaki itu sambil menyeruput hot cappuccino.
"Ah ya, lumayan, lemon cake di sini enak. Lo juga suka?"
"Enggak."
Kau berniat untuk menanyakan alasan kenapa dia membeli lemon cake, tapi kau pikir itu tidak penting.
"Gue beli lemon cake bukan karena suka kok. Ayo ikut, gue kasih tau."
"Duh, dia mau nyulik gue?!" batinmu.
[][][]
"
Tepat sehari sebelum pertemuan pertama kita, gue liat lo ngasih lemon cake ke gelandangan yang ada di sana," lelaki itu menunjuk ke arah tumpukan kardus bekas.
"Jangan bilang ini uang kaget ..."
"Sebenarnya enggak ada alasan khusus, tapi gue suka aja liatnya."
"Liat apa?" kau bertanya penasaran.
"Enggak apa-apa."
"Punya masalah apa sih?" kau pasrah dengan rencana Tuhan.
"Oh iya, gue belum tau nama--"
"Lo enggak perlu tau. Besok kita ketemu lagi di toko kue itu, ya?"
"O-oke."
[][][]
Halo, kalau lo baca ini, berarti gue udah di Korea Selatan. Maaf ya tiba-tiba pergi, maaf juga karena enggak jelas. Semoga gue bisa ketemu lo lagi entah kapan atau di mana itu gue bakal kangen sama lo kangenin gue juga, ya?
CSC
"
Mbak," ucap mas-mas toko kue kepadamu pelan.
"Eh, kenapa, mas?"
"Kemarin ada mas-mas ganteng yang bilang, katanya mbak bisa beli lemon cake gratis di sini, dia yang bayar. Oh iya, berlaku seumur hidup, mbak."
THE END.
*
Alternative universe.
* Non-standard typing.
* Feel free to get critics and suggestions.
* Please support Seventeen and Pledis Entertainment.
KAMU SEDANG MEMBACA
A cup of coffee in the evening.
FanfictionSome random short stories. - Desain Sampul : ohchoco A cup of coffee in the evening. [PG-13] Fiksi Penggemar A cup of coffee in the evening. © ohchoco, 2022