BAB 1

39 3 0
                                    

Sore hari disebuah jalan yang sepi, seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang dibiarkan terurai sedang menunggu dengan santai cilor pesanannya.

"Mang masih lama gak bikinnya? Ini udah mau magrib, Nara harus cepet pulang nanti diculik kalong wewe" ucapnya sambil menggerakan kakinya agar mengusir kebosanan.

Amang cilor terkekeh mendengar ocehan gadis yang menyebut dirinya Nara. "Ya atuh neng Nara tunggu sebentar kan harus ngantri, lagian neng Nara ga liat ini kedua anak kecil liat neng Nara kaya yang lagi ngambek" Nara langsung menoleh ke bawah melihat 2 anak kecil yang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Adek-adek yang manis, tolong ya ini bukan acara silet, ga semuanya harus dikupas secara tajam setajam silet" Nara menampilkan senyum terpaksanya

"Ngantri dong kak, meski kakak cantik ga berarti harus didahulukan" ucap anak dengan gaya rapih dan lumayan tampan.

"Iya kak,harusnya kalau udah jadi dewasa itu harus mengalah" timpal anak gadis dengan kuncir 2 nya.

Nara menghela napas dengan kasar "oke oke, kalian duluan"

Setelah memhabiskan waktunya yang lama dengan menunggu cilor, akhirnya ia dapat pulang kerumahnya. Akan tetapi, ditengah perjalanannya, Nara mendengar suara samar-samar yang ada di belakangnya.

"HEH BANGSAT BERHENTI LO DISITU!"

"JANGAN LARI WOIIII!!!"

"PENGECUT LO WOIII"

"BERHENTI TAIII!!"

Suara samar-samar dengan diiringi langkah kaki yang banyak itu sedikit demi sedikit terdengar jelas ditelinga Nara. Nara memberanikan diri untuk melihat kebelakang.

Tubuhnya menegang saat apa yang dilihatnya kini begitu nyata dan keringat dingin mulai membasahi tangannya. Ia melihat sekumpulan laki-laki berpakaian seragam putih abu-abu yang berlarian ke arahnya. Kepalanya begitu pusing saat salah satu dari mereka membawa sebuah balok kayu.

Nara benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa. tubuhnya kaku dan seketika tangan Nara di pegang oleh salah satu laki-laki yang tepatnya sedang dikejar-kejar. wajahnya penuh lebam dan darah di sudut bibirnya. Nara kaget! benar-benar kaget!

"Huuaaa Mamaaa tercintaaaa" teriak Nara dengan keras dan cepat berbalik dan berlari.

Nara tidak sadar dirinya di bawa lari oleh lelaki itu karena ia tidak bisa berfikir jernih sekarang. Ia terus berlari mengikuti langkah laki-laki yang menarik tangannya. Nara benar-benar takut dan entah sejak kapan ia sudah menangis.

Ia terus berlari melewati orang orang yang berlalu lalang. Dan sekarang ia berlari menuju pasar. Nara tidak habis pikir bahwa laki-laki ini membawanya lari ke pasar dan ia sering bertabrakan dengan orang-orang hingga ia harus mengucapkan maaf berkali-kali pada orang-orang yang ditabraknya.

Laki-laki itu menarik Nara ke sebuah rumah yang tidak berpenghuni. Mereka mengatur pernapasan mereka dan bersender pada sebuah tembok. Nara tersadar akan situasi yang menegangkan. Ia langsung melirik ke arah kanannya dan ia melihat lelaki itu yang sedang menatapnya juga dengan tatapan mengidentifikasi. Tubuh Nara dibawa mundur.

Terdengar suara hentakan kaki lagi, hentakan kaki ini semakin banyak tetapi suara itu hanya sebentar dan seketika hening. Laki-laki itu segera keluar untuk memastikan keadaannya aman. Ia melangkahkan kakinya untuk pergi tapi ada suara kaki yang mengikutinya.

"Lo ngapain ngikutin gue?"

Mulut Nara menganga lebar saking terkejutnya mendengar pertanyaan laki-laki dihadapannya yang begitu menawan. "Kamu naenya? kamu bertanyea tanyea?"

GARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang