1.Jikoshoukai

4 1 0
                                    


{Hikari Pov}

   Kutatap jalanan beraspal yang sudah hancur termakan ban-ban kendaraan yang sering lewat. Kulihat juga papan gapura yang bertulis 'Selamat Datang Di Desa Kami'.

'Kami' disini maksudnya bukan aku, kamu, dan mereka. Desanya memang bernama Kami.

Unik juga, terbayang saat kepala desa mengenalkan desanya kepada orang luar. "Selamat datang di desa Kami kami ini." Hahaha...

Bukan itu inti dari monologku yang aneh ini. Aku sedang menunggu seseorang untuk menjeputku. Mengantarku menuju rumah nenek di desa, setelah sekian panjang perjalanan yang harus aku tempuh untuk sampai kesini.

Perjalanan dari Jepang - Bandung seorang diri. Hampir seharian waktu yang harus aku tempuh tanpa istirahat. Tidur di bis bukan termasuk istirahat.

Bagaimana mau istirahat jika selama aku mencoba tidur ada suara berisik bayi menangis, musik dangdut yang terus menyala selama perjalan di bis, dan jangan lupakan aroma dari berbagai macam keringat yang terus menggangu penciumanku.

Ini adalah salah satu hari terburuk dalam hidupku.

Penyebabnya cuma satu..

◇◇◇◇◇

Flashback●

"Hikari, ikkageni shiro!" (Sudah cukup Hikari!) Untuk kesekian kalinya si Tua bangka itu kembali mengucapkan kalimat yang membuat telingaku hampir tuli.


Si tua bangka yang aku maksud adalah ayahku. Walaupun umurnya sudah kepala 4 tetapi dia masih terlihat muda layaknya umur 35, dan karena itu aku lebih suka menyebutnya tua bangka. Dia juga keras kepala, dan sifatnya itu menurun kepadaku.

"Itsu made kona koto ni suru?! Kyukai chansu agetta noni, zenzen kawattene."(Mau sampai kapan kamu akan seperti ini? 9 kali aku memberi kesempatan tapi kamu tidak berubah sama sekali.) Kemudian jari telunjuknya menujuk ke arah mukaku.

"Anata, mou iiyo. Hikari mo otosan ni ayamattenasai." (Sayang, sudahlah. Hikari, cepat minta maaflah sama ayahmu) Kali ini ibu yang berbicara. Sosok wanita yang lemah lembut, dan penuh kasih sayang. Dia tidak pernah memarahiku bahkan sampai saat ini, lebih sering mengingatkan jika apa yang aku lakukan sudah terlalu jauh.

Aku heran kenapa ibu mau-maunya menikahi si tua bangka itu. Lagipun aku penasaran bagaimana caranya mereka bertemu? Maksudku, ibu adalah wanita asal jepang dan ayahku adalah orang indonesia. Yang aku dengar dari ibu, dia bertemu ayah pertama kali ketika ibu lagi di ganggu oleh beberapa cowok saat perjalanan pulang dari sekolah. Sepertinya mereka mabuk karena tercuim bau alkohol yang sangat menyengat dari tubuh mereka, Kata ibu.

Ketika itu pula, ayah atau si tua bangka tidak sengaja lewat di jalan dimana saat itu ibu sedang di ganggu. Tanpa pikir panjang si tua bangka pun melayangkan beberapa pukulan sampai cowok-cowok pemabuk itu lari ketakutan. Dari situ awal mula benih benih cinta mulai tumbuh.

Ayah atau si tua bangka yang sedang kuliah di jepang saat itu, diam-diam terpesona melihat paras ibu yang cantik. Meskipun rata-rata orang jepang memang berkulit putih, tapi di mata si tua bangka tetap saja ibu adalah wanita paling  cantik yang pernah ayah temui.

Pun ibu, juga terpesona akan paras ayah. Selain ayah yang memang adalah orang indonesia, wajahnya beda dari orang indonesia yang pernah ibu temui. Menurut ibu, selain tampan, badan ayah kekar dan kulitnya eksotis. 😒

Keduanya jatuh cinta dan akhirnya lahirlah aku, si tampan tiada dua. Karena aku adalah anak satu-satunya, mereka begitu memanjakanku. Dulu.

"Daigaku kare yemete, soshite indonesia ni ikke! Omae no obaasan no tokoro ni! Ore wa mo genkai." (Berhentilah kuliah dan pergilah ke indonesia, ke tempat nenekmu. Batas kesabaranku sudah habis.) Setelah itu si tua bangka pergi keluar rumah, tidak lupa membanting pintu dengan keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monogatari Di Desa KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang