Aku menikmatinya, semua yang terjadi akhir-akhir ini membuatku berpikir. Akankah aku kembali secepatnya atau harus menunggu 10 tahun seperti Sean.
Aku menggelengkan kepala, itu adalah hal terburuk yang tak mau ku alami. Aku harus segera kembali ke tempatku sadar, pasti ada sesuatu di sana.
Aku bersiap-siap untuk pergi, namun Peter menghalangiku. Hantu paling jail disini, kata Sean dia pendatang baru juga. hampir sama sepertiku.
"Peter minggir, aku mau lewat," ucapku sambil menatap tajam.
"Nggak, aku udah dikasih kepercayaan suruh jagain kamu," jawab Peter masih saja menghalangi jalanku.
"Ayolah, aku ingin segera kembali," ucapku memelas, tapi Peter tetap pada pendiriannya.
"Tunggu sampai Sean pulang," jawab Peter lalu duduk sambil mengawasiku.
"Berapa lama lagi Sean pulang?" tanyaku membuat Peter menggeleng.
"Tidak tahu, Sean memang akhir-akhir ini sibu. Katanya sih sedang menyelesaikan misi," jawab Peter singkat membuatku menghela napas.
"Ayolah, aku juga ingin memulai misiku. Lebih baik kamu temani aku, bagaimana?" tanyaku sambil menaik turunkan alis, berusaha membujuk Peter yang teguh pada pendiriannya.
Peter hanya menggelengkan kepala, lalu merebahkan tubuhnya di sofa tanpa merasa bersalah.
Aku masih baru disini, jadi tidak berani macam-macam atau kabur. Karena diluar berbahaya, salah langkah energi kehidupanku akan diserap hantu lain.
Itu adalah hal yang mengerikan, karena kalau itu terjadi aku tidak akan kembali menjadi manusia.
Aku meringkuk di sofa single, berseberangan dengan sofa yang Peter tiduri. Aku tidak mau memikirkan apapun, jadi aku berusaha memejamkan mata.
"Ayo aku temani, aku tidak tega melihat dirimu frustasi seperti itu," ucap Peter membuatku segera bangun.
"Serius?" tanyaku masih tidak percaya.
Peter hanya mengangguk, membuatku langsung menarik tangannya untuk segera ke lokasi pertama kali aku bangun.
"Ngapain jalan, terbang aja. Seperti ini," ucap Peter sambil melayang-layang di udara.
Aku takjub melihatnya, karena ini pertama kali aku melihat hantu terbang.
Aku berusaha terbang, tapi tidak bisa. Malah terlihat seperti bocah yang sedang bermain loncat tali.
Awalnya peter menertawaiku, lalu dia membantuku. Katanya pikirkan saja kalau kamu terbang, nanti tubuh akan mengikuti otak.
Setelah berusaha berkali-kali, akhirnya aku bisa. Lalu kami sama-sama terbang ke lokasi tempat aku sadar.
Aku mengajak Peter duduk di halte tempatku bertemu Sean, aku juga sedikit menceritakan pertemuan pertama kami.
Peter hanya tertawa, karena dulu dia juga dibawa oleh Sean. Hampir sama seperti kisahku.
"Setelah sampai disini, apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Peter membuatku menggeleng.
Aku juga bingung, aku hanya memandangi jalanan. Aku berusaha mencari kunci untuk membuka misteri ini.
Tak berselang lama, energi negatif seperti yang waktu itu aku rasakan hadir. Membuatku dan Peter segera meninggalkan halte, berusaha sejauh mungkin menghindarinya.
Aku dan peter berhenti di depan minimarket, karena lapar setelah berlarian.
Ternyata Peter sudah tahu, mungkin Sean pernah mengajarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pararel
HorrorDimanapun kamu, aku akan menemukannya. Entah hari ini, esok atau suatu saat. Kamu harus mempertanggungjawabkannya. Aku ada, tapi tak ada -Alia