Pagi

8 1 0
                                    

Setelah bertengkar dengan fikiranku semalam, pagi ini aku menyeduh kopi hangat di dekat balkon, sembari melihat hiruk pikuk kota di bawah sana.

Namun siapa sangka, pemilik balkon seberang sana cukup menarik perhatianku, bagaimana tidak? Dia tengah memetik gitarnya,  satu hal tentangnya yang tergambar olehku, dia bisa bermain gitar.

"kau memperhatikanku nona? " tanya lelaki seberang sana dengan suara lantang.

Aku tersenyum tipis kala melihatnya mendekat ke tepi balkon, yang mengikis jarah di antara kami.

" kau bermain di tempat terbuka, mata siapa yang tak memperhatikanmu " jawabku sarkas.

" kau berbeda dengan mereka, mulai tertarik? " katanya, yang membuatku menggeleng tertawa.

" tau apa kau tentang manusia sepertiku tuan?."

" tidak tahu banyak, tapi akan banyak tahu tentangmu nona " jawabnya, yang membuatku mengangguk tertawa.

" akupun akan banyak tahu tentangmu tuan." ucapku menirukan gaya bicaranya.

" nanti malam, kau sibuk meta? "

" tidak, aku hanya sibuk dengan diriku sendiri, kenapa bara? "

" mau menyeduh kopi denganku? "

Aku terdiam, tidak langsung menjawab ajakannya, dia tengah mengajakku berkencan? Atau sekedar mengisi waktu luangnya denganku?

Aku menatapnya, yang dia juga menunggu jawabanku, " aku menunggumu." jawabku, ya kurasa itu jawaban yang paling tepat.

" bersiaplah nona." ucap lelaki bermata elang di seberang sana.

Setelah berbincang sedikit dengan bara, aku memasuki kamar dengan gelas kopi, hari-hari sebelum memulai kegiatan mahasiswa membuatku bosan, tetapi malas untuk sekedar keluar dari kamar.

Aku berbaring sembari membuka instagram, menyibukkan diri dengan hal yang tak berguna sampai ketiduran.

🌻🌻

Malam ini aku menunggunya, ya setelah bersiap-siap aku memutuskan menunggu pria itu untuk memencet bel rumah.

Tak lama, lelaki tinggi dengan mata elang itu, telah berdiri tegap di hadapanku yang membuka pintu.

Dengan memakai jeans hitam dan baju, yah ketidak sengajaan kali ini membuatku sedikit terkejut, bagaimana bisa warna bajunya dan warna bajuku sama.

" kau tengah memikirkan ketidak sengajaan ini nona? Jangan terlalu rumit, takdir sudah ada yang mengatur " ujarnya, lalu menggenggam tanganku erat, dan kami berjalan menuju lift.

Tak ku sangka, aku akan melwatkan hal-hal yang tak ku yakin akan terjadi dalam hidupku, lelaki? Segala urusan tentang mereka, bahkan sekedar memikirkan saja amat sangat melelahkan menurutku.

Tapi sekarang, aku tengah berkencan dengan lelaki, yang bahkan baru sekali kutemui di ketidak sengajaan 3 bulan yang lalu.

Sampai di basement, dia menarikku ke arah vespa tua berwarna kuning, shit, kebetulan apalagi ini, aku sangat menyukai vespa.

" kenapa nona? " tanyanya padaku.

" apakah aku boleh bilang, ternyata banyak kesamaan yang membuatku takut bara " ujarku.

Dia mentap lekat mataku dengan mata elang miliknya, " banyak kesamaan membuatmu takut meta?." tanya lelaki di hadapanku.

Aku mengangguk " ya aku takut bara, justru karna persamaan kita tidak bisa bersama." tuturku yang membuatnya terkekeh.

" teori dari mana itu? Tapi setelah kufikir, kau betul juga meta, tenang meta, hanya karna satu sampai sepuluh persamaan membuatmu takut, masih banyak ketidaksamaan antara aku dan kamu nona,

Aku adalah pemotret, dan kau adalah seorang  penghipnotis manusia." ujarnya padaku.

Setelah menyelesaikan perbincangan singkata tadi, aku sekarang tengah menikamti semilar angin, tidakku sangka di bonceng bara lebih menyenangkan daripada di bonceng ayah.

" ayah maafkan rara, sepertinya beberapa peran ayah sudah di gantikan bara " monologku.

Dia menggandeng tanganku memasuki cafe yang cukup ramai malam ini, kami duduk di pojok samping kanan cafe dekat panggung.

" bara, menurutku lelaki itu bajingan " ujarku sembari menyeruput kopi hitam.

" menurutmu begitu meta? Akupun begitu, lelaki itu memang bajingan, tetapi semuanya terselesaikan karna cinta, ini persoalan sederhana meta semuanya tergantung cinta."

" aku mencintaimu meta, lalu jika ada wanita lain yang datang membawa cinta padaku, akun akan jadi bajingan, karna aku mencintaimu " jawabnya yang membuatku sedikit mengerti.

" meta, beberapa hari setelah pertemuan pertama kita, aku kembali ke tempat kita pertama bertemu, dengan harapan aku kembali melihat gadis berambut hitam panjang duduk disana,

Dengan harapan-harapan yang tak ayal akan terjadi."

Aku menatap mata elangnya saat dia bercerita dengan raut frustasi.

" bara, aku takut kehilangan jejakmu sekali lagi " tuturku sembari menatapnya.

" kau maupun aku tak akan pernah kehilangan jejak meta, jika iya, tenanglah seperti sekarang kita di pertemukan kembali, takdirnya tak sia-sia meta " jawabnya yang membuatku seidikit legah.

Tidak berlama-lama di sana, dia sekarang mengajakku untuk sekedar berkeliling kota sebelum kembali kerumah.

Banyak manusia yang juga tengah menyibukkam diri malam ini, sekedar melepas bosan sepertiku.

" baraa, aku senangg " teriakku.

Aku tersenyum malu di belakang punggung kekar bara, aku menengadah melihat bintang berserakan di atas sana, cukup dengan satu kata menggambarkan hari ini, yaitu 'bahagia'.

Semuanya, hanya tentang cinta

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Metafora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang