Part 2💫

14 7 2
                                    

Sepulang sekolah, Aqila berjalan lunglai dan masuk kedalam halaman rumahnya.Sedari tadi perutnya berbunyi.Jujur,dirinya sangat lapar.Aqila berjalan pelan menuju teras rumahnya yang begitu luas.Rumahnya tampak sepi,tapi aqila sudah terbiasa dengan hal itu.Rumah Aqila cukup besar dan megah dibilang miskin aqila tidak miskin,hanya saja orang tuanya jarang memberikan uang untuk Aqila.Tetapi hal seperti itu tidak masalah bagi dirinya,ia hanya bersyukur dapat hidup saja iya beruntung.

Sebelum mengetuk pintu,Aqila mengerjapkan matanya berulang kali,jantungnya berdetak dengan cepat kala mengdengar suara teriakan dari dalam rumahnya.Aqila menghela napas,ia kira tak ada orang dirumah,nyatanya kedua orang tuanya sedari tadi sudah ada disitu. Kedua orang tuanya hanya datang untuk bertengkar,setelah itu mereka akan pergi lagi. Buliran bening melolos begitu saja.Aqila merapalkan doa agar dirinya tak mendapatkan masalah lagi.

Tok!Tok!!

"Asslamu'alaikum"ujar aqila dan mulai melangkah masuk kedalam.Percuma saja dia mengucapakan salam,toh,tidak akan ada yang membalasnya.

Ibunya-Rani dan Papanya-Anggara,menatap dirinya dengan penuh benci,kedua orang tuanya memandang lekat putry mereka dari atas sampai bawah.

"PULANG DARI MANA KAMU HA,LIHAT SUDAH JAM BERAPA INI AQILA"?Tanya anggara dengan penuh amarah

"Maaf pah,lia baru pulang sekolah,lia tadi jalan kaki makanya telat sampai rumah"jawab aqila sambil menunduk takut.

Lia?Ya itu adalah panggilan khusus dari keluargany.Orang tuanya dulu pernah bilang bahwa nama itu sangat cocok untuk aqila kecil,menggemaskan.Akan tetapi nama itu hanya berlaku sampai 4 tahun.Tapi,sekarang kedua orang tuanya sangat membenci nama itu dan dirinya,tetapi aqila tidak membenci nama itu.Ia pernah bilang sampai kapan pun aku tidak akan pernah membenci nama itu,nama itu sangat berharga bagiku,nama itu menyimpan semua kebahagian dan kenangan saat aku masih kecil.

"HALAAH,BILANG SAJA KAMU HABIS NGEJALANG KAN,DIJUAL BERAPA KAMU HA?"

Plakk

Tamparan keras mengenai pipi gadis itu.Sakit?oh tentu saja tidak,bagi dirinya tamparan seperti itu sudah biasa baginya.Jika ditanya apakah dia menangis?Tentu saja tidak,ia tidak menangis,ia kuat ia sudah terbiasa di perlakukan seperti itu.

"Pa,aku beneran baru pulang dari sekolah,aku gk ada ongkos untuk pulang"Lirih aqila dengan mata yang memerah,yang artinya buliran bening akan segera melolos dari pipinya.

"BERANI SEKALI KAMU NGEJAWAB ORANG TUA,SINI KAMU"Anggara menyeret Aqila dan membenturkan kepala putrinya didinding dan bukan itu saja ia juga menedang perut dan kaki putrinya.

"Pah,cukup pah,lia mohon"Tangisan lia pun pecah,air mata menyalir sangat deras dari pipinya.

Tetapi anggara tidak menghiraukan putrinya itu,ia malah semakin menjadi-jadi,diseretnya aqila dan memukulnya pakai ikat pinggang.

"sakit pah,lia mohon cukup pa"lia memohon kepada sang ayah tapi ayahny tidak menghiraukannya.Aqila melirik kearah mamanya yang hanya diam saja sedari tadi tanpa ada rasa kasian pada putri semata wayangnya itu.Anggara pun berhenti mengiksa putrinya dan berlalu pergi dari situ.Lia menatap punggung papanya yang kian menghilang.

Darah segar mengalir deras dari kepala Aqila dan dari hidungnya,serta kakinya yang di penuhi oleh cembukan dari sang ayah.Tangis aqila semkin pecah,iya menangis sejadi-jadinya.Tak apa itu hanya berdarah dan luka kecil,tak perlu diamputansi.Batinnya

Aqila terjatuh duduk lemes iya merosot ke lantai,ia berbalik dan menatap ibunya dengan tatapan sendu dengan penuh berharap rasa iba dari wanita itu,ternyata wanita itu tak berbeda jauh dari ayahnya.Wanita itu melenggang pergi melewati putrinya yang masih kesakitan.

GORESAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang