Begin

324 29 5
                                    

TW : Mengandung Perundungan, Kekerasan, Diskriminatif, & Kata-kata kasar.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Do you believe in magic?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gesekan antara aspal dan roda koper kian berhenti tatkala seorang pemuda berdiri di depan rumah sederhana setelah menekan tombol bel beberapa kali. Senyumnya sumringah saat membayangkan seseorang dibalik pintu. Mengabaikan betapa kakinya mulai pegal saat dirinya lebih memilih berjalan kaki dari stasiun daripada harus naik bus umum. Jarak dari Stasiun ke rumah memang agak jauh.

Libur musim panas sudah datang.

Artinya, pemuda dengan surai legam itu  bisa menghabiskan beberapa pekan untuk beristirahat di rumah. Saat di dalam kereta, dirinya bahkan sudah menulis beberapa daftar kegiatan yang akan dilakukannya nanti, (tentu di dalam daftar itu tidak akan ada acara belajar dari pagi sampai malam, tidak akan ada acara menghafal mantra-mantra sihir yang hampir meledakkan kepalanya, dan satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa ia tidak akan menuruti segala perintah  Seungcheol serta antek-anteknya untuk mengerjakan tugas dari para ahli, atau sekadar menyusun laporan harian sekolah.

"Dahimu terluka lagi?" Tanya seorang wanita paruh baya yang dirindukannya. Alih-alih menanyakan kabar dan mengumbar peluk lebih dulu, wanita yang sebentar lagi berulang tahun itu justru menanyakan hal yang menurut anaknya tak terlalu penting.

"Taehyung?" Panggil ibu sebab pemuda itu tak menjawab pertanyaannya. Rautnya terlihat khawatir setelah memperhatikan lebam yang tercetak jelas pada dahi anak laki-lakinya.

Sedangkan yang lebih muda malah  mendorong kopernya sampai melewati pintu.

"Terbentur pintu kereta. Aku terlalu merindukan ibu hingga tidak menyadari bahwa pintunya belum ku buka. Aku menerjangnya lalu tertawa." Timpal  Taehyung dengan kekehan kecil di akhir kata. Memamerkan deretan gigi putihnya. Maksudnya adalah memberikan gurauan yang menurutnya lucu. Namun ibu tak tertawa sama sekali. 

Beliau mengambil koper Taehyung dan  membawanya masuk, kemudian menarik tubuh jakung anaknya menuju ruang tengah. Tangan yang sedikit keriput itu menyajikan semangkuk nasi hangat serta beberapa hidangan lainnya yang baru disiapkan beberapa jam setelah tahu kabar anak tunggalnya akan pulang.

"Saat libur musim dingin akhir tahun, kau patah tulang. Kau pulang dengan keadaan pincang dan beralasan kau cedera karena jatuh saat latihan sapu terbang. Sebenarnya kau ini belajar sihir atau akrobat?" Omel Ibu yang membuat Taehyung memutar meja dan memeluk ibunya dari belakang.

"Jangan khawatir ibu. Aku baik-baik saja. "

"Lain kali hati-hati. Kau tahu berapa kali jantung ibu hampir lepas, melihatmu setiap pulang begini selalu membawa luka?"

Taehyung hanya mengangguk dan mencium surai ibunya. Dirinya kembali duduk dan menyantap makanan yang selalu dirindukannya ketika dirinya berada di *Carlisle.

(*Nama Sekolah Sihir Taehyung.)

Taehyung mendengung saat menyuap nasi serta lauk kesukaannya. Menunjukkan betapa masakan ibu tiada dua dibandingkan makanan resto bintang lima. Taehyung melahapnya sampai setengah tersisa, kemudian meminum beberapa tenggak.

"Cedera yang seperti itu kan wajar bu, aku ini anak laki-laki. Harus tahan banting." Ucapnya angkuh sebelum memasukkan kembali satu suap penuh nasi.

"Are you happy, now?" Tanya ibu dengan ragu. Membuat Taehyung seketika menghentikan gerak mulutnya yang mengunyah. Ada jeda beberapa saat hingga Taehyung menjawabnya.

Who's Erythrina? | TkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang