Bab 1: Tahun 1990

3 0 0
                                    

Detik jarum jam mempertahankan kesadaran Souli, tubuhnya mulai melemah, pikirannya timbul dan tenggelam, dibawa ke alam mimpi lalu ke realita, kembali ke mimpi, terus berulang.
Souli lapar, tubuhnya dingin dan gemetar, dia sedang dikurung di kamarnya sendiri, ditelantarkan, tidak ada pelayan yang berani menyeludupkan makanan ke kamarnya, mereka takut akan ikut dihukum oleh nyonya rumah, ibu Souli.
Satu-satunya yang berani yaitu kepala pelayan, dia melawan nyonya rumah dengan memastikan tempat tidur Souli bersih dan hangat dengan selimut yang tebal.
Muncul desas-desus diantara para pelayan, Souli bukan anak kandung nyonya rumah, nyonya rumah cantik sekali dengan rambut merahnya. Souli juga cantik, lebih cantik dari nyonya rumah, tapi rambutnya hitam pekat, rambut tuan rumah mereka tidak sehitam milik Souli.
Souli merasa ada tangan yang mengelus-ngelus rambutnya dengan lembut, rasanya nyaman. Dia membuka matanya pelan-pelan, berusaha untuk tidak terkejut dengan siapapun atau apapun yang akan dia lihat di cermin.
"Nenek, pantas saja rasanya nyaman sekali, hanya nenek yang suka mengelus rambutku. Sejak nenek meninggal, mama semakin kejam, dan aku lemah sekali, tidak berani melawan..." ucap Souli sambil terus melihat cermin, neneknya ada di belakangnya, sedang mengelus rambutnya pelan-pelan.
"Nenek, aku ikut pemilihan putri kecantikan, aku juara dua dan mama marah, bilang kalau aku tidak berguna, jika juara dua aku tidak akan mewakili negara kami ke pemilihan ratu kecantikan tingkat dunia, aku juga tidak akan dilirik oleh anak-anak konglomerat, para pelayan bergunjing di dapur, mama ingin tinggal di mansion, punya jet pribadi dan kapal pesiar dengan menjualku..." Souli berbalik, ingin melihat neneknya dengan matanya sendiri tapi tak ada siapa-siapa.
Souli kembali melihat cermin, neneknya tetap tidak ada, hanya ada dirinya yang sedang tersenyum. Dirinya di cermin bangun dari tempat tidur, berganti pakaian lalu berhias, setelah berhias dia melirik Souli dan kembali tersenyum sebelum akhirnya keluar dari kamar. Souli terlonjak kaget, dia mendengar pintu kamarnya dibanting.
"Nona Souli keluar rumah?" Souli mendengar pelayan berisik di depan pintu kamarnya.
"Tidak mungkin, kamarnya dikunci, dan kuncinya dipegang oleh nyonya..."
"Tapi aku melihat seseorang lewat tadi, dan lihat, bukankah itu mobil Nona Souli?"
Souli bangun dari tempat tidurnya dengan sisa tenaga yang dia punya, masa bodoh jika ada hantu yang berpura-pura jadi dirinya, tapi jangan bawa mobil kesayangannya.
Souli mencoba membuka pintu kamarnya, dan ternyata tidak dikunci. Tidak ada siapa-siapa di depan kamarnya, gelap, para pelayan yang tadi berisik seperti menghilang begitu saja.
"Nona, anda mau kemana tengah malam begini?"
Souli melihat kepala pelayan, "aku, aku lapar..." Souli berbohong, dia lapar tapi dia keluar karena mendengar suara para pelayan, dia takut disebut gila jika mengatakan dia melihat dirinya yang ada di cermin keluar dari kamar dan membawa mobilnya.
"Nona lapar? apakah makan malam Nona yang tadi sudah habis?" kepala pelayan terlihat senang karena Souli mau makan.
"Makan malam? aku makan malam? aku sedang dihukum tidak boleh makan seharian oleh mama..."
"Itu seminggu yang lalu Nona, saya izin ambil peralatan makan malam anda ya..."
Kepala pelayan itu masuk kamar Souli, Souli melihat sisa-sisa makan malam di mejanya, dia tidak ingat jika dia makan malam, piring-piring dan gelas itu tadi tidak ada, mejanya bersih, apa hantu sialan di cermin itu yang makan.
"Tunggu sebentar ya Nona, saya akan menyiapkan makanan untuk anda..." kepala pelayan buru-buru keluar dari kamar Souli.
"Tunggu dulu..." Souli mengejar kepala pelayan, "jika aku sudah makan malam, aku takut tidak boleh makan lagi, aku akan dimarahi jika mama tahu..." Souli terlihat ketakutan.
"Tidak apa-apa Nona, anda lupa ya jika sudah diizinkan makan apapun?"
Souli mengangguk, "aku ingin makan pie apel jika masih ada sisanya di dapur, kalau tidak ada, apa saja aku tidak keberatan..."
Kepala pelayan beranjak ke dapur, Souli kembali ke kamarnya, lalu menutup pintu tapi ada tangan yang menahan pintu kamarnya.
Souli hampir saja menjerit, "Nona ini aku, Cla, pelayan pribadi Nona..."
"Kau mengagetkanku, ada apa?"
"Aku tidak sengaja lewat saat mau ke dapur, aku melihat Nona berbicara sendiri di lorong..."
"Aku berbicara dengan kepala pelayan..."
"Nona, kepala pelayan hari ini tidak masuk, anaknya sedang sakit..."
Plak!
Souli menampar Cla, "Nona, anda baik-baik saja?"
"Kau benar-benar manusia?" Souli melihat Cla hampir menangis karena tamparannya, tapi alih-alih memegang pipinya, Cla malah mengkhawatirkannya, dia benar-benar Cla, bukan hantu sialan yang sedang berpura-pura.
Souli menarik Cla ke kamarnya, meminta Cla untuk menceritakan apa saja yang telah terjadi, Souli merasa ingatannya tumpang tindih.
***
"Souli cantik sekali, pilihan kita sudah tepat dengan memilih Souli, aku tidak bisa membayangkan jika bukan Souli yang berangkat..." ucap seorang perempuan, dia salah satu yang bertugas mendampingi Souli. Souli sedang mencoba gaun-gaun yang akan dibawa ke pemilihan ratu kecantikan.
"Aneh sebenarnya, juara pertama kita tiba-tiba sakit parah, aku kaget saat menjenguknya, bagaimana bisa kita memilih dia sebagai juara satu dan mengirimkannya ke ajang ratu kecantikan dunia, dia benar-benar berbeda, tidak ada cantik-cantiknya, rambutnya rontok parah, kulitnya pucat sekali..." ucap pendamping yang lain, seorang laki-laki.
"Jangan bilang begitu, bagaimana bisa seseorang tetap cantik saat dia sakit? Saat dia sembuh nanti, dia akan kembali cantik, lagi pula saat memilih putri kita kan bukan hanya melihat kecantikan. Saat aku menjenguknya, aku tetap bisa merasakan jika dia cantik karena kecerdasan dan perilakunya, sayang sekali sebenarnya."
"Kau mau mendengar sesuatu yang menarik? Aku yakin ini hanya gosip, tapi lucu saja bagaimana bisa orang-orang percaya gosip seperti itu..."
"Tentang mantan juara satu kita?" tanya pendamping perempuan, dia sedikit tertarik, meski biasanya setiap putri itu punya latar belakang bersih, tetap saja, selalu ada rumor atau gosip.
"Iya, tentang juara satu kita dan Souli, ini sudah sampai ke petinggi, tapi tak ada yang percaya, benar-benar tidak masuk akal..."
"Apa? Ayolah aku penasaran, cepat katakan, Souli keburu selesai mencoba gaun-gaunnya..."
"Ada yang mengatakan, juara pertama kita bertemu dengan Souli, mereka bertemu tengah malam, mungkin dua-duanya dari club, karena katanya mereka berpakaian bagus, seperti dari pesta, mereka terlihat mengobrol di taman. Setelah itu, juara pertama kita sakit besoknya..."
"Tidak masuk akal mereka bertemu tengah malam di taman memakai pakaian pesta, mereka akan mudah dikenali, apalagi setelah pemilihan..."
"Aku kan sudah bilang, gosipnya tidak masuk akal. Lagipula kita tahu jika juara satu kita sakit karena terinfeksi bakteri, bukan karena diracun atau kiriman jahat..."
"Bagaimana jika mereka bertemu setelah jamuan makan malam itu?"
"Jamuan makan malam dengan presiden?"
"Iya, saat itu kan selesainya hampir tengah malam..."
"Kau tahu ibunya Souli kan, dia galak sekali, menakutkan, dia tidak akan mengizinkan Souli keluar rumah. Kita saja harus merinci setiap jadwal dan kegiatan..."
"Bisa saja Souli tidak sepolos yang kita tahu, maksudku, bisa saja dia berani keluar seperti itu diam-diam. Souli sudah berusia 20 tahun lebih, dia bukan anak kecil lagi..." perempuan itu berbisik takut Souli atau staff butik mendengar percakapan mereka.
"Tidak mungkin, aku lebih percaya jika ada dua gadis yang mirip dengan mereka di taman, orang-orang salah mengira jika itu Souli dan juara satu kita, mereka kan terkenal sekali dan cantik, saat melihat gadis-gadis cantik mereka langsung menyimpulkan itu para putri..."
"Kak, setelah ini kita kemana lagi? Aku sudah selesai mencoba semua gaunnya..."
Mereka kaget karena tiba-tiba Souli ada di depan mereka.
"Hari ini jadwalnya sudah selesai, supir kami akan mengantar kamu pulang, istirahat ya, dua hari lagi kamu akan ikut pemilihan ratu kecantikan. Kami benar-benar senang karena kamu terpilih untuk berangkat..."
"Aku juga senang dan akan berusaha sebaik mungkin agar aku yang terpilih..."
***
"Selamat ya Souli, kamu menciptakan sejarah, ratu kecantikan dunia yang pertama dari negara kita..." Souli tersenyum saat melihat siapa yang memberinya selamat, ibunya akan senang jika tahu putra orang terkaya di negara mereka memberinya bunga.
"Terima kasih sudah datang jauh-jauh untuk mendukungku, aku melihatmu saat final tadi, aku jadi tenang saat menjawab pertanyaan, aku jadi tidak gugup..."
"Katanya saat diminta untuk melakukan aksi sosial kamu mengunjungi rumah sakit khusus anak, dan juga mengunjungi bayi-bayi yang ditelantarkan, lalu membuat project untuk mereka."
"Ah iya, aku suka bayi soalnya, mereka wangi..." Souli tersenyum.
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekte Ratu Kecantikan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang