"[Name], aku mau bicara serius."
Kuroo menarik kursi makan di samping [Name]. Wanita itu sedang asik menikmati kue blackforest mini yang ia beli usai pulang kerja. Suasana hatinya menjadi lebih baik saat mengonsumsi makanan manis, juga disambut dengan kekasihnya yang tiba lebih awal di apartemen.
"Oke," ucapnya, menepikan kue yang sisa sedikit dan memfokuskan diri untuk berbicara empat mata dengan prianya. Tangannya ia lipat di atas meja, menatap Kuroo penasaran hal serius apa yang ingin diobrolkan. "Apa itu?"
Sang lelaki menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, menatap wanitanya serius. Entah mengapa suasana di antara mereka menegang, bahkan [Name] mengusap tengkuk saking merindingnya. Apa ia pernah melakukan suatu kesalahan?
"Aku ingin mengakhiri hubungan ini."
Bak petir di siang bolong yang menghantam tanpa aba-aba, napas [Name] tertahan bahkan jantungnya tak berdetak seketika. Ia melihat Kuroo tak percaya, apalagi wajah pria itu yang benar-benar serius dan tidak main-main akan ucapannya.
"A-Apa? Kau serius?" [Name] bertanya, memegang tangan Kuroo. "Apa salahku? Apa aku pernah melakukan sesuatu sampai kau tak mau lagi bersamaku?"
"Iya," jawabnya. Iris emas itu terlihat tajam dan bisa saja menyayat siapapun yang melihatnya, termasuk [Name]. Entah bagaimana caranya bersuara, wanita itu pun tak tahu.
Kepalanya benar-benar pusing seperti dihantam benda keras. Setelah semua yang mereka lalui bersama, hubungan mereka usai begitu saja? Dia memang diajarkan cara mencintai, tetapi tak pernah diberitahu bagaimana caranya pergi.
"Kau telah membuatku semakin cinta padamu, [Name]." Kuroo berujar, mengelus tangan sang wanita. "Itu kesalahan besar yang pernah kau lakukan padaku."
"H-Hah?"
Ia tak merespon ucapan [Name], mengeluarkan kotak bludru biru yang telah terbuka dan menunjukkan cincin emas putih bermata intan kecil pada sang wanita lalu terkekeh. "Aku ingin memulai hidup baru yang lebih serius denganmu," ujarnya. "Ah, tidak. Mungkin melanjutkan lembar baru bersamamu?"
"Gak lucu, Tetsu. Sumpah!" cetus [Name] sembari memukul pria itu, tetapi Kuroo hanya bisa tertawa gemas melihat reaksi wanitanya.
Kuroo beranjak dari kursi, memeluk sang wanita yang berlinang air mata dan mengelus kepalanya. [Name] terlanjur kesal, memukul lelaki itu karena membuatnya panik sekaligus takut dan tak percaya. Sungguh, nyawanya benar-benar ingin menguap begitu saja dari raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
memo. || kuroo tetsurou [✓]
Fanfiction[drabble-ficlet] kertas-kertas kecil itu menjadi teman mereka. [Untuk ulang tahun K.T. yang telat banyak]