EPILOG
Satu hari setelah Arona siuman.
Ruang rawat yang sepi membuat dentingan jarum dari jam di dinding terdengar jelas mengisi keheningan. Gorden ruangan terlihat sedikit terbuka hingga membuat sinar matahari mengintip dari baliknya.
Atlas menutup pintu ruangan dengan perlahan agar tidak membuat gadis yang tengah tertidur pulas di atar tempat tidur rumah sakit itu terbangun.
Atlas menoleh pada Arsena yang duduk di sofa sambil bermain game. Mata keduanya bertemu ketika Arsena mengangkat kepalanya.
Arsena memberikan gesture berupa telunjuk yang diletakkan didepan bibir. Tanda agar Atlas tidak boleh berisik. Jika Arona bangun, gadis itu mungkin akan mengusir Atlas.
Meskipun Arona sudah melarang Arsena untuk memberitahu Atlas mengenai dirinya yang sudah sadar, Arsena melanggar janjinya. Dia memberitahu Atlas dan meminta cowok itu datang ketika Arona sedang tidur. Arsena berkata, dia tidak tahu apa yang membuat Arona melarang dirinya seperti itu namun rasanya tidak baik jika dia tidak memberitahu Atlas mengenai keadaan Arona. Mengingat, Atlas adalah kekasih Arona dan melihat betapa khawatirnya Atlas pada Arona, Arsena tidak tega untuk bohong.
Maka dari itu, dia membantu Atlas untuk bisa bertemu dengan Arona walaupun dia harus melanggar janjinya.
Bunga anyelir yang Atlas bawa dia letakkan pada nakas rumah sakit di sebelah tempat tidur Arona. Bunga anyelir melambangkan cinta dan kasih sayang. Warnanya yang cerah diharapkan dapat membawa kedamaian dan ketenangan.
Atlas ingin, ketika Arona melihat bunga itu, gadis itu menjadi damai dan tenang serta tahu bahwa Atlas begitu mencintai dan menyayanginya.
Atlas duduk pada kursi yang berada di samping tempat tidur Arona. Cowok itu menatap wajah gadisnya yang tampak begitu tenang dalam tidurnya. Perban di kepala Arona membuat tatapan Atlas berubah. Dia merasa bersalah.
Atlas meraih tangan kanan Arona lalu menggenggamnya lembut.
"I'm sorry," bisiknya lirih. Seandainya dia menemani Arona waktu itu, pasti keadaannya tidak begini. Rasanya Atlas ingin memutar waktu. Dia ingin kembali agar mencegah semua ini terjadi.
"Aku pengen perbaiki semuanya," ujar Atlas penuh harap. Dia berdiri, mengecup kening Arona dengan lembut. Tindakannya membuat Arona terganggu dari tidurnya. Gadis itu sedikit membuka matanya namun dia tidak benar-benar sadar.
"Baba?" pangggilnya dengan begitu pelan namun dia kembali menutup matanya. Arona pikir dia hanya bermimpi.
Atlas menarik senyum tipis. Dia akan memperbaiki semuanya. Dia akan lebih menjaga Arona. Tidak akan dia biarkan hal buruk menghampiri gadis itu lagi.
Arsena memperhatikan semuanya dalam diam. Ada yang ingin dia tanyakan pada Atlas namun dia tidak bisa menanyakannya di dalam ruangan ini. Maka dari itu, Arsena bangkit dari duduknya. Dia berjalan menghampiri Atlas lalu menepuk pelan bahu cowok itu.
"Ikut gue keluar sebentar," ujarnya. Atlas menurut. Dia menoleh sebentar pada Arona yang masih tertidur sebelum mengikuti langkah Arsena keluar dari ruangan.
"Lo berdua lagi ada masalah?" tanya Arsena langsung begitu keduanya sufah berada di luar ruangan.
Atlas terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.
"Arona nelpon gue malam itu tapi yang ngangkat si Cherry," cerita Atlas.
"Hah? kok bisa?" kaget Arsena.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATARONA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Atlas Harvino Kusuma, cowok ganteng dengan kisah cinta bertepuk sebelah tangan saat SMA membuatnya tidak pernah lagi berniat menyukai cewek manapun hingga dia harus berurusan dengan seseorang. Arona Khansa Dirgantara, c...