PENGHANGAT!

10 2 0
                                    

Imajinasiku tentangmu terlalu rendah. Kau kuanggap asing yang ternyata paling paham saat aku dalam situasi paling bawah!

     Aku terus berlari menuju gerbang sekolah. Saat sedikit lagi sampai di gerbang, aku menghentikan langkahku mengeluarkan semua air mataku menangis sejadi2 nya. Aku tak paham apa yg terjadi. Semuanya terasa absurd. Farel yg aku kenal selalu meratukan ku, mengapa dengan leluasa nya dia berciuman dengan Hellen. Iyah, Hellen. Kakak senior kelas 12 yg di kenal sebagai model majalah sekolah. Jika aku di bandingkan dengan Hellen tentu saja sangat jauh perbedaannya. Gaya nya modis dan selalu jadi pusat perhatian.

'Tuhan, jangan renggut bahagia masa remajaku' ucap bathin ku dengan lirih.

     "Din, are you okay? " tiba2 Gara memegang pergelangan tanganku. Aku melepaskan tangan Gara yg membuatku sedikit tak nyaman.

     "Mau pulang? " Gara berucap dengan lembut. Aku menunduk dan menggeleng.

     "Aku antar kamu pulang yah, disini masih ada beberapa OSIS. Jangan menangis di sini. Aku antar pulang yahh. Kamu tunggu disini. Aku ambil kunci mobil dulu" Gara pergi meninggalkan ku.

     Di mobil Gara
     Aku hanya memperhatikan jalanan dengan tatapan kosong. Mataku sembab. Aku hanya ingin diam. Diam dan diam. Mulutku serasa berat berbicara. Namun hatiku terus mencerca dengan ribuan pertanyaan 'nyata gk sih? ' aku menangis sampai sesegukan sembari tanganku mengusap air mata yg mulai terjun bebas.

     "Nangis aja din, gak usah di tahan. Kakak paham ko kamu hanya sedang ingin menangis" ucap Gara sembari memperlambat laju mobilnya. Gara mengambil tissue di dalam laci mobilnya.

     Setelah beberapa menit aku hanyut dalam tangisanku. Kak Gara mulai mengajaku mengobrol dengan santai.

     "Owh Iyah Din, kamu masih ingat masa SD kamu gk? " Gara mulai menghangatkan suasana sembari terus menyetir.

     "Sedikit ka" jawabku dengan suara parau.
     "Mungkin kalau kamu masih ingat, waktu kamu kelas 4. ada kaka kelas yg dengan isengnya ngelempar sepatumu ke selokan." Ka Gara tersenyum seperti orang salah tingkah.

     Aku mulai memperhatikan obrolan Kak Gara, dan memang aku ingat bahkan sangat ingat pengalaman itu. Pengalaman menyebalkan.

     "Iyah ka aku ingat. Tapi yg ngelempar sepatuku lari gt aja gk minta maaf gk ngomong apa2, dan abis kejadian itu aku udh gk liat dia lagi di sekolah. Gk tau dah kek ngilang tu kaka kelas" ucapku mulai terbawa suasana kehangatan yg kak Gara berikan.

     Ka gara tertawa kecil "Maaf yah din, itu aku." Kak Gara menengok ke arahku sebentar.

     "Hah? Masa sih kak. Tapi ka Gara gak mirip sama dia! "Aku mulai memperhatikan wajah ka Gara dengan seksama.

     "kan dulu masih kecil din."Ka Gara menatap mataku sekilas.

     "dulu aku lagi kesel sama ayah. Setahun lagi aku lulus malah di pindah ke Bali karna pekerjaan Ayah yg di Bali sedang kolep. Bahkan buku2 yg ada di kelasku aja aku berantakin saking kecewanya" Kak Gara mulai menjelaskan dengan detailnya.

     "Owh pantes abis itu ngilang gt aja. Tapi gapapa sih kak. Toh udah berlalu juga" ku perlihatkan senyumku meski tipis.

     "Semenjak ayah berpisah dengan ibu, dia jadi makin sibuk bahkan seperti gak ada waktu sama sekali. Aku besar di tangan mba minah, ART ku.  Ayah paling pulang sebulan sekali. Tapi kebutuhanku semua terpenuhi. Hanya saja, tak ada perhatian." aku melihat raut wajah kak Gara yg sedikit murung. Aku sedikit leluasa bercerita dengan kak Gara. Itupun saat tau ternyata dia kakak kelasku sewaktu SD.

     "Sebenarnya aku sama ka Farel di kenalkan oleh Mama. Mama itu temen baiknya tante Amira. Awalnya aku biasa aja sama ka Farel. Tapi dia meratukan aku dengan baik kak. Humoris bahkan tak pernah sekalipun memegang tanganku. Dia bener2 menjagaku ka." tak terasa air mata mulai jatuh kembali. Aku mengingat betul bagaimana kenangan demi kenangan yg aku lalui bersama Farel.

     Kak Gara mengusap pundaku dengan lembut. "Sabar yahh din. Ini semua udh terjadi. Pikirkan baik2 untuk kedepannya. Adegannya udh kamu liat sendiri kan.? " Ka Gara seperti paham apa yg Dinda butuhkan saat ini .

     "Kak, mohon jaga rahasia yg ka Farel dan Kak Hellen tadi yahh" ucapku dengan pelan.

     "Iyah din. Pasti!! " jawab Gara dengan mantap.

     "Kamu mau aku antar sampe rumah?"

     "Jangan kak. Kalau mama liat mataku yg sembab sakitnya bisa makin parah. "

     "Mamamu sakit? " tanya kak Gara yg hanya kubalas anggukan kepala.

     "Mama sakit apa din? "

     "Mama sakit jantung. Tapi udh 5 tahun ini kedua kaki mama kena struk ka. Jadi cuma bisa duduk di kursi roda. Makanya apapun yg di perintahkan mama aku nurut aja. Termasuk mama memperkenalkan aku sama kak Farel. Kalau mama sampai tau kejadian ini. Jantung mama bisa kambuh" jelas ku dengan sangat detail nya.

     "Ke rumahku mau? " kak Gara menatapku dengan penuh harapan. Aku hanya diam memikirkan ajakan kak Gara. "Tenang, Ada mba Minah sama mba zara asisten d rumahku jga"

     "Ya udh kak" aku mengiyakan ajakan Kak Gara. Mungkin sampai keadannya terlihat baik2 saja. Aku harus menghindari kontak dengan mama saat ini.

***

Hallo readers yg tampan dan cantik jelita. Ini novel pertamaku. Jangan lupa vote dan tinggalkan kesan pesannya yaahh. Maaf juga kalau ada typo Saranghae readers 😙

Jangan lupa follow my account ❤️

•Instagram @naufalyn.anr
•Tiktok @uwie
•Facebook @Dewi Alyn Nurhasan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang