╭┉┉┅┄┄•◦ೋ•◦❥•◦ೋ
U R S A M A Y O R
•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉╯•
•
•
"Grace, aku sudah menyiapkan segala kebutuhan mu selama di bumi."
"Terimakasih, Ree."
"Jika ada suatu hal yang menyusahkan Grace, tekan saja angka satu ini. Aku akan datang," ujar lelaki paruh baya itu sembari menyerahkan sebuah smartphone pada sang gadis.
Setelah itu ia undur diri, dan pergi dari hadapannya.
Kini sang gadis berdiri di atas rooftop gedung tertinggi, melipat tangan depan dada, sekilas kilat biru di maniknya nampak menawan. Hidup di bumi ternyata tak seburuk yang ia bayangkan. Tak ada peperangan, tak ada tanda-tanda kehancuran. Berbeda dengan dunia nya di galaksi ursa mayor —populasi kehidupan hampir punah disebabkan oleh kemajuan teknologi yang mencapai titik tertinggi. Pada akhirnya ia harus melarikan diri jika tak ingin lenyap. Dan bumi yang didominasi oleh warna biru, membuat ia memutuskan untuk kabur ke sana.
Sejenak ia menatap smartphone di tangannya, ia berdecih. Benda ini sudah ketinggalan zaman di ursa mayor, bahkan sudah di pajang di museum tekhnologi. Namun tak apalah... ia harus beradaptasi di tempat yang di sebut bumi ini.
Sang gadis kini telah mengubah seragamnya menjadi gadis sekolah menengah atas, langkah kakinya tiba di depan gerbang, dan seluruh pasang mata menatap ke arahnya. Seorang lelaki tua dengan tergesa menghampiri dirinya di sana.
"Kerabat Tuan Ree?" tanya lelaki itu memastikan, dan sang gadis hanya mengangguk. Lelaki itu langsung mengarahkannya ke ruang guru, mempertemukannya dengan wali kelas, setelah itu ia diberikan nametag yang akan mempermudah siswa lain mengenalnya.
Kedatangan murid baru kelas dua belas di sekolah itu langsung jadi perbincangan para siswa, dan sang gadis jadi populer di hari pertama. Tepat saat ia memasuki kelasnya, seluruh tatap mata menatapnya seolah memuja. Ia menyukai reaksi para manusia itu. Kemudian sang guru memperkenalkan nama Celine secara resmi di sana, lantas riuh tepuk tangan diberikan padanya, Celine tersenyum senang.
Saat jam istirahat pertama, banyak anak anak yang ingin berbicara dengannya, tapi sepertinya mereka cukup segan melakukan hal tersebut. Dan gadis pertama yang cukup percaya diri mengajak Celine berkenalan, membuat ia tersenyum miring.
"Hai, Celine... Nama ku Leanna."
Garis senyum gadis itu cukup cantik di mata Celine, ia pun tak punya pilihan selain menerima jabatan tangan itu. Lantas Celine balas tersenyum manis, mencoba membuat image baik di bumi.
"Salam kenal ya," ujar Leanna.
Dari perkenalan itu, ia akhirnya mengobrol banyak dengan Leanna, ia membawanya berkeliling sekolah, memasuki ruang musik, memainkan piano, dan kemudian berjalan menuju perpustakaan, selanjutnya ke ruang teater, dan banyak lagi. Celine jadi tau bahwa Leanna merupakan cucu dari pemilik yayasan sekolah mereka. Celine tersenyum miring, mungkin ia bisa memanfaatkan hal tersebut kedepannya.
Jika kalian bertanya, bagaimana Celine dapat mengerti bahasa penghuni bumi? Ada sebuah alat transparan yang menempel di telinganya, dan dapat menerjemahkan bahasa apapun dengan cepat.
Hari pertama di sekolah cukup menyenangkan. Ia jadi pusat perhatian, ia di senangi para siswa-siswi, dan ia jadi kesukaan guru karena dapat menjawab segala pertanyaan dalam mata pelajaran. Di ursa mayor, bahkan Celine di ejek karena tak bisa membuat bola api di sarung tangannya —sedangkan di bumi, ia jadi terkesan jenius begini. Bagaimana ia tak senang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ursa Mayor
Fantasy[On Hold] Fantasy short story by ayuuohh. "Berhenti bermain-main, dan kembalilah ke dunia mu." Saat kalimat itu terlontar dari mulut Teon, detik itu Celine menemukan sebuah ketertarikan, prihal eksistensi manusia yang dapat membaca pikiran. Awalnya...