rumah

40 0 0
                                    

suatu kalimat indah ketika kamu mendeskripsikan. Ya, sebagian lainnya beranggapan berbeda. Mungkin kita ga bisa ngatur dan ngerancang supaya kita bisa dapet apa itu rumah yang seharusnya, karena pada dasarnya itu semua diluar kendali kita. Kita juga harus menerimanya kalau emang kita ga dapetin rumah yang semestinya bukan ? tapi ...

sudah berapa kali kamu melihat ayahmu mengeluh tentang kerasnya dunia ?

sudah berapa kali kamu mendengar ibumu menyemangati ayahmu ?

lalu apa yang kamu lakukan ?

hanya diam ?

jika kamu mengatakan "ya",  akupun begitu 

rumah bukan persoalan tentang bangunan saja, harusnya kita juga dapet isi di dalamnya. Sosok ayah yang harusnya bahagia ketika menjalani hari-harinya, ibu yang nyiapin sarapan buat semuanya, sosok kakak yang harusnya jadi contoh untuk adiknya. Itu yang aku bayangin setiap aku denger kata rumah. Tapi apakah aku mendapatkannya ? Atau belum ? Atau bahkan tidak sama sekali ?

tiap hari aku harus bisa kuat ketika aku harus lagi mendengar keluhan ayah dan juga ibuku. Tapi apakah aku bisa kuat untuk seterusnya ? 

mempunyai keluarga lengkap juga ga ngejanjiin bakal memaknai rumah yang seharusnya. Punya banyak kakak juga ga ngejamin bisa ngasih contoh buat ngejalanin hidup, karena kenyataan yang aku jalanin malah mereka sendiri yang ngerusak jalan semuanya dan juga mengubur makna rumah. Banyak orang yang bahagia ketika aku menjawab pertanyaan mereka kalau aku mempunyai banyak kaka. Kata mereka "pasti seneng banget punya banyak kakak bisa cerita-cerita, mau apa-apa pasti dibantu, kalau aku jadi kamu aku pasti bahagia". Nyatanya bahagia yang mana ? Sampai-sampai aku tidak merasakannya.

tiap hari nyoba buat cari jawaban kenapa harus kaya gini buat ngejalanin hidup ? Kenapa harus hidup demi bertahan hidup saja, karena sesekali akupun ingin menikmatinya. Aku siap buat nerima kebahagiaan yang akan datang, tapi kenapa lagi-lagi bukan bahagia yang datang, kenapa ?

hari demi hari aku lewati tanpa tahu jalan mana yang ditempuh, sesekali aku melewatinya dengan melebarkan senyum walau pada akhirnya ada yang berjatuhan juga.

jadi kuat bukan lagi tujuan, melainkan keharusan. Kadar kebahagiaan apa yang melebihi batasnya sehingga sulit sekali sekarang untuk mendapatkannya, apa ekspetasiku yang berbihan atau bagaimana ? Karena untuk tujuan dan harapan pun tak punya.

mau bicara dunia ga adil, ya pada dasarnya dunia emang ga adil bagi semua orang, yang membedakan cuma proses dan hasilnya. Mau berapa kalipun teriak lelah pada akhirnya kita tetap hidup sampai sekarang bukan ? Walaupun ya harus siap buat sedih, marah, dan kecewa lagi. Gpp kalau emang waktunya buat ngerasa ga baik-baik aja ya ekspresiin aja, gausah terlalu dengerin orang lain karena ga semua orang penting di hidup kita begitupun sebaliknya.

karena kita juga ngga bisa nge-push diri kita buat bisa ngelakuin semuanya.

fakta yang aku dapetin dari rumah untuk sekarang, rumah hanya seonggok bangunan, ngga semua rumah bisa bikin nyaman ataupun tenang. Banyak orang beranggapan bahwa rumah adalah tempat paling nyaman, ya itu untuk mereka.Ga semua bisa sama rata. Kita juga gabisa maksa buat ngubah semuanya, karena mungkin takdir hidup emang harusnya kaya gini. Emang harus dijalanin lagi, emang harus nangis lagi, harus dialog sama bulan lagi, berdoa aja supaya ketika kamu melewatinya di barengi dengan beberapa senyuman.

mad







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

da qualcunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang