|[1]|Dekorasi Kelas

1 1 0
                                    

|[Cerita ini adalah karya fiksi yang penuh imajinasi. Cerita ini sengaja ditulis oleh penulis agar pembaca dapat menikmatinya. Jika ada sesamaan nama tokoh,  nama tempat, itu hanya kebetulan saja. Karena ini sepenuhnya khayalan dan imajinasi saja.  Selamat membaca.]|

Sore itu kelas 2-A di SMA X terlihat sibuk sekali. Beberapa murid di kelas itu sengaja pulang sedikit lebih lambat dari hari biasanya,  karena ingin mendekorasi ruang kelas mereka.

Pak kepala sekolah, mengadakan beberapa lomba untuk kegiatan pekan seni,  salah satunya lomba dekorasi kelas. Seluruh kelas wajib ikut serta dalam lomba ini dan kelas 2-A salah satunya. Mereka mulai mendekorasi lebih awal dibanding kelas lain, karena ingin cepat-cepat selesai.

"Ren, kami bertiga ijin pulang duluan ya,  soalnya mau latihan lomba mandiri." Rehan mewakili dua temannya untuk pulang lebih awal untuk persiapan lomba mandiri yang mereka ikuti.

"Iya, tapi besok kalian wajib ikut dekor yak."

"Siap ketua!" jawab mereka bertiga serentak dan keluar dari kelas.

"Fa, uang kas kelas kita sebagian dipake dulu ya, buat beli peralatan dekor," ujar Ren pada sekretaris kelas yang baru saja melewatinya.

"Barusan dikasi pengumuman,  udah langsung dekor aja, nggak persiapan dulu, Ren?" tanyanya karena merasa keputusan Ren terlalu cepat untuk mendekorasi kelas.

"Iya fa,  gak papa,  biar cepat selesainya, lagian di kelas kita banyak yang ahli dekor, tenang aja."

"Iya dah,  ntar, gue ambil buku kas dulu." Fara berjalan ke bangkunya dan mengambil buku kas untuk mengecek jumlah uang kas yang tersisa saat itu. "Sisa uang kas kelas kita Rp. 357.000, Ren."

"Wih banyak juga," ujarnya tenang.

"Iya iya, jangan habisin semuanya buat dekor." ketus Fara selaku bendahara.

Ren menerima uang kas sekitar Rp. 50.000 dari Fara untuk membeli perlengkapan dekorasi kelas yang dibutuhkan. Ia menunjuk empat temannya yang tengah bersantai sambil bermain ponsel di pojok kelas.

"Wei!  lu yang berempat, sini,  gue punya tugas buat kalian."

"Dih, si Ren,  sok-sok an ngasi tugas segala. Ca!  Lu dipanggil ketua kelas itu." Kesal Sintia yang sedang asik bermain ponsel malah diganggu ketua kelas dengan perintahnya.

"lah ,kenapa gue,  kan yang dipanggil kita berempat." tolak Caca-si doyan makan karena merasa keberatan dengan permintaan Sintia.

"Yaelah,  apaan sih, Ren?  Gak liat apa,  kita berempat lagi sibuk ini?"

"Kalian mau jajan gak,  ntar gue traktir abis pulang ngedekor kelas." bujuk Ren.

"Ya...mau lah,  masa nggak,  iya kan gais?" sahut Sintia cepat.

"Kalo gitu bantu beliin perlengkapan dekor pake duit ini, dan ini catatannya." Ren menyodorkan uang selembaran Rp. 50.000 dan daftar perlengkapan yang akan dibeli."Wei,  itu duit jangan dipake buat yang lain. Tuh duit kas kelas, kalian taukan seberapa detailnya si Fara?" bisik Ren pada mereka berempat.

"Hehehe,  iya iya,  tapi jangan lupa traktirnya ketua."

Setelah menerima uang untuk membeli peralatan dekorasi kelas,  Sintia dan ketiga temannya langsung membeli perlengkapan tersebut sesuai daftar yang telah ditulis oleh para ahli dekor di kelas mereka.

Beberapa kantong kresek pun berhasil mereka bawa kembali ke kelas beserta sisa uang kembalian belanjaan perlengkapan dekorasi tersebut dan secarik kertas daftar belanja.

"Nih, yang lu suruh tadi." Sintia dan teman-temannya yang baru saja kembali dengan beberapa kantong kresek berisi perlengkapan dekor di tangannya langsung menaruhnya di atas meja guru di kelas mereka.

"Wih, gercap juga kalian." puji Fara berjalan mendekati perlengkapan yang baru saja dibeli."Kembaliannya?" Fara menyodorkan tangannya untuk meminta sisa kembalian uang kas pada Sintia.

"Segitu amat, bu ben. Kita berempat ini orang-orang jujur." sahut Caca memberikan sisa kembalian uang kas tersebut dan secarik kertas daftar belanjaan tadi.

"Ya,  makasih," jawab Fara menyimpan uang tersebut kedalam saku roknya.

Beberapa murid yang ikut mendekorasi ruang kelas tersebut,  mendekati bahan dan alat yang baru saja dibeli karena penasaran.

Setelah beberapa menit berlalu,  Ren akhirnya memutuskan untuk membagi tugas sesuai dekorasi yang akan dibuat. Ia meminta teman-temannya untuk bekerja sama agar kegiatan dekorasi ruangan tersebut selesai.

Murid-murid yang dinilai terampil dan memiliki kemampuan lebih dalam mendekorasi ruangan dan seni akan menghendel sepenuhnya bagian latar belakang kelas, mereka telah menetapkan tema yang cocok untuk membuat sebuah dekorasi disana. Tema yang mereka pilih adalah dinding mancanegara.

"Kalo dipikir-pikir, tema mancanegara, kayaknya kurang cocok deh." Ren membuka diskusi ditengah para ahli dekor menurunkan aksesoris dinding, seperti mata pelajaran dan daftar piket.

"Cocok kok, Ren. Lagiankan, jurusan kita IPS, jadi wajar dong temanya,  mancanegara," sahut salah seorang temannya.

"Emang kalian bikin tema mancanegaranya yang kayak gimana?" tanya Ren memastikan.

"Ya, seperti yang kita diskusiin diawal tadi. Kita bikin gambar bola dunia gede di dinding ini pake kertas karton hitam, jadi ada efek siluetnya gitu. Kalo udah ditempel ntar dilanjutin bikin siluet tujuh keajaiban dunia pake karton hitam juga, cuma dikasi lineart pake spidol putih, ditempelnya disekeliling siluet globe, ya... Mirip-mirip film masha and the bear sih," tuturnya menejelaskan.

"Ooo, yang episode Si bear mau keliling dunia tapi tiketnya hilang itu yak." timpal teman sebelahnya.

"Iya, yang itu." sahut teman sebelahnya lagi yang sepemikiran.

"Ntar,  rencananya mau ditambahin aksesoris dekor pake awan, bintang, bulan, sama bendera-bendera negara yang udah gue minta prin tadi," lanjutnya menambah penjelasan.

"Wih, makin keren dong dindingnya," ujar Ren menanggapi penjelasan salah satu anggota tim dekor tersebut.

"Nah, trus, apaan yang bikin lo masih ragu,  Ren?" tanya salah seorang tim lainnya pada Ren.

"Hm, gue kepikiran dananya. Ntar ngabisin banyak uang kas lagi, kan gue yang bakal diomelin si Fara," lanjut Ren.

"Jangan kepikiran gitulah, lu percayakan kalo kami yang dekor dinding belakang sepenuhnya?"

"Iya, Ren, kami bakal sehemat mungkin deh, make uang kas." sahut teman lainnya.

"Hehehe, oke kalo gitu, lanjut gengz,  semangat. Gue mau bantu tim mading dulu." Ren beralih kearah tim dekorasi mading. Ia berniat sedikit membantu.

Sebagai ketua kelas yang baik, Ren paham betul dengan tanggung jawabnya didalam kelas. Tapi itu tak membuat jati dirinya berubah, ia masih tetap menjadi seorang murid yang pemalas, suka mengeluh, banyak bicaranya dibanding kerjanya dan sering bolos dijam pelajaran dengan alasan pusing trus tidur di UKS.
Itu sebabnya, dalam kegiatan dekorasi kali ini, ia lebih sering berkeliling, melihat-lihat pekerjaan para tim dekor sambil bermain ponsel dibanding membantu secara langsung.

"Ren, lu ngapain?" tanya Dean,  sahabat Ren yang sedang sibuk memotong kertas karton berbentuk bintang.

"Gue capek Dean," jawabnya menoleh sejenak pada Dean.

"Capek dari mananya?" tanya Dean sedikit tertawa.

"Iya capek mantau, hahaha." balas Ren dengan canda." Dean, lu tau nggak, rumor tentang Violet game?" tanya Ren sedikit berbisik.

"Hm, yang lagi viral di sekolah sebelah ya?" tanya Dean balik memastikan dugaannya benar.

"Iya itu, menurut lo asli apa nggak?"

"Kayaknya nggak." Dean bergeser mendekati Ren.

"Gue mau coba,  kalo lu?" Ren berencana untuk mengajak Dean bermain permainan yang dirumorkan tersebut.

"Heh, kalian lagi bahas apaan?"


⭐️⭐️⭐️
Next...
Jangan lupa support-nya
Vote,  comment, follow,  and share
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#pinky_pen02 #hororstory #game

Violet GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang