Ditengah kesibukan para tim dekor melakukan kegiatan mereka, Ren yang sedang beristirahat memulai gosip hangat bersama Dean.
"Dean, lu tau nggak, rumor tentang Violet game?" tanya Ren sedikit berbisik.
"Hm, yang lagi viral di sekolah sebelah ya?" tanya Dean balik, memastikan dugaannya benar.
"Iya itu, menurut lo asli apa gak?"
"Ya... gak lah." Dean bergeser mendekati Ren.
"Kalo nggak asli, trus kenapa ada kasus kematian satu kelas?" lanjut Ren curiga.
"Menurut gue sih, ada faktor lain penyebab tragedi itu." Dean berusaha untuk tetap berfikir positif.
"Gue mau coba, permainannya. kalo lu?" Ren berencana untuk mengajak Dean bermain permainan yang dirumorkan tersebut.
"Heh, kalian lagi bahas apaan?" sela Putri yang posisi duduknya di samping Dean.
Putri juga merupakan anggota tim dekor di kelas 2-A, ia ikut mengatur bagian dinding belakang, karena kemampuan dekorasinya lumayan bagus. Tapi, ia adalah tipe perempuan yang gampang sekali untuk penasaran terhadap sesuatu hal yang terjadi disekelilingnya.
"Gak ada, Put. Kepo amat lu." ketus Dean menjawab pertanyaan Putri.
"Dih, serahasia itu emangnya?"
"Iya," sambung Dean kembali.
"Oh, yaudah, kalo gak mau info cara main violet game-nya juga ga papa." Putri mengalihkan pandangan pada pekerjaannya kembali.
"Yaelah, Put. Gitu amat, kasi tau lah biar kita bisa main. Ya, sekalian buat ngisi waktu istirahat ini." bujuk Ren yang sangat penasaran dengan rumor tersebut.
"Gak ah, males gue, sama si Dean," sahut Putri yang enggan memberi penjelasan tentang permainan tersebut.
"Put, bukannya Violet Game itu bahaya, ya?" tanya Cia yang duduk berseberangan dengan Putri.
"Kalo menurut gue sih, keaslian permainan itu tergantung pemainnya aja."
"Lah, gimana maksudnya," sahut Jean yang ikut mendengarkan pembicaraan tersebut.
"Maksud gue itu, kalo pemainnya percaya bisa manggil roh si Violet pas main game nya ya... Mungkin aja, game itu beneran," jelas Putri.
"Hm, trus kalo si Violet beneran datang, kita harus nyelesain game-nya sampe akhir dong?" timpal Dean lanjut bertanya.
"Ya... Gitu deh. Itu kalo ada yang percaya, kalo semua pemainnya gak percaya ya, mungkin permainannya akan selesai gitu aja," sambung Putri menambah penjelasan berikutnya.
"Kok lu, tau banyak, Put?" tanya Ren.
"Gue ngikutin rumornya udah lama banget, Ren, tapi gak pernah nyoba."
"Jadi, lu percaya?" tanya Dean kembali.
"Si Putri mah orangnya percayaan sama yang begitu-begituan." Cia menyela Putri yang hendak menjawab pertanyaan Dean.
"Hahaha, gak gitu juga, Cia." Putri tertawa kikuk.
"Nah, kalo gitu, kita mulai aja permainannya." Ren, ternyata sudah menyiapkan selembar kertas dan pena. Ia menunjuk Dean sebagai dalang yang mengatur jalur permainan tersebut.
"Ngapain lo kasi kertas sama penanya ke gue?" tanya Dean sedikit terkejut karena Ren tiba-tiba menyodorkan secarik kertas kosong dan sebuah pena padanya.
"karna lo yang paling gak percayaan disini, jadi lo, gue angkat sebagai dalang di permainan ini," tutur Ren.
"Ini nih, kebiasaan lo, suka nyuruh gitu aja." kesal Dean, tapi ia tetap menerima kertas dan pena tersebut.
Dari dua belas murid yang ada di dalam kelas 2-A saat itu, semuanya ikut serta dalam kegiatan dekorasi kelas mereka. Disela-sela kesibukan mendekor, Ren mengajak empat tamannya untuk bermain Violet Game untuk mengisi waktu istirahat ditengah sibuknya kegiatan mendekorasi kelas tersebut.
Violet Game adalah sebuah permaian yang rumornya telah menyebar ke seluruh sudut kota Sean saat itu. Permainan ini sedang hangat-hangatnya dikalangan murid SMA, karena penasaran ingin mencobanya.
Sebuah kasus mencekam menimpa salah satu SMA di kota Sean beberapa waktu lalu.
Tragedi kematian yang menewaskan seluruh murid dalam sebuah kelas di SMA tersebut. Penyelidikan masih dilakukan oleh tim kepolisian dan rumor terus saja beredar akibat tragedi tersebut dimana, para korban di kelas itu menjadi tumbal setelah memainkan Violet Game dan berhasil memanggil roh Violet untuk ikut bermain, tapi permainan tidak bisa diselesaikan karena satu per satu pemain tewas seketika saat permainan masih berlanjut.----------
Setelah menerima secarik kertas kosong dan sebuah pena dari Ren. Putri menjelaskan kepada sang dalang-Dean untuk menulis beberapa gambar di kertas tersebut. Sesuai yang diinstruksikan Putri, Dean menulis kata "mulai" dan "selesai" dibagian paling atas kertas, kemudian membuat gambar lilin, kotak kado, sepatu, dan pita. Berikutnya, Putri meminta masing-masing pemain menuliskan nama mereka di bawah gambar tersebut, kacuali Dean, karena ia adalah dalang di permainan itu.
"Gue pilih gambar sepatu," ujar Ren.
"kalo gue gambar lilin," sambung Cia menunjuk gambar lilin tersebut.
"kalo gitu, lo tulis nama duluan." suruh Dean seraya menyodorkan pena tersebut pada Cia.
Setelah selesai menulis namanya, Cia memberikan pena tersebut pada Putri karena dia memilih gambar kotak kado sebagai pilihannya.
"Next, Lu, Ren." Selanjutnya, pena tersebut sampai pada giliran Ren untuk menuliskan namanya, dan yang terakhir yang memilih pita adalah Jean.
Setelah mereka berempat menuliskan nama mereka dimasing-masing benda yang telah digambar tersebut, selanjutnya akan Bernyanyi dan para pemain akan bersembunyi agar Violet bisa mencari mereka dan mengumpulkan mereka semua di tempat awal permaian dimulai menjadi sebuah kado yang indah.
Sang Dalang mulai bernyanyi untuk memanggil roh Violet. "Violet, Violet, aku disini, baru saja kehilangan lilin, cuaca gelap, aku tidak bisa menemukan kotak kadonya, ayo bantu aku." ia menyelesaikan bait pertama lagu sambil membuat gambar lingkaran yang mengelilingi keempat gambar di kertas tersebut.
Sang Dalang melanjutkan nyanyiannya seraya bertepuk tangan untuk menambah irama."Violet, Violet, aku disini, baru saja memulai permainan. Aku tau kotak kado disana masih kosong jadi ayo temukan isinya."
Ia pun melanjutkan ke bait berikutnya."Violet, Violet, hari ini ulang tahunmu, bantu aku membungkus kadonya, temukan pita pengikatnya." kali ini Dean bernyanyi dengan irama pelan, ia merasakan suasanya yang berbeda di ruang kelas tersebut, tapi ia tetap melanjutkan nyanyiannya dengan mengulang kembali nyanyian tersebut dengan waspada.
Dean memberi tanda silang pada tulisan "Mulai" di kertasnya setelah nyanyian tersebut selesai dan meletakkan pena tersebut di samping kertas permainan.
Entah karena mengantuk atau karena angin, Dean melihat pena itu sedikit bergerak memutar dan cuaca yang cerah pun tiba-tiba menjadi mendung."Permainan, baru saja dimulai," bisik Dean menunggu apakah terjadi sesuatu di luar sana, di tempat teman-temannya bersembunyi, sambil mengingat penjelasan Putri sebelum bermain."Jika diantara para pemain percaya bahwa Game ini nyata, maka Violet akan datang dan permainan harus diselesaikan, jika tidak maka, permainan akan selesai begitu saja."
Dari yang Dean ungkapkan kepada Ren bahwa ia tidak percaya, sebenarnya itu hanyalah kebohongan. Ia berfikir bahwa permainan ini nyata dan sangat berbahaya untuk dimainkan, seharusnya ia memperingati Ren untuk tidak memulai permainan ini agar tak ada korban yang berjatuhan.
"Karena permainan sudah dimulai, gue harus kesampingkan dulu pikiran negatif gue, gue percaya aja kalo permainan ini gak nyata, dan bakal berhenti gitu aja." Dean berusaha menenangkan dirinya yang tengah khawatir saat ini.
___
"Ini sepatu! Bukan lilin!" terdengar teriakan seseorang dari ruangan UKS.
⭐️⭐️⭐️
Next...
Jangan lupa support-nya
Vote, comment, follow, and share
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#pinky_pen02 #hororstory #game
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Game
Horror🌼langsung baca aja lah🌼 Males spoiller 😂 yang pasti ini cerita tentang permaian kematian di sekolah👻