01. Bad Page

22 2 0
                                    

ⅠⅠ
0:40 ───ㅇ───── 3:06

Ateez
-Turbulence-

*

Aku hanya kunang-kunang
dan engkau Senja.
Saat gelap kita berbagi
Saat gelap kita abadi

( Moammar Emka )

*

Banyak orang kian menanti datangnya hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Banyak orang kian menanti datangnya hari ini. Gemerlap kilat dari langit dan sorak-sorai manusia yang memadati jalanan di luar begitu keras terdengar. Tahun baru sudah datang sejak sepuluh menit yang lalu.

Ini tengah malam, namun daerah ini tidak lagi sepi.

Masih bisa melihat langit yang dihiasi bintang dan kilau indah cahaya kembang api adalah anugerah walau tidak banyak orang yang memahaminya.

Yaitu paham bawa hidup adalah sebuah kesempatan besar yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia.

"Itu gambar apa?" Ucap seorang lelaki yang memakai kaos putih. Ia memandang gadis di depannya yang sedang sibuk memasang sebuah lukisan di dinding ruangan. Kursi yang cukup tinggi digunakannya untuk pijakan berdiri.

"Udah tau masih nanya. Kebiasaan kamu emang." Tutur sang gadis ketus.

Lelaki tadi tertawa membuat kedua matanya yang indah tiba-tiba berevolusi menjadi bulan sabit. "Kenapa masih suka ngelukis gambar yang monoton mulu sih?" Ucapnya kemudian.

Merasa puas dengan gambar yang titik sudutnya sudah seimbang, gadis itu kemudian turun. Ia memegangi ujung dress vintage bermotif bunga yang ia kenakan agar tidak tersibak. Lelaki tadi juga ikut mencekal tangan gadis itu untuk membantunya turun dengan selamat.

"Dih apaan deh, ini bukan monoton. Tapi selera kamu aja yang kuno." Gadis itu mencibir yang membuat sang lelaki terkekeh. Sifatnya memang tidak pernah berubah.

Keduanya saling menatap lukisan berukuran 40 kali 60 yang sudah terpajang dengan indah. Lukisan yang menampilkan sebuah pemandangan senja yang diiringi kunang-kunang yang terbang bebas. Cantik sekali.

"Oh iya kamu memang belum aku kasih tau." Gadis itu menopang dagunya. "Mau kuceritakan kenapa aku sangat menyukai objek pemandangan lukisan ini?" Tanyanya kemudian dengan mata berbinar.

"Ini bukan kenangan dan tidak akan pernah menjadi kenangan." Lanjutnya.

Lelaki tadi menampilkan senyum manis. Ia Menatap sang gadis yang asyik mengamati lukisan itu. Rambutnya yang panjang terurai kian indah diterpa semilir angin di malam bergantinya tahun.

"Ceritakan. Aku ingin mendengarnya." Ucap lelaki itu.

Lantas sang gadis kemudian tersenyum.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIREFLIES in RAIN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang