PROLOG

946 36 3
                                    

Hampir dua tahun lamanya negeri ini dilanda pandemi, semua lapisan masyarakat turut terkena imbasnya. Selama satu tahun belakangan ini aku hanya berfokus menjadi tukang ojek online untuk menghidupi keluarga kecilku yang sudah ku bangun sebelum pandemi melanda.

Beruntungnya istriku tidak pernah mengeluh soal pekerjaan ku selama ini, asalkan untuk makan dan kebutuhan sehari-hari bisa selalu aku penuhi. Kini aku tinggal disebuah rumah bekas peninggalan ayah ku, sedangkan Ibuku pulang kampung untuk menenani nenek dan kakek disana. Semenjak aku menikah awal 2020 lalu rumah ini sepenuhnya menjadi tanggungjawabku.

Sebelum menjadi tukang ojek online seperti sekarang aku adalah seorang guru olahraga disebuah sekolah menengah pertama di ibukota, namun karena pandemi melanda aku yang hanya guru dengan status honorer diberhentikan karena untuk mengurangi pengeluaran, saat itu aku juga mengajar di beberapa tempat namun lambat laun sekolah tempat ku mengajar semua memutuskan kontraknya dengan alasan pandemi ini.

Sejak itu hingga saat ini aku belum pernah lagi mengajar, rasa rindu tentu ada namun sayang belum ada satupun balasan email dari banyaknya lamaran yang aku sebar. Istriku selalu memberikan ku semangat, menjadi tukang ojek tidak membuatnya malu namun ia tetap bangga memiliku mau sebagai guru atau tukang ojek sekalipun.

Istriku pun bekerja sebegai perawat disalah satu rumah sakit swasta di ibukota, jelas pemasukan selama ini datang lebih besar dari upah istriku sebagai perawat. Sebagai seorang suami dan kepala keluarga jelas ada rasa minder dan insecure karena penghasilan istriku lebih besar dari pada penghasilan ku, bahkan aku sempat melarangnya dan menyuruhnya berhenti bekerja namun ia menolaknya dan tetap meyakinkan ku jika suatu saat aku memiliki pekerjaan yang lebih baik dari sekarang, gelar sarjana yang ku sandang pasti akan menemukan jalannya.

Pagi itu senyumku mengembang lebar hingga membua istriku kebingungan. Semalam aku iseng cek email ku barangkali ada balasan dari banyaknya lamaran pekerjaan yang ku kirim, dan ternyata ada satu email yang masuk dan belum sempat aku baca kalau dilihat sih sudah ada di kontak masuk email ku sejak dua hari yang lalu, dengan cepat aku membukanya. Aku kegirangan ternyata ada satu lamaran ku yang di notice dan aku di berikan kesempatan untuk interview keesokan harinya, aku sengaja tidak memeberi tahu Feby istriku pada malam itu.

"Tumben banget jam segini udah mandi, mana rapih banget lagi" sindir istriku yang sedang menyiapkan sarapan.

Aku lagi -lagi hanya tersenyum menghiraukan sindiran istriku.

"Mau ngojek aja segala rapih-rapih" sindirnya lagi.

"Sini kamu duduk dulu" kataku.

"Mas mau ada interview kerja hari ini" jelasku ketika Feby sudah duduk disebelahku.

"Serius Mas?" kata Feby kaget.

Akupun mengangguk membalas pertanyaan istriku.

"Alhamdulillah Mas. Aku ikut seneng dengernya. Semoga lancar ya Mas dan kamu bisa punya pekerjaan yang kamu pengen" katanya sambil memelukku.

"Alhamdulillah, doain Mas ya semoga bisa jadi guru lagi" kataku meminta doa restu.

Setelah sarapan aku pamit ke istriku dan kemudian pergi melesatkan motorku menuju sekolah yang nantinya menjadi tempat ku mengajar. Sebuah sekolah menengah atas swasta yang bisa dibilang cukup elit, aku tidak berpikiran sama sekali soal berapa gaji yang nantinya akan aku terima yang aku pikirkan sekarang adalah bagaimana aku bisa masuk menjadi salah satu guru olahraga di sekolah ini.

Bersambung

Cerita baru, semangat baru!
Ini adalah cerita kedua yang akan aku kembangkan lagi.

Cerita Pulang akan tetap terus berlanjut ya gais, ditunggu saja sekarang masih dalam proses penulisan untuk cerita yang di grup telegram.

Buat lanjutannya pasti akan aku lanjutkan disini ya.

Guru FavoritWhere stories live. Discover now