[FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA CERITA INI!!]
Bagi seseorang yang susah ditebak dan gamau ribet macam Aksara, punya wanita idaman amatlah merepotkan. Namun siapa sangka, pertemuan tak mengenakkannya dengan seorang gadis maniak permen stroberi dan p...
Berhubung aku udah lama gak up, part ini sengaja aku panjangin. 3000+ kata, tolong tinggalkan jejaknya bby 💋
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Audrey duduk sendirian di pinggir kolam di taman sekolah. Meremat ponselnya kuat-kuat dengan perasaan cemas. Ia sendiri pun bingung mengapa sampai sekalut ini hanya karena seorang Aksara, cowok yang sangat ingin Audrey hindari sebenarnya.
Namun mengingat pertanyaan Sagala pagi tadi, ia tidak bisa berpikir positif. Kemana Aksara, apa yang terjadi? Pertanyaan-pertanyaan terus muncul di kepalanya tanpa jawaban. Padahal baru tadi malam mereka bertemu demi serantang ayam goreng dan tumis kol pedas. Audrey jadi berpikir, apakah ia menjadi orang terakhir yang melihat cowok itu?
Bertanya pada Sagala pun segan. Tadi pagi saja Sagala langsung mengelak. Berarti dugaannya benar, kan?
Sekarang ia bimbang. Mau menghubungi Aksara atau mengabaikannya saja, toh bukan urusannya juga. Tapi Audrey tidak bisa. Sebagai sesama manusia, terlebih Audrey mengenal cowok itu membuatnya mengesampingkan pemikiran tersebut.
Akhirnya Audrey mengalah pada egonya. Ia mulai mengetik nama Aksara dikontaknya, dan memulai sambungan telepon. Panggilan pertama tidak diangkat, begitupun kedua dan ketiga. Namun di panggilan keempat, nomor cowok itu mendadak tidak aktif dan berada di luar jangkauan. Audrey semakin cemas.
"Mungkin dia lagi ada kelas tambahan? Atau mungkin tadi pagi dia duluan ke sekolahnya, makanya ngga ketemu sama anak Ravegas. Coba aku tanya Gala, deh. Kali aja dia beneran masuk dan ini cuma pemikiran aku," monolog Audrey. Ia langsung menghubungi Sagala untuk menuntaskan rasa penasarannya.
Sambutan hangat mengalun di telinga Audrey. Seperti biasa, Sagala menjawab sambil menggombal receh. "Sagala imut di sini, siap melayani Adel cantik dan baik hati!"
Audrey tertawa kecil.
"Gala, aku mau nanya, Aksa dateng ngga ya ke sekolah? Aku ada perlu soalnya," tanya Audrey. Berlangsung keheningan beberapa saat sebelum helaan napas berat di ujung sana semakin mempercepat detak jantung Audrey. "Dia ngga ada, Del. Gue sama yang lain juga nyariin."
"Gue pikir dia telat doang, ternyata emang gak dateng sama sekali. Gak ada keterangan juga."
Sudah ia duga. Ia memang belum terlalu mengenal Aksara, namun semakin ke sini kondisi cowok itu terlihat cukup memprihatinkan. Entahlah, ada sesuatu yang terkadang membuat Audrey menaruh kasihan padanya.
"Lo ada perlu apa emang? Ntar kalo ada kabar gue sampein aja."
"Gausah, Gal. Biar aku sendiri aja nanti, makasih banyak ya! Maaf udah ganggu kamu," ujar Audrey tak enak hati.
"Kaya sama siapa aja. Ini lo udah pulang?"
Audrey memperhatikan sekitar yang perlahan ramai. Anak-anak lain sudah mulai keluar kelas sejak bel pulang sekolah berbunyi lima menit lalu. "Udah nih. Aku lagi nungguin Yuna sama yang lain."