Part 2

57 5 0
                                    

Bagian belakang dan pertengahan lututnya sedikit berada di atas tubuhnya, jelas sekali sosok ini akan sangat tinggi jika memilih untuk berdiri. Kakinya berbentuk gilig dengan enam telapak yang mencuat,semuanya menghadap arah yang berkebalikan dengan yang lain. Dua kaki paling depan lebih panjang dari yang lain, darinya hanya terdapat dua buah jari yang begitu panjang hingga menambah kesan ganjil. Seram sekali bagiku hanya dengan melihatnya saja. sosok ini tidak punya bagian yang nampak membahayakan; tidak ada cakar atau gigi nan runcing. Namun, saat melihatnya, aku tak bisa mencegah tubuhku untuk berhenti merinding.Aku seperti terhenyak kembali pada alam sadar dan menatap Andrew -- yang tengah menatapku dan menunggu penuh harap.

Sepertinya, diagnosis sudah bisa ditegakkan. “Baiklah, Andrew, sepertinyaaku tahu apa yang terjadi di sini.”Dia sama sekali tidak terlihat lega. “Oh?” ujarnya datar.“Ya. Sepertinya, kau mengalami lu-““Lucid dream, yah, aku memikirkan itu juga,” potongnya. Aku hanya bisa duduk dan terkaget-kaget.“Kau berpikir bahwa aku mengalami mimpi buruk traumatis mengenai mahluk ini dan saat aku mengalami mimpi yang seolah nyata ini, secara tak sadar aku memasukannya dalam pikiranku dan memicu skenario traumatis yang diputar di depanku.”Selama sepuluh tahun praktek, aku jarang kehilangan kata-kata, namun saat itu aku duduk seperti orang dungu dengan mulut menganga. Andrew terus menatapku dan kulihat dia meringis mengejek.“Sudah kubilang, Dokter A, aku bukan orang goblok. Aku melakukan riset tentang itu semua begitu hal inimuncul. Itu sebabnya aku mulai jadi pemadat. Aku tahu bahwa golongan opioid dapat menekan terjadinya lucid dream dan awalnya memang begitu,tapi dia selalu mencari jalan untuk terus muncul. Semakin banyak aku memakai barang haram itu, semakin keras dia berusaha untuk kembali. Jadi kuputuskan untuk memakai kokain untuk tetap membuatku terjaga. Namun kemudian, kusadari hal itu justru membuat segalanya menjadi bertambah buruk ….

Aku terlalu lama terjaga sehingga mengalami tidur mikro. Aku tak tahu apakah saat ituaku sedang bermimpi atau sadar sepenuhnya, dia nampaknya menyadari hal ini. Pertama kali mengalaminya, secara samar, aku bisa menyimpulkan sedang bermimpi. Sejauh yang kusadari, efek tak jelas dan kaburnya bisa kurasakan, tapi, saat aku sedang mengalami tidur mikro, mimpi yang datang terasa begitu jelas dan nyata. Dia belajar dan menyadari hal ini, Dokter A, dia tahu bahwa aku jauh lebih takut terhadap tidur mikro dan entah kenapa hal ini membuat semua mimpi jadi nampak begitu nyata setelahnya.”Sejujurnya aku benar-benar tak tahu harus berkata apa. Ada dua kemungkinan yang kupikirkan saat itu; baik Andrew benar-benar sinting, atau benar-benar cerdas dan mampu menyembunyikan kegilaannya. Kutanyakan pertanyaan terakhir yang kupunya.“Kapan pertama kali kau memimpikan Ubloo?”“Tepat setelah ayah meninggal,” katanya. Tatapannya kembali menyapu lantai. “Beliau bunuh diri, melesakkan peluru ke dalam kepalanya saat umurku tujuhbelas. Malam setelah pemakaman, aku bermimpi sedang berdiri di pinggir makamnya, menatap rerumputan. Sejenak, semua terasa normal namun kemudian aku mendengar suaranya. Aku mendengar ayahku menjerit dari dalam tanah, menjerit minta tolong, memintaku untuk menggali dan mengeluarkannya… tapi, aku tak bisa bergerak. Aku tertegun, beku seperti ikan mati di dalam kotak pendingin.

Aku hanya berdiri dan mendengar ayah menghantam atap peti matinya dengan keras, begitu keras sehingga tanah sampai berguncang sementara beliau terus menjerit ketakutan. Tapi aku tetap tak bisa bergerak. Kemudian aku mendengarnya: ‘Ubloo,’ kemudian aku terbangun.”Aku duduk dan menatapnya cukup lama. Walau penolakannya atas kemungkinan lucid dream mengesankan, namun tidak biasa bagi anak-anak untuk menghubungkan peristiwa traumatis dengan sebuah gambaran yang memaparkannya dengan cara yang lebih baik. Aku kembali merasa tertarik.“Kapan pertama kali kau melihat Ubloo?” Dia nampak bimbang selama beberapa detik, namun kemudian, dia mulai bicara.“Satu malam, aku bermimpi tentang anjingku, Buster. Saat itu, aku berdiri di balik pagar tinggi, dansaat itu aku masih kecil sehingga tak bisa memanjatnya. Buster ada di seberang jalan, dia duduk dan menatapku. Aku tahu kemudian –entah kenapa- dia akan menyeberang untuk menemuiku, dan saat itu, aku tahu dia takkan selamat. Dia berlaridan langsung tertabrak mobil. Aku menjerit dan berteriak namun mobil itu tak mau berhenti, dia terus melaju. Buster terkapar, terluka dan berdarah-darah.

Aku melihatnya mencoba bangkit, dia mencoba merangkak maju, kemudian mobil lain yang mengebut melindasnya lagi. Hal itu terjadi berulang-ulang,aku terus melihatnya ditabrak, dilindas, dan tercabik oleh mobil-mobil itu. mereka tak pernah mau berhenti. Saat itulah pertama kalinya aku melihat sosok itu. Suara itu terdengar tepat seperti dari samping telingaku, ‘Ubloo!’ dan kemudian aku menoleh. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dariku. Mata hitamnya yang besar menatap tepat padaku, kemudian aku terbangun.”Andrew terlihat gemetar sekarang, aku tahu bahwa sebentar lagi dia akan sampai pada puncaknya. Aku harus berhenti menekan.

-----
Vomments ya, thx^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UblooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang