"The most important thing in the world is family and love"
~John Wooden~
"Ada gak sih manusia diplanet bumi ini yang paling benci sama hujan? apa lagi saat senja rasanya tuh kek tenaga habis terkuras"
Diluar gerimis menyambut pagi iya tahu memang sudah pagi tapi mentari pagi tak menyambut Langit hari ini. Tak apa jika setiap hari adalah hari senin. Asalkan jangan hujan di pagi atau sore hari "please..!! gue bener-bener nggak suka"
Langit bukannya malas saat hujan turun ia hanya tidak punya tenaga saja jika harus menjalani harinya berdampingan dengan hujan.
"lu kenapa sih..ngomong sendiri ngeluh sendiri bangun!! molor mulu udah pagi noh lu ada kuliahkan?"
Dengan lancang tangan Theyo melemparkan handuk basahnya dan mendarat tepat dimuka Langit yang sedang sibuk berdebat dengan isi kepalanya.
"Kenapa sih..harus hujan lagi kemarin udah hujan sekarang hujan lagi banjir Jakarta bakal memenuhi pemberitaan setelah ini"
"Apaan sih lo kak nih liat mata gue udah melek" mood langit sedang tak bagus saat hujan seperti ini. Mungkin kakaknya lupa apa yang membuat Langit seperti saat ini . Ada sebuah trauma dan luka besar tentang hujan dan Awan.
Waktu memang sudah berlalu sekitar tiga tahun yang lalu. Tapi luka tetaplah sebuah luka seberapa keras mencoba untuk menyembuhkan kata sembuh saja tak akan cukup mewakilinya. Langit memang sembuh tapi hatinya sudah terlanjur cacat.
"Santai aja kali sensi amat lu sama kakak sendiri"
"Alah bacot" berjalan melewati kakaknya dengan esensi masam beserta handuk melingkar di lehernya. Langit berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat kekampus. Tapi kakinya malah reflek berlari menuju meja makan. Aroma masakan mama kali ini menyeret kakinya yang tiba-tiba berubah seperti jelly. Berjalan terseok menuju meja makan tak peduli mau hujan, badai ataupun guntur sekalipun atau bahkan kakak keduanya yang pagi ini mengacaukan paginya masakan mama selalu bisa menjadi obat hatinya.
"Gimana masakan mama enak gak?" senyumnya merekah dengan kedua tangan tersangga didagunya berharap mendapatkan jawaban yang menyenangkan dari putra sulungnya itu. Ternyata bukan hujan saja yang sudah merusak pagi Langit saat itu
"Ya..Tuhan kenapa cuma hujan sih.. kenapa gak sekalian tsunami, gunung meletus, guntur, gempa bumi juga. Ini masakan mama gue bener-bener asiinnnnn banget seasin laut mati yang kadar garamnya paling tinggi. Nggak kali ini gue harus jujur sama mama, mama selalu bilang manusia yang paling baik didunia ini adalah dia yang selalu berkata jujur" gumam Langit sambil menahan ekspresi masam.
"Iya ma ini awapwaawap" bagai kilat tangan kakak pertamanya membekap mulut Langit berharap ucapan seasin masakan mama tak terlontar dari lidah ringan Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Langit | KIM DOYOUNG
Teen FictionLaksmana Langit Argara (Doyoung NCT) Atharya Bulan Tara (Taeil NCT) Jendral Nebula Theyo Bagaskara (Taeyong NCT) Takdir cinta antara Langit dan Awan tak akan pernah lekang oleh waktu. Tapi Senja menyembuhkan patah yang dia miliki sampai pada akhirny...