Haiii reader, penulis newbie di sini 😅
Suka corat-coret di ms word sebenarnya, banyak ide tapi terlalu malas merealisasikan nya.
Buat yang baca dan suka, boleh tinggalkan jejak yaa, biar makin semangat update nya, walau nggak cepat" amat, sibuk btw.
Thanks udah mampir, semoga suka ♥️
***
Suasana di Bandara cukup ramai, ada banyak orang dari berbagai kalangan dan juga keperluan. Dari ribuan orang-orang yang berlalu lalang, terlihat tiga orang yang tampak saling berpelukan.
"Hiks, nggak siap kita berpisah!" ujar Lili dengan nada sedih, dan berkali-kali tangannya mengusap mata yang sudah bercucuran air mata.
Eddie, atau yang biasa mereka panggil Ed, dengan cepat menarik paksa tangan Lili, "Nanti iritasi," ucap Ed singkat namun tidak menutup nada lembut yang mengalun merdu.
Tamara dengan sigap memberi sapu tangan hasil rajutannya kepada Lili. Diantara mereka bertiga Lili memang yang paling sensitif soal perasaan, sedangkan dua sahabat lain, yang satu acuh tak acuh dan lainnya tampak berekspresi selalu dingin.
Ed, dengan lembut menarik tangan Lili yang sedang mengusap mata dengan sapu tangan kepelukkanya, " Ingat untuk jaga kesehatan, jangan kerja berlebihan, pastikan untuk makan teratur dan istirahat yang cukup, dan jangan nakal," ujar Ed dengan diakhiri aksi mengecup ujung hidung Lili.
Adegan itu disaksikan Tamara yang tersenyum tipis. Diantara ketiganya, Tamara adalah yang paling pendiam, cenderung bersikap tidak peduli dan misterius, jarang tersenyum, tapi itu hanya sikap untuk orang asing. Sedangkan sikap yang ia tunjukan untuk dua orang di depannya adalah ia sangat peduli, menawarkan setiap bantuan yang ia bisa, selalu menghibur jika salah satu dari mereka bersedih, dan menjadi sandaran bagi dua orang sahabatnya. Ed dan Lili tidak bisa memungkiri jika Tamara mengetahui hampir semua rahasia mereka, bahkan rahasia diantara mereka berdua yang tidak diketahui satu sama lain. Tamara adalah pendengar yang baik, dan selalu pandai menjaga rahasia. Meski kadang berwajah datar dan tanpa ekspresi, cenderung tak acuh, tapi untuk kedua orang itu, mereka tau bahwa Tamara adalah pribadi yang lembut dan sebenarnya sangat baik, hanya saja jarang berkomunikasi.
"Sebaiknya kalian segera bersiap-siap," ujar Tamara mengakhiri adegan roman picisan di depannya setelah mendengar suara pengumuman dari speaker.
"Mara, jangan lupa untuk meneleponku yaa. Jangan lupa untuk selalu ngabarin aku. Jangan canggung untuk cerita semua kegiatan sehari-hari mu," ujar Lili seraya memeluk erat Tamara.
Tamara membalas pelukan Lili, tidak menjawab pertanyaan retoris Lili yang seolah-olah dirinya akan langsung melupakan dia begitu mereka berpisah.
Ed juga memeluk Tamara dengan erat, "Jangan sakit," ujar Ed sambil mengacak poni panjang Tamara.
"Aku jarang sakit btw," sahut Tamara sambil tersenyum kesal.
"Maraaaa! Nanti libur semester jangan lupa main ke tempatku yaa?" tanya Lili dengan dihiasi efek bunga-bunga imajinasi dengan mengedipkan mata, disertai ekpresi super imut, yang sayangnya membuat Tamara jengah.
"Nggak janji," sahut Tamara, meski begitu dia memeluk Lili sekali lagi. "Jangan nakal, tetap jadi baik,"
Ketiga orang itu segera berpisah, setelah saling memeluk diantara mereka. Eddie, pergi menuju counter penerbangan tujuan Inggris, sedangkan Lili menuju tujuan Perancis. Kedua orang itu masing-masing, yang satu melanjutkan pendidikan ekonomi sebagai penerus perusahan, yang lain melanjutkan karir modelnya sebagai seorang profesional.
Tamara menatap kedua orang itu pergi ketujuan masing-masing, "sangat serasi," gumam Tamara dengan nada miris. Ekpresi yang sebelumnya tampak datar, berubah sedih, menatap kearah bahu lebar yang perlahan menghilang dari pandangan.
Tamara berbalik menuju tujuannya sendiri, kembali ke rumah. Kembali ke tempat dimana seseorang tidak akan melihatnya. Dengan langkah ringan, dia tersenyum namun matanya meneteskan air mata, "Sampai jumpa lagi," bisiknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang
Mystery / ThrillerPerjalanan pencarian kembali untuk sebuah kebenaran dari lika-liku pembunuhan seorang sahabat. "Kamu sangat naif. Aku tidak akan berkomentar apapun," Tamara berkata dengan dingin, berusaha menyembunyikan gemuruh hatinya, yang seakan-akan telah tert...