Nara menunggangi kudanya dengan brutal. Kuda liar berwarna hitam yang sempat ia selamatkam dari para pemburu beberapa saat yang lalu. Kuda liar itu sudah jinak padanya dalam waktu sekejap.Nara diperintah sang ayah untuk pergi menuju kerajaan Delor. Kerajaan yang terkenal dengan kekuatan sihirnya. Kerajaan ini tidak mengandalkan kekuatan fisik seperti kerajaan lainnya, karena mereka hanya menggunakan sihir dan mantranya untuk segala hal.
Nara berhenti disebuah sungai kecil ditengah hutan yang dilaluinya. Mengambil air bening itu dan meminumnya dengan tenang. Aliran air itu begitu memanjakan indra pendengarannya. Nara begitu mencintai alam seperti ini. Tak lupa mendekatnya kudanya ditepi sungai itu untuk memberinya minum.
"Bagaimana bisa ada seekor manusia yang memiliki niat untuk menghancurkan keindahan ini."
"Apa yang ada dipikiran mereka."
"Mereka bekerja keras merusak alam, yang nantinya bisa merugikan dirinya sendiri. Padahal hanya dengan membiarkan alam saja, sudah bisa membawa keuntungan untuk kelangsungan hidup mereka."
"Aku benar benar tak bisa memahami pola pikir mereka. Manusia manusia yang diberi akal, tapi tidak digunakan untuk berpikir."
"Atau jangan jangan, mereka menggunakan otak mereka untuk mengupas pohon pinus. Ya tuhan, itu benar benar keren."
Monolog Nara menyindir para manusia tak berakal yang gemar merusak alam.
Ditengah tengah monolognya, Nara terkejut melihat warna air sungai itu yang tiba tiba berubah, yang awalnya jernih berubah menjadi merah pekat. Dengan cekatan, Nara menarik ikatan pada leher kudanya agar berhenti meminum air itu. Nara takut air itu berpotensi mengandung bahaya.
"Apa lagi ini!?" pekik Nara ditengah keterlejutannya.
"Terakhir kali aku disini, sungai ini masih baik baik saja. Kenapa sekarang jadi begini?"
"Pasti ada penyebab yang mencemari air ini."
"Oh tuhan! Bukankah air ini bersumber dari kerajaan Delor! Pasti mereka yang mencemarinya." Terka Nara yang sudah emosi ditempatnya.
Ketika Nara hendak melangkahkan kakinya untuk beranjak dari tempat itu, tiba tiba ia dikejutkan oleh sebuah akar pohon yang entah dari mana asalnya, bergerak dan membelit mata kakinya yang dibalut sepatu boots kerajaan. Nara mencuramkan alisnya. Bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Apakah akar pohon itu hidup? Pikirnya.
Duggh
Nara terkejut bukan main, sebuah batu dengan ukuran yang tergolong tidak kecil jatuh dari atas dan menimpa kepalanya yang tidak mengenakan pelindung apapun. Batu itu terpecah menjadi beberapa bagian setelah bertubrukan dengan kepala Nara.
Nara semakin bingung dibuatnya, mendongak keatas, namun tidak menemukan apapun disana. Jadi, dari mana asal batu itu. Kenapa bisa jatuh dari atas.
"Ada apa ini sebenarnya?" geram Nara yang masih berdiri kaku ditempatnya.
"Maaf, aku tak bermaksud. Tapi-"
srekk
Nara memotong akar yang melingkar dikakinya itu dengan pedang Gahana.
"-Kau menggangguku."
"Dan kau!" tunjuk Nara pada kuda hitam yang sempat ia tunggangi tadi.
"Berhenti menertawakanku, kuda eksotis sialan!"
Seketika kuda hitam itu langsung kicep dari yang tadinya terdengar seolah tengah tertawa cekikikan.
Nara mengalihkan pandangannya, dan ia dapat melihat dengan jelas didepannya, air sungai yang tadinya berwarna merah pekat, perlahan berubah menjadi kecoklatan. Samar samar terlihat mengeras membentuk tanah kering yang tandus dan pecah pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legend Of The IRON PRINCESS
Fantasy[Welcome to the world of fairy tales] Kanara Amantha. Putri kerajaan Sanoor yang menolak Anggunly. Putri gagah itu terpaksa menjalani perjodohan yang dilakukan ayahnya dengan seorang pangeran dari kerajaan sihir. Dengan sejuta paksaan dari ayahnya...