Nahkoda

12 1 0
                                    

Sampai kapan aku harus mencari ?
Sampai kapan aku harus memikul sakit ini?
Rasanya seperti berjalan di atas tumpukan duri.

Lantas, harus kah aku terus berjalan atau lebih baik aku kembali?

Bagai pelaut tanpa peta , aku tersesat dalam derasnya samudra cinta.
Ketika sang nahkoda melihat bintang untuk mencari arah. Aku melihatmu sebagai tempatku berlayar.

Tapi, belum sempat kujatuhkan jangkar badai besar datang memalingkan kapalku ke selatan.
Sama seperti sikapmu padaku, ketika dalam diriku sudah tumbuh rasa sayang.
kau malah pergi memberikan jarak yang panjang.

Mengapa harus kau buatku nyaman jika hanya jadi sebatas teman?

Ragaku sudah terombang-ambing sekarang, tenggelam bersama kapal menuju dasar samudera.
Jiwaku sudah lenyap ditelan oleh harap.

Bukan, sepertinya bukan dirimu yang salah.
Tapi aku, aku yang terlalu cepat terbawa perasaan sehingga diri ini tak sadar bahwa kita hanya sebatas teman.

Betapa bodohnya juga aku yang selalu menahan dan menutupi rasa karena takut kehilangan.
Lelah menahan cemburu meski terbakar amarah hingga tak pernah lelah untuk terus berharap.

Tak mungkin aku akan kembali membaca peta lama dan berlayar mengikuti arahnya.
Karena berapa kalipun kesana sudah kuketahui apa isinya.

Tak akan ada yang berubah

Tapi, bagaimana sekarang? Apa bisa aku berlayar kesana? Atau haruskah aku berhenti menepi?

Apapun itu, aku tidak ingin tersesat di tengah sini.

Puisi Dalam LirihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang