50+ ebook 50 ribuUntuk pembelian hub:
0895406159020
Nathan mengemudikan moge-nya dengan kecepatan yang maksimal, menghadang hujan deras dan angin kencang yang menerpa badannya dalam balutan jaket kulit khas badboy pada umumnya. Sedang balapan liar di tengah jalan? Tidak. Ayahandanya kritis dan mau tidak mau, ia yang sedang dalam masa pelarian akibat suatu masalah harus mendadak pulang untuk menjenguk sang Ayah. "Kamu telat. Dia udah ga ada, barusan jam 18.00 tepat adzan Maghrib." Seorang wanita dengan blouse hitam dan rambut pendeknya yang di shaggy menghampiri Nathan, dia adalah Silvia. Ibu tiri remaja nakal tersebut.
"Semuanya gara-gara elu, semenjak lu Dateng ke keluarga gua, bokap jadi sakit dan hancur begini sampe meninggal." Dengan segenap hati dirinya membenci wanita dengan paras dan tubuh sangat sempurna tersebut, baginya, sang ibu tiri tidak akan bisa menggantikan sosok ibundanya yang telah meninggal dengan kematian yang penuh tanda tanya.
PLAAKK!
"Jangan sembarangan kalau ngomong, cepat bertekuk lutut dan minta maaf." Bukan Silvia yang menampar Nathan di koridor rumah sakit tepat ruangan Pak Brata menghembuskan napas terakhirnya malam ini. Tapi itu adalah supir pribadi kepercayaan sang ibu tiri. "Elu berani nampar gua? Lu berarti udah bosen hidup?" Nathan hendak membalas pukulan yang diprediksi akan jauh lebih parah, tapi dokter dan beberapa staf yang mengurus kematian Brata langsung melerainya.
"Harap tenang dan selesaikan masalah keluarga ini dengan bijak, ini rumah sakit." Dokter itu setidaknya membuat Nathan meredam sejenak lampiasan amarahnya. Tapi tidak dengan kebencian pemuda tersebut yang makin membara. "Maaf atas keributannya, maklum, anak muda masih belum bisa kontrol emosi, benar kan, Nat?" Ia berperangai lemah lembut padahal hatinya menyimpan setumpuk rencana jahat. Pertama, melenyapkan Ibu Nathan untuk merebut Pak Brata, kedua, membunuh pria tua itu untuk mendapatkan harta warisannya dan seluruh aset kekayaan yang seharusnya jatuh kepada Nathan. "Gua mau malem ini bokap dimakamkan, ga perlu nunggu keluarga lu yang gak jelas itu, gua bakal urus semuanya." Nathan tanpa mengganti seragam sekolahnya yang sudah lepek langsung menghubungi agent pemakaman.
"Jangan melawan sama saya, ketika papamu sudah tidak ada, saya yang berkuasa disini, dan kamu gak punya hak sedikitpun untuk menentang, Nat." Kedoknya yang baik hati lenyap ketika Brata telah meninggal, ia mengeluarkan kepribadian aslinya yang dimulai dengan merebut I-Phone anak tirinya tersebut. "Balikin ga hape gua! Balikin! Aaah lu bangsat banget! Gua udah duga kalo lu bukan wanita yang baik-baik!"
Nathan dihalangi oleh sang supir, Jodi yang sangat mengabdi pada majikannya. "Mau elu berdua apa sih? Ga puas buat nyokap bokap gua mati? Belom puas udah ngerebut kekayaan ortu gua, hah? JAWAAAAB SETAAAAANN!!!!" Untung saja dirinya mengamuk ketika sudah sampai di rumah, dimana tidak terlihat oleh publik, jika orang tahu dengan tingkahnya, ia dengan mudah di cap anak durhaka. "Kemauan saya itu cuma pengen kamu jadi anak yang baik. Anak yang penurut, kalo gini terus, kamu mau jadi apa kedepannya, Say." Hanya berbeda 12 tahun, yang berarti Silvia berusia tepat 30 di tahun sekarang ini, ia mengelus wajah anak tirinya yang memerah murka dengan linangan air mata.
"Apa lu bilang? Gua harus jadi anak penurut? Untuk apa jadi anak baik ke orang yang udah rusakin hidup guaa? Untuk apaaa???!!!" Nathan berani meneriaki orang yang lebih tua, bahkan sangat dekat dengan paras cantik Silvia yang sangat anggun. "Untuk apa? Kamu mau tau untuk apa? Untuk.....kebebasan junior kamu itu.." ia tidak membalas dengan amarah, melainkan menggunakan bisikan lembutnya yang terasa sangat mengancam. "Argghh!"
Nathan disergap dari belakang oleh Jodi yang berusia 38 tahun dengan kepala pelontos dan badan kekar. "Ehhh lepasiiin!! Lepasiiinnn!! Lu mau ngapain guaaa??? Aaaahh lepasin wooooyyy!!!" Ketakutannya bertambah bukan ketika kedua lengannya dikunci kebelakang oleh sang sopir, tapi saat sang ibu tiri membuka resleting celana sekolahnya. "Sudah lama gua mau melakukan ini ke elu, menaklukan anak muda yang gak tau diuntung seperti elu." Ia menunjukkan sebuah alat pengunci kontol yang dilengkapi oleh aliran listrik. "Itu A--Apaaaah...Jangan macem-macem sama guaaah kalo lu berdua masih mau hiduuup!!"
Wajah gantengnya yang lembab oleh air mata menatap takut saat melihat benda pink tersebut. "Justru kamu...kamu yang harus patuh sama gua kalo masih mau junior kamu bisa ngecrot." Senyum tipis yang mengancam dari Silvia, diikuti dengan tindakannya yang memakaikan benda laknat tersebut ke kontol Nathan. "Gede juga, lumayan untuk ukuran bocah tengil seperti elu itu. Tapi sayang...." Ia mencengkram batang peler dengan genggaman tangannya sampai membuat sang anak tiri meringis kesakitan. "Aaargg! LEPAAAASSS!!! Aaaaaahhhhhrrghhh....lepas peler gua ngentoooott! Nanti pataaahhh!!"
"Bilang apa dulu ke Nyonya Silvi, ayo bilang! Katakan dengan lantang, anak babi." Jodi memaksa Nathan untuk memohon ampun, mengagungkan sosok ibu tiri yang selama ini pemuda itu benci. "Kaga Sudi!! Gua bilang kaga SU---AAAAAHHH!! anjiirrr!!" Pelernya telah terpasang chastity yang tersedia sebuah penyengat. "Kalo elu masih kasar dan galak sama Nyonya Silvi, kontol elu bakal disetrum sampe kebakar. Lu mau peler lu jadi cacat dan impoten, Njing?!!"
Nathan menangis menahan rasa perih dan panas yang dihasilkan oleh sengatan dari alat jahanam tersebut. "Aaaahh kenapa lu--luuuh berduaaa ngelakuin i--iniihhhh?? Kenapaaaa???" Mukanya menampilkan raut keputusasaan, berbanding terbalik dengan Silvia yang memasang mimik tenang, bahkan kelewat tenang seperti psikopat berdarah dingin. "Karena elu udah bandel banget sama gua, jadi sekarang udah waktunya lu jadi boneka kesayangan gua." Ia mendekap erat badan Nathan yang bau air hujan dan keringat sesaat dilepas oleh Jodi. Pelukannya bukan mencerminkan kasih sayang seorang ibu pada anak tirinya, melainkan menggambarkan seorang nyonya pada babu juniornya. "Nurut ya sama gua, biar hidup kamu tenang dan terkontrol," Ia mencengkram muka Nathan yang mengangguk pelan, seakan masih dipenuhi keraguan. "Coba sekarang gua mau lu ikutin apa yang dikatakan sama Jodi. Ayo,"
Nathan mencoba mencerna dengan benar, ia mendengar jelas apa yang disampaikan oleh Jody. "Maafka--kan...Na--Nathan, Ma--Maaah...Na--Nathaaan, Ja--Janjii bakal...bakaaaal...nurut sama Ma--mamah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalah Duel Jadi Waria
Action(2 Season + Lengkap) Dua orang gangster, bertanding memperebutkan kekuasaan namun bagi siapa yang kalah diantara mereka, hukumannya bukanlah siksaan fisik, melainkan....prosedur operasi plastik untuk diubah menjadi seorang waria...