Gue lagi bersihin note, eh nemu ini.
Mau dibuang tapi sayang:)
Jadi gue publish aja.◇─◇──◇─◇
Pagi ini seperti biasanya aku berangkat sekolah bersama Rayyan. Kita berjalan kaki dikarenakan jarak rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Selama perjalanan, tangan kami saling bertautan satu sama lain.Hubungan kita hanya sebatas sahabat yang di pertemukan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun, seringkali orang lain menilai bahwa kita lebih dari sekedar sahabat karena tiada hari yang aku lewati tanpa Rayyan begitupun sebaliknya.
"Aku ada futsal, mau nungguin atau pulang duluan?" Rayyan melontarkan pertanyaan itu sambil mengangkat sebelah alisnya. Rayyan pernah bilang kepadaku jangan mengganti panggilan 'aku, kamu' menjadi 'lo,gue' saat kita kelas satu SMP.
Pertanyaan Rayyan tidak langsung aku jawab. Aku berpura-pura memikirkan jawaban sambil menaruh jari telunjuk di kening.
"Nungguin atau pulang?" Aku mengulang pertanyaan Rayyan, mataku ku arahkan kesana kemari seperti mencari jawaban.
Rayyan berdecak malas lalu merangkulku dan berjalan menuju kelas."Aku ga futsal deh. Pulang aja sama kamu"
"Eh, aku gapapa ko kalo harus pulang duluan"
"Ck. Nurut ga!?"
Terpaksa aku mengangguk, entah sudah kali keberapa Rayyan tidak ikut futsal hanya karena aku. Meskipun tidak dapat dipingkiri bahwa aku merasa senang karena aku bisa menjadi prioritasnya.Aku dan Rayyan memasuki kelas dan duduk berdampingan. Ya, kami bahkan duduk satu meja sejak Sekolah Dasar. Suatu keberuntungan bukan? Bisa dibilang aku dan Rayyan juga tergolong murid yang cerdas dan pintar. Kita selalu ditunjuk menjadi perwakilan sekolah mengikuti berbagai olimpiade.
Selain itu aku dan Rayyan juga selalu memperebutkan juara kelas. Jika pada semester awal aku yang juara satu dan Rayyan juara dua, maka pada semester berikutnya Rayyan lah yang mendapat juara satu dan aku juara dua. Selalu begitu, tidak pernah berubah.
Meskipun demikian, persahabatan aku dan Rayyan tidak goyah hanya karena perbedaan nilai akademik.Oh ya, perkenalkan namaku Rayna.
Rayyan dan Rayna, sangat cocok bukan? hahahahaJika kalian menganggap aku memiliki perasaan lain pada Rayyan, maka akan ku jawab IYA. Aku selalu berharap Rayyan juga memiliki perasaan lebih kepadaku. Tapi, ah sudahlah lupakan saja.
***
Kegiatana belajar sudah selesai sejak sepuluh menit yang lalu. Aku sedang menunggu Rayyan membereskan alat tulisnya.
"Ayo pulang" Rayyan berjalan mendahuluiku dan aku mengekorinya dibelakang.
Saat diluar kelas, Dino-Ketua ekskul futsal menahan lengan Rayyan. "Mau kemana lo?"
"Pulang" Ucap Rayyan datar dan berhasil memancing emosi Dino.
Mata Dino menajam ke arahku. Terlihat jelas bahwa Dino tidak menyukai kehadiranku. Rayyan berdecak melihat kelakuan Dino yang menurutnya seperti anak kecil.
"Minggir dah, gue mau balik" Rayyan menarik tanganku dan meninggalkan Dino.
"Lo itu wakil gue, yang rajin kalo kumpul. Bentar lagi lomba dan lo malah sering bolos? Ga guna banget lo ya. Lo kira gue gaada urusan lain apa!?"
Ucapan Dino berhasil menghentikan langkahku dan Rayyan. Sedangkan Dino berlalu begitu saja.Bagaimana ini, apa aku membuat kesalahan?
Sadar akan kediamanku, Rayyan tersenyum dan mengusap pelan kepalaku. "Gausah dengerin Dino, dia juga ketua ga guna. Bisanya cuma andelin aku doang"
Tidak bisa dipungkiri, perkataan Rayyan membuatku tenang seketika. Dan seyumannya menular dengan cepat kepadaku.
Melangkahkan kaki keluar sekolah. Selama perjalanan aku dan Rayyan tidak berhenti menceritakan hal-hal lucu yang kita lakukan saat kita masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush-ku Ternyata? [END]
Short StoryPada awalnya kami tidak saling mengenal. Perlahan tapi pasti, kami mulai berhubungan. Tapi semua itu salah. ◇─◇──◇─◇ . . . . . . . . . . Ini cuma draft yang udah lama ngebangke. Gaada lanjutan.