3

90 11 14
                                    

Aku tidak tau harus bagaimana lagi, terhitung sudah satu minggu setelah menolak ajakan Rayyan untuk berbicara, kita berdua sudah tidak saling sapa lagi. Hubunganku dengan Mama dan Papa sudah membaik. Aku perlahan menerima takdirku sebagai anak mereka, toh ini semua bukan salah mereka, tapi salah perempuan sialan itu. Entahlah, sepertinya rasa benci dalam diriku lebih mendominasi padanya, sehingga aku malas mengakuinya sebagai tanteku. Mungkin memang karenanya aku bisa bertemu kembali dengan keluargaku, tapi tetap saja, itu salahnya.

Mama dan Papa tidak mempertanyakan hubunganku dengan Rayyan. Mereka merasa diamnya aku dan Rayyan adalah hal wajar, mereka berfikir bahwa aku dan Rayyan harus menyesuaikan diri sebagai adik dan kakak, Mama dan Papa juga tidak pernah mengungkit lagi masalah yang terjadi minggu lalu.

Siang ini aku termenung dikamar, menimang keputusan yang tepat untuk diriku dan juga Rayyan. Haruskah aku mengalah? lalu menerima takdir bahwa aku adiknya Rayyan. Membuang perasaan aneh yang aku rasakan dari lama lalu menjalin hubungan baru dengan status baru yaitu kakak dan adik?
Haruskah aku mempertahankan perasaan ini lalu membiarkan hubungan terlarang terjadi? Jika aku memperjuangkan hubungan ini, aku yakin akan berdampak besar bagi aku dan Rayyan, Mama dan Papa pasti tidak akan membiarkan kedua anaknya berpacaran, Mama dan Papa pasti akan memisahkan aku dan Rayyan.

Ini pilihan yang sulit.

***

Hari sudah menjelang sore. Sejak tadi pagi aku belum makan apapun karena malas, lagipula Mama dan Papa tidak ada di rumah karena pergi untuk menyelesaikan beberapa urusan. Sekarang aku merasa lapar, menoleh kekanan dan kekiri namun ternyata tidak ada makanan atau cemilan yang aku simpan. Aku mendengus sesaat lalu beranjak menuju dapur.

Aku memakan nasi goreng buatanku dengan lahap, rumah ini terasa sepi karena Mama dan Papa tidak menyewa ART, sebelumnya Mama dan Papa selalu berpergian sehingga jarang berada di rumah, sedangkan Rayyan selalu menghabiskan waktu untuk bermain bersamaku di rumah perempuan itu.

Mataku menangkap sosok Rayyan yang berjalan kearahku, makanan yang aku makan terasa sulit ditelan saat Rayyan sudah berada didekatku. Aku memalingkan wajahku darinya, dapat aku dengar helaan napas dari sosok didekatku itu.

"Ray"

"Na"

Seketika keheningan kembali menghampiri saat aku dan Rayyan memanggil bersamaan. Rayyan tersenyum tipis. "Kamu dulu Na" Ucapnya yang dibalas gelengan oelan olehku.

"Aku minta maaf kalo beberapa hari ini diemin kamu, aku udah pikirin ini mateng-mateng Na, aku udah putusin ini dan aku harap kamu punya pemikiran yang sama kaya aku" Rayyan menghentikan perkataannyanya, jantungku berdetak tak karuan menanti perkataan Rayyan selanjutnya. Sepasang netra cokelat itu masih menatap mataku sedari tadi. Kedua tangannya kini memegang erat kedua tanganku.

"Aku bakal bilang sama Mama Papa kalo status kita bukan kakak adik tapi sepasang kekasih" Ucapannya yang terdengar serius membuatku merinding seketika, belum pernah aku rasakan aura mencekam ini selama berada didekat Rayyan.

"Ray-" Aku tidak habis pikir dengannya, bagimana bisa-

Belum sempat aku lanjutkan perkataanku, Rayyan kembali berucap "Nana, kita punya perasaan yang lebih dari sekedar adik kakak. Aku tau kamu juga ngerasain itu dari lama kan? Sama Na, aku suka sama kamu, aku cinta sama kamu, sejak kita ketemu Na. Kamu pikir kenapa aku berusaha keras bawa kamu ke rumah? Kenapa aku minta Mami sama Papi adopsi kamu? Karena aku pengen terus ada di deket kamu Na, aku gabisa jauh dari kamu, aku sayang sama kamu Na"

"RAYY! CUKUP" Dapat aku lihat Rayyan terkejut, ini pertama kalinya aku menaikkan suaraku pada Rayyan.

"Aku ga ngerti Ray, orang bilang laki-laki berpikir pake logika. Tapi kenapa kamu ga gunain logika kamu buat pikirin status kita sekarang" Aku berucap dengan nada yang lebih tenang dari sebelumnya.

"Maksud kamu, kita harus berhenti?" Ucap Rayyan dan langsung aku balas dengan anggukan. Aku sudah memutuskan ini, menghentikan perasaan terlarang diantara aku dan Rayyan.

"Ada banyak resiko yang bakal kita tanggung kalo kita lanjutin hubungan ini Ray"

"Jadi kamu gamau berjuang sama aku demi hubungan ini?"

"Jangan gila Ray-"

"Kamu mau putusin aku gitu aja? kamu mau lupain semua kenangan yang udah lalui bersama? iya? JAWAB NA!" Tidak, ini tidak seperti Rayyan yang aku kenal. Rayyan saat ini seperti orang asing bagiku. Remasan tangan Rayyan pada tanganku terasa begitu sakit, mata Rayyan terlihat merah dan berkaca-kaca. Aku tau itu, rasanya sangat sakit melepas dan merelakan orang yanh kita sayangi.

Kedua tanganku beralih menangkup wajah Rayyan, kutatap kedua matanya yang meneteskan air mata, sungguh aku tidak kuat melihatnya, tapi aku harus melakukan ini.

"Rayyan, kamu sayang sama aku? kamu tau aku sayang sama kamu? kamu tau dari dulu hidup aku bergantung sama kamu? kamu tau kalo kamu itu malaikat bagiku? Aku mohon Ray, kita berhenti sampe sini. Aku gamau liat Mama sama Papa terpukul karena hubungan kita, cukup kita aja Ray, cukup kita yang ngerasain sakit ini. Jangan libatin orang lain, aku mohon" Rayyan memelukku dengan erat. Malam ini, kita berdua menangis bersama, melepaskan status sebagai sepasang kekasih karena mulai besok, kita akan memulai semuanya dari awal. Dengan status yang sebenarnya, sebagai adik dan kakak.

Kuharap ini keputusan yang benar

***
2 hari kemudian

Papa dan Mama sudah menyelesaikan urusannya, kini kami sekeluarga sedang berkumpul dan bersantai. Mama mengelus kepalaku yang berada dipangkuannya, Rayyan sedang membaca buku dan Papa sedang menikmati kopi buatan Mama sambil berbicara sesekali.

Rayyan menutup bukunya lalu memandangku, Mama dan Papa

"Ada yang mau Rayyan bicarain sama Mama sama Papa" Keningku sedikit berkerut mendengar ucapan Rayyan.

Mama menghentikan aktivitasnya, begitu juga dengan Papa. Aku sendiri mengganti posisiku menjadi duduk.

"Ada apa Ray? Kayanya penting banget" Papa bertanya pada Rayyan.

"Sebenernya..." Ucapan Rayyan terhenti, ia terlihat gelisah, matanya tidak berhenti menatap kesana kemari. Aku hapal kebiasaannya.

Menghela napas, Rayyan melanjutkan ucapannya.

"Ray sama Nana pacaran Ma, Pa"

Detik itu juga Papa langsung menampar Rayyan

End

Yaudah, sekian. Cuma gini aja draft nya...

Crush-ku Ternyata? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang