Infinity | Chapter 1 - School

3 0 0
                                    

Playlist : Twice - Cheer up

°
°
°

SMA 08 MERAH PUTIH, JAKARTA.
07.00 WIB

Senin ini adalah hari di mana para siswa-siswi baru SMA 08 Merah Putih berkumpul berbaris di lapangan sekolah, karena hari ini adalah hari pertama MOS.

"AYOK CEPET BARIS!" Suara keras terdengar dari pengurus OSIS yang berdiri di depan.

"Hari ini adalah hari pertama MOS! JANGAN SAMPE ADA YANG TELAT! KALO KALIAN PADA TELAT SIAP-SIAP DAPET REWARD DARI OSIS!" Penuh penekanan, ia berbicara seakan-akan ia siap memberikan hukuman kapan saja dan pada siapa saja.

"Eh minggir dong ... Minggir." Tiba-tiba suara seorang perempuan dari belakang menarik perhatian para anggota OSIS.

Perempuan itu sadar bahwa ia diperhatikan oleh OSIS namun ia tak peduli, dan langsung saja mengambil barisan di tengah. Salah seorang anggota osis mendekati perempuan itu.

"Cassia, kok hampir telat?" bisiknya.

Perempuan itu menoleh ke arah suara anggota osis itu. "Bian?"

"Lain kali jangan telat ya," ingat Bian. Caca hanya mengangguk.

"WOI! Kalau ama Kakak kelas tuh yang hormat dikit napa," teriak seorang anggota osis yang tak sengaja mendengar percakapan mereka.

Bian dan Cassia otomatis menghadap asal suara itu. Cassia tidak membalasnya dan hanya diam saja mendengar celaan itu. Memang benar, seharusnya ia memanggil Bian dengan sebutan 'Kak' tapi, rasanya itu sangat tidak cocok baginya.

"Kok Lo diem aja? Gue denger ya tadi lo manggil Bian nama. Sadar diri dong!" sewotnya.

Bian yang mendengar hal itu menatap Fika jengah. "Udah, gak usah marah," ujar Bian berusaha sabar. Ia menarik anggota osis yang bernama Fika itu menjauhi Cassia.

Cassia menghela napas jengah. Ia tak tahu bahwa hari pertama ia masuk sekolah akan menjadi menyebalkan seperti ini. Di sisi lain, seseorang memerhatikan Cassia. Tanpa suara, dan seketika hanya memalingkan wajah dan kembali fokus ke depan.

Upacara hari pertama dalam rangka menyambut para peserta didik baru di mulai. Para peserta menjalani upacara tersebut dengan khitmad. Meskipun pidato dari kepala sekolah membuat upacara hari Senin ini menjadi lebih lama. Semua siswa dan siswi SMA 8 Merah Putih bernafas lega setelah upacara berakhir.

Kelas 11 dan 12 segera memasuki ruang kelas masing-masing, kecuali para anggota osis yang bertugas membina para peserta didik baru dalam mengikuti MOS.

"Bian, yang tadi lu ajak ngomong siapa sih?" Bian menoleh pada orang yang mengikutinya dari belakang itu.

"Oh itu, temen waktu kecil. " Bian menjawab dengan santai dan senyum tipisnya.

"Ouhh temen waktu kecil, ya. Deket?" Fika terus bertanya seakan-akan Bian adalah pacarnya.

"Begitulah." Setelah menjawabnya, Bian meninggalkan Fika yang berdiri tak rela ditinggal di sana. Kemudian, mereka melanjutkan kegiatan MOS.

"GAK BOLEH ADA YANG DUDUK! BERDIRI SEMUA! JANGAN LEBAY!" Gilang Daniswara selaku ketua OSIS memberikan peringatan kepada mereka yang mulai terlihat lesu di hari pertama MOS. Memang, meskipun baru pukul 9, tapi panas terik matahari membuat mereka gerah.

"AYOK DONG, MESKIPUN PANAS MELULUHLANTAKKAN JIWA, TAPI SEMANGAT HARUS TETAP MEMBARA!" Seru salah seorang anggota OSIS lainnya.

"EEAKKK!!!" Surakan terdengar membalas ucapan Arfan.

"Nah, yang cewek boleh duduk dan kasih nomornya ke kakak ganteng ini, yang cowok tetep berdiri ya biar laki!" ucapan Arfan tersebut membuat Bian dan Gilang geleng-geleng kepala.

"Dah, Arfan minggir. Lo ganggu!" cela Gilang. Kemudian, Gilang kembali mengambil alih. "Jadi, para anggota OSIS di sini bakal kenalin kalian ke seluruh penjuru dan sudut sekolah ini sama kalian. Mulai dari kegiatan sekolah setiap harinya, eskul, dan masih banyak lagi. Sekarang kalian ikutin OSIS yang bakal pandu kalian. Ok! Dan satu lagi, jangan cari masalah, yang baik-baik aja jadi murid baru. " Begitulah kata ketua OSIS SMA 8 Merah-Putih.

"Baik, Kak," jawab mereka serentak.

//////

"Nah, di sini lapangan basket, yang mau ikut ekstrakulikuler basket, bisa daftar ke Kak Gilang. Soalnya dia selain ketua OSIS dia juga ketua klub Basket sekolah kita. Selain ada Ekstrakulikuler Basket, kita juga ada Klub Renang, untuk renang kalian bisa daftar ke Kak Bian dia soalnya ketua Klub Renang. Terus kita ada Voli, Bulu tangkis, Panduan Suara, Tari, dan masih banyak lagi!" Fika menjelaskan dengan rinci pada mereka semua.

Ketika Fika menyebutkan Klub Renang, wajah kedua perempuan di belakang tersenyum merekah. Ya, inilah salah satu alasan mereka masuk SMA 8 Merah Putih. Karena, salah satu SMA swasta ini memiliki klub Renang terbaik di Jakarta.

"Nah, buat tugas pertama kalian, dapetin Foto setiap ketua klub olahraga di sekolah ini. Waktu kalian cuma 1 jam dimulai dari sekarang!" tak tanggung-tanggung dalam membuat kejutan, ucapan itu sukses membuat murid langsung berlarian dan mengantri foto dengan Bian dan Gilang yang sudah mereka ketahui adalah Ketua Klub.

Dua orang perempuan di sana hanya berdiri tanpa bergerak sedikitpun. Salah satunya adalah Cassia. Ia merasa begitu tidak tertarik pada tugas yang diberikan. Kemudian, ia menoleh ke sampingnya dan menemukan orang yang berada dalam keadaan yang sama dengannya. Tanpa menyapa, Cassia langsung bergerak pergi begitu saja meninggalkan Arisha. Ya, perempuan bernama Arisha itu juga langsung pergi dan mencoba menjalankan tugasnya.

Bukankah ini tugas yang aneh? Untuk apa dan apa gunanya Cassia mendapatkan Foto ketua klub? Yang ia tahu, Bian dan Gilang yang disebutkan anggota OSIS tadi.

"Kak Bian, minta fotonya dong." Cassia melihat ke depan, di mana Arisha yang sudah mendapatkan Foto Bian dan Arisha langsung berpindah ke Gilang lalu mencari ketua klub lainnya dengan bertanya-tanya pada teman seangkatannya.

Cassia hanya diam dan menghela napas panjang. Ia benar-benar kurang beruntung di situasi seperti ini.

\\\\\\\\

"Gimana? Dapet semuanya?" kini mereka sudah berkumpul dan berbaris kembali di lapangan. "Yang udah selesaiin tugas, kumpulin kertasnya ke Kak Arfan dan yang gak menyelesaikan tugas, berdiri di tengah lapangan sampe MOS hari ini selesai!" begitulah kata OSIS yang begitu menusuk telinga Cassia. Ia sadar diri, bahwa ia tidak melakukan tugasnya. Bahkan mendapatkan 1 foto pun tidak meskipun ia mengenal Bian tapi tetap saja. Seketika, ia merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Bian melihat beberapa orang murid yang mundur dan berdiri di tengah lapangan, dan mungkin ia tidak menyangka, betapa introvert nya Cassia. Meskipun ia adalah temannya, ia tetap tidak bisa membantu dalam keadaan seperti ini, ia harus adil bukan.

Fika mendatangi murid yang tidak menjalankan tugasnya, ia menatap satu persatu dan berhenti di hadapan seorang perempuan. Ia adalah Cassia.

"Lo tuh ya, dah gak sopan, pemalas lagi," ujarnya kasar. Cassia yang mendengar itu hanya memberi wajah datar dan enggan menanggapi.

"Dah deh Fik, kan dah dikasih hukuman. Lo mending urus tuh kegiatan selanjutnya." Gilang langsung saja menengahi sebelum terjadi pertengkaran.

Infinity ♾️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang