"Bang, sudah-ku bilang berapa kali? Jangan ikut campur dengan mereka, dipukulinkan jadinya," ucap Chay sambil membersihkan luka yang ada di bibir Porsche dengan alkohol.
"Bayarannya lumayan Chay, kita-," sebelum Porsche dapat menyelesaikan ucapannya, kalimatnya dipotong oleh adiknya.
"Tapikan kalau abang masuk rumah sakit percuma juga," bentak Chay.
"Maaf ya dek, abang akan cari pekerjaan tetap nanti," Porsche meringis ketika Chay membersihkan luka yang berada di jidatnya.
"Baiklah kalau begitu, abang bisa makan atau mau Chay suapin," tanya Chay setelah selesai membersihkan luka dan menaruh kotak P3K di bawah sofa tempat Porsche berbaring.
"Bisa," tetapi sebelum Porsche bisa berdiri sepenuhnya, dia merakasakan rasa sakit yang menusuk di tulang rusuknya, yang membuat dia terhempas kembali keatas sofa.
"Sudah, abang duduk aja, Chay yang ambil makan," Chay pun masuk kedalam dapur yang dapat terlihat dari ruang tengah, membuka plastik dengan lauk didalamnya, sepotong ayam, dan menuangakan nasi keatas dua piring, dan membawa ketiga piring tersebut menuju meja dekat sofa tempat Porsche duduk.
Mereka pun makan dengan lahap dan senyum tertera di muka mereka, membagi sepotong ayam diantara mereka.
Saat mereka sedang membersihkan piring, Porsche berkata, "maafin abang ya dek, abang belum bisa bahagiain adek, belum bisa ajak adek jalan-jalan, beliin adek makanan atau hal-hal yang adek mau. Abang juga minta maaf sudah bebanin adek, coba saja Chay ikutin kata mereka, mungkin kamu sudah bisa kuliah di luar negeri"
Chay memeluk abangnya dari samping, "abang, jangan ngomong gitu dong, mungkin benar, jika Chay ikut kata mereka, sekarang mungkin Chay sedang kuliah di luar negeri, tapi bukan berarti Chay akan bahagia. Chay bahagia dengan abang. Maafin Chay juga ya, Chay belum bisa bantu abang banyak-banyak"
"Tidak Chay, kamu sudah membantu aku tanpa kau sadari. Abang janji bakal menjaga kamu Chay, gak bakal ada yang bisa nyakitin kamu," ucap Porsche.
"Iya bang, aku juga akan berusaha agar kita bisa hidup dengan nyaman, agar abang bisa bangga sama aku," tanpa Chay tau, Porsche sudah sangat bangga, melebihi dari yang Chay bisa pikirkan.
****
Chay, Pran, dan Khupa sedang mencari tempat untuk memakan bekal mereka, dikarenakan kantin sedang penuh, merekan mencoba untuk di taman yang berada dekat kantin.
"Makan disitu yuk, dibawah pohon jadi tidak terlalu panas," usul Chay.
"Kamu yakin aman? Bukannya ini tempat berkumpulnya para anak teknik ya?" tanya Pran.
"Tenang, ada Khupa ini kan, tinggi dan tegap," canda Chay sambil duduk.
"Tapi tetap saja Chay, gila ya kamu. Anak teknik walaupun lebih muda daripada aku tetap menyeramkan," Khupa pun duduk di seberang Chay dan membuka bekalnya.
Chay memasukan sesuap nasi dengan sepotong ayam kedalam mulutnya sebelum bertanya, "kalian sudah dapat berapa tanda tangan dari senior kalian?"
"Aku baru dapat 12," jawab Khupa.
"Aku sudah dapat 23," jawab Pran.
"Aku 8," Chay berkata dengan nada sedih, "kira-kira minta bantuan siapa ya, takut dihukum"
"Mau kita temenin?" tanya Khupa.
"Kita? Enak aja, kamu aja kali, sibuk aku," canda Pran.
Percakapan mereka diganggu oleh sekelompok mahasiswa, "Ada urusan apa kalian disini? Kalian taukan ini tempat buat anak teknik saja"
"Tapi tidak ada tulisannya tempat ini khusus buat anak teknik saja," Khupa berdiri berusaha untuk mengintimidasi mereka.
"Kalian, pergi sekarang," suruh salah satu dari mereka.
"Tidak," tegas Khupa
Salah satu dari mereka pun menarik posisi untuk menonjok dan mengenai Chay yang berusaha melindungi Khupa. Chay pun terjatuh tersungkur diatas tanah
"BERHENTI!," tendengar teriakan Kim.
"Kak Kim, ini mereka yang mulai duluan, mereka duduk di-" ucapan salah satu dari mereka dipotong oleh Kim.
"Kalian bubar! Cepat!," ucap Kim dengan tegas.
"Tapi Kak Kim-," mereka coba untuk membantah.
"BUBAR," Kim berteriak.
Setelah mereka bubar, Kim pun membantu Chay untuk berdiri, "terima kasih Kak Kim"
"Maafin junior Kakak ya," ucap Kim dengan rasa penuh salah.
"Iya Kak, tidak masalah," balas Chay dengan bersenyum.
"Eh bibir kamu berdarah," tangan Kim mengelus pipi dekat bibir Chay yang terluka akibat tonjokan tadi.
"Iya ya? Aku merasa tidak apa apa," Chay merasakan perasaan aneh saat kulit mereka bersentuhan.
"Ayo kita ke UKS," Kim memegang erat tangan Chay.
"Tapi kak sebentar lagi saya ada kelas," Chay berusaha menolak.
"Sudah, nanti aku antar kamu ke kelas," Chay tidak dapat melawan tarikan Kim. Mereka pun meninggalkan Khupa dan Pran untuk menuju ke UKS kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Technical Love : Side 1 [KimChay]
RomanceChay merupakan mahasiswa baru di Universitas Paramayoka, tetapi pada saat hari pertama dia tersesat pada saat menuju lapagan tempat berkumpulnya para mahasiswa baru. Disitulah dia bertemu dengan Kim, mahasiswa teknik yang selalu ada di taman yang ha...