critnyh enih gmbran HyunJeong dsnih
.
CW/TW! Bahasa kasar, mention nama-nama hantu, komedi-horor-romantis, semi baku..
.
.
Terang berangsur gelap, menjadikan senja umpama primadona oleh para pujangga. Adzan Magrib berkumandang kala Emak Markonah membersihkan peralatan sehabis selesai pembungkusan pesanan kudapan dan lalapan online; catering. Matanya melirik seraya mengerling jahil kala melihat sang anak bungsu turun dari lantai dua menuju kamar mandi, mungkin hendak mengambil wudhu.
"Jeongin, lo anterin lalapan nanti ya ke rumah bu Iis Dahlia di kampung sebelah oke? Emak mau leha-leha dulu sampe besok pagi," titah sang emak dengan todongan spatula tepat mengarah kehidung bangir si pemuda manis.
Jeongin berhenti sejenak ketika emaknya memanggil, lantas mengernyitkan dahi, "udah malem loh mak, lagian tugas antar-mengantar bukannya bagian bang Seonho? Kenapa harus gue sih mak? Gue tuh capek seharian merenungi nasib sebagai jomblo 4 dekade!" dengus Jeongin tak terima sedikit manyun sebab merasa sebal kedamaian rebahannya diganggu gugat.
Emak Markonah memukulkan kekepala sang anak bungsu, mengomel, "Enak aja lo mau ongkang-ongkang kaki aja terus di rumah gue! Lo tuh ya ga pernah bisa disuruh-suruh, jadinya pemalas! Liat noh abang lo si Seonho udah jadi orang kan sekarang, udah S-11 dia gara-gara sering bantuin emak anterin dagangan, barokah hidupnya. Kamu mau hah jadi anak yang ga berguna? Udah-udah, gaada tapi-tapian, pokoknya kamu yang antar lalapan ini ke rumahnya bu Iis Dahlia!"
Kepalanya terasa berdenyut selepas dipukul spatula penggorengan, Jeongin mengelus jidatnya sembari mengaduh. Mendengarkan omelan sang emak memang tidak pernah ada habisnya. Seperti menjelajahi rel kereta api yang ujungnya hanya berputar-putar disitu saja. Membosankan.
"Yaudah iye mak, ini gue shalat dulu boleh ga? Baru habis itu anterin pesanan ga bermutunya bu Iis." Tanpa menunggu jawaban sang emak, Jeongin melengos memasuki kamar mandi, menutup pintunya seraya mendumel. Kakinya menendang dinding keramik, lalu mengaduh sakit sebab denyut dikepala kini berpindah pada kaki. Malangnya lagi, suara omelan sang emak masih terdengar sampai kedalam kloset wc.
"Punya anak perawan satu kok ya pemalas banget! Apa ga takut kalau nanti jodohnya dipatok ayam?"
Jeongin melotot tidak terima disebut sebagai perawan, ia berteriak dari dalam kamar mandi, "Bodo amat kaga punya jodoh! Lagian gue ini lakik loh mak, bukan perawan!"
"Halah, lakik kok gabisa angkat galon!" ketus sang emak.
Seketika Jeongin tidak mampu melawan lagi, sebab ucapan emaknya adalah fakta yang tidak dapat diganggu gugat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHTERA •hyunjeong
Short Story𝘢 𝘏𝘺𝘶𝘯𝘫𝘦𝘰𝘯𝘨 𝘰𝘯𝘦𝘴𝘩𝘰𝘰𝘵 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘺 𝘣𝘹𝘣 𝘭𝘰𝘬𝘢𝘭/𝘭𝘶𝘢𝘳. Tiada cengkrama yang dapat salurkan renjana bilamana sang pujangga menolak tautkan perkara hati yang keliru berlabuh. Namun ia yakin, suatu saat nanti akan datang insan ya...