1

471 49 15
                                    

©Boboiboy milik Monsta. Saya hanya meminjam karakternya saja. Seluruh alur murni dari pikiran saya.

OC dan kamu, milik aku.


❤️HAPPY READING❤️


Gelap gulita malam memayungi pulau Rintis. Tidak ada rembulan kali ini. Namun eksistensinya digantikan oleh para bintang. Hanya terdapat temaram lampu-lampu jalanan sebagai penerang.

Di sebuah bukit diantara pepohonan hutan, berdiri seorang pemuda yang mengenakan hoodie abu-abu muda. Ia membuka tudungnya lalu mendongak ke atas memperhatikan titik-titik putih cantik di langit yang senada dengan netra perak berlian nya itu dengan teleskop.

Ia tersenyum senang ketika mendapati apa yang dicarinya lantas mengabadikannya dengan kameranya. Jam menunjukkan pukul sebelas lebih tapi pemuda tersebut masih sibuk berkutat dengan kegiatannya itu. Yaitu mengamati rasi bintang. Kemudian ia menulis beberapa catatan kecil di tabletnya.

Sudah menjadi rutinitas sehari-hari ia melakukan penelitian dan eksperimen demi memperdalam ilmu pengetahuan. Ah bukan, ini adalah hobi. Karena ia menjalani semuanya dengan senang hati.

Malam ini ia beruntung karena dapat melihat bintang paling terang yaitu Bintang Sirius yang berada di Konstelasi Canis Major pada bulan Februari. Meski pada awalnya ia hanya berniat mencari Milky Way sih.

Sayangnya itu tidak terlihat disini. Padahal ia yakin telah menghitung posisi yang pas. Atau mungkin karena cuaca maupun objek langit lah yang menghalangi? Entahlah. Apapun itu, ia akan berusaha untuk menemukannya suatu hari nanti.

Ting~!

Sesaat suara notifikasi pesan memecah keheningan.

Pemuda itu menghentikan sejenak aktivitasnya lalu mengambil ponselnya.

|Kak Upan|
Online

"Udah waktunya pulang kan?"

Solar mengernyit lantas melihat jam yang tertera di pojok kiri atas layar ponselnya. Ternyata sudah larut malam..

"Maaf kak. Solar terlalu asik mencari sesuatu sampai lupa waktu."

"Cepet pulang."

"Iya kak."

"Mampus. Harusnya habis pulang dari Minimarket aku hanya satu jam berada disini. Malah kebablasan. Hah..." Solar menghela napas berat sembari bergegas merapikan barang-barangnya dan mengenakan kacamata visor oranye yang sempat dilepasnya tadi. Setelah selesai, ia pun langsung tancap gas motornya dengan perasaan campur aduk.

Jalanan cukup sepi namun pikiran Solar ramai dipenuhi scenario-scenario yang akan menimpanya saat tiba dirumah nanti. Apakah ia akan ditampar? Dipukul? Ditendang? Atau yang lebih parahnya lagi 'dihukum'?

Solar semakin cemas lalu menggigit kecil bibirnya ketika melihat ke pergelangan tangannya yang terdapat bekas luka bakar dan melepuh.

'gak-gak. Itu semua wajar bukan? Ini emang salahku. Ya kan..? Lagian aku juga udah terbiasa.' batinnya berusaha menenangkan diri.

Walaupun begitu Solar tak dapat menampik rasa ketakutan luar biasa saat me-reka ulang bayangan muka penuh kebencian diwajah kakak-kakaknya itu. Sangat mengerikan. Rasanya lehernya seperti terkekik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Bungsu [Solar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang