Extra 2 - As Long As I'm With You

930 100 2
                                    

Disclaimer.
Peristiwa yang ada dalam cerita ini tidak dibuat secara khusus berdasarkan dunia nyata. Apabila ada kesamaan maka hal itu terjadi secara kebetulan.

R16+ | 1427 words.

[]


"Adik Ipar!"

Siang itu, Meimei datang dengan Kento ke rumah ketika mendengar kabar Utahime sakit. Keduanya secara ajaib menjadi lebih dekat sejak kejadian penembakan yang sudah berlalu cukup lama, padahal sebelumnya tidak ada apa-apa di antara mereka.

Sekarang bahkan kedekatan mereka tidak lagi implisit. Utahime pernah memergoki mereka di suatu pojok pilar koridor rumah utama keluarga Gojo ketika acara makan bersama bertepatan dengan ulang tahun Kento, tengah berciuman dengan brutal hingga ia sendiri yang secara langsung memarahi keduanya untuk melakukan itu di tempat tertutup. Kento yang terlihat dingin dengan wanita, entah bagaimana justru yang lebih dulu mengambil hati Meimei.

"Hai," Utahime yang berbaring menyapa lemah.

"Astaga, lihat dirimu. Bagaimana bisa adikku tidak menyadari istrinya sendiri sedang sakit dan tetap membiarkanmu masuk kerja?" Meimei menggeleng kesal. "Maaf ya, dia memang bodoh untuk urusan seperti ini."

Utahime tersenyum tipis. Kepalanya masih berkunang-kunang meskipun sudah jauh lebih baik dari beberapa jam lalu ketika ia kehilangan keseimbangan di kantor. Sarah, anak buahnya, kebetulan yang menangkap wanita itu dan meyakinkannya untuk mencukupkan pekerjaan hari itu. Hari masih pagi, namun ia sudah merasa lemas walaupun sudah mengisi perut. Selebihnya, Utahime hanya berpikir ia terlalu memforsir fisik belakangan ini.

"Dia sudah memperlakukanku dengan baik."

Kento mengerutkan kening. "Apa kata dokter?"

"Ah ... aku tidak merasa perlu untuk diperiksa. Ini akan membaik dalam beberapa hari."

Pria itu bertukar pandang dengan Meimei sejenak, lalu mengangguk. "Satoru belum tiba, kan? Aku akan meneleponnya sebentar di luar."

Para wanita mengekori kepergian Kento dengan pandangan. Meimei lalu beralih pada Utahime dan memegang kedua tangannya. Ia menarik napas lalu menghembuskannya kembali, seperti mempersiapkan sesuatu.

"Anu ... Adik Ipar, tidakkah kau berpikir mungkin ada 'sebab lain' kau jatuh sakit hari ini?" Meimei bertanya dengan nada memancing.

Utahime ingin menghindari pandangan, namun Meimei akan langsung menyadari jika ia berbohong.

"Jika kita membicarakan hal yang sama, itu tidak mungkin. Aku benar-benar hanya kelelahan akhir-akhir ini."

"Tapi, tidak ada salahnya untuk mengecek, bukan? Kalian juga sudah hampir setahun menikah."

Pembicaraan ini memang mengarah ke sana. Utahime tidak tahu bagaimana mengatakannya pada Meimei. Selama ini, hanya ia dan Satoru yang tahu alasan itu dan tidak ada campur tangan keluarga besar dalam hubungan keduanya. Mereka benar-benar diberikan ruang privasi yang begitu luas hingga ini adalah kali pertama ada yang bertanya tentang hal itu padanya. Wanita itu pun yakin Meimei tidak ingin mencampuri urusan mereka dengan bertanya seperti itu.

"Adik Ipar," Meimei meremas tangannya pelan. "Hal itu memang terjadi di antara kalian berdua. Untuk itu, aku hanya bisa menyarankan supaya kalian bisa bersiap lebih awal. Kau tidak perlu membicarakannya denganku, tapi dengan Adikku, oke? Kalau dia tidak mendengarkan, biar aku pukul kepalanya."

Utahime terkekeh kecil. Cara Meimei dalam memihaknya dan memperlakukan Satoru selalu menghibur.

"Ya .... Namun, kami selalu 'melakukannya' dengan pengaman, um, maksudku ... yeah."

Lust for Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang