01. The Nareswara Gourmet

2.2K 231 36
                                    

Entah bagaimana ceritanya Iris terjebak di sebuah acara grand opening salah satu restoran fine dining di Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Entah bagaimana ceritanya Iris terjebak di sebuah acara grand opening salah satu restoran fine dining di Jakarta. Bara, kekasih Iris yang seharusnya sudah tiba disini sejam lalu mendadak terjebak kemacetan ibu kota. Seolah nggak bisa lebih apes lagi, pemilik restoran ini adalah teman Bara yang baru saja kembali dari Amerika, dan ya, as expected Iris nggak kenal siapapun disini.

"Course pertama. Basically, cairan di bagian bawah gelas itu tomato yang di-puree* kasar, terus diambil airnya aja. Dicampur sama basil, thyme, herbs, dan sedikit tabasco so be careful karena bakal sedikit pedas."

Iris jelas kaget begitu melihat kursi yang harusnya diduduki Bara kini malah terisi oleh pria lain. Kesepuluh jarinya bertautan diatas meja, sementara sudut bibirnya mencatut secarik senyum—dari apron yang membalut pinggang rampingnya, Iris bisa langsung tahu bahwa pemilik suara berat ini adalah pria pemilik restoran alias teman Bara. Tangan kanannya yang dipenuhi tato terulur guna membawa sebuah gelas kecil mendekati Iris.

"Cobain ya, 'Partner-nya Bara'" lanjutnya, mengacu pada plakat nama yang tertera di atas meja bertuliskan; Mr. Bara & Partner.

"Oh, i'm Iris. Well, as you said, 'Partner-nya Bara'"

Dia mengangguk, sedikit terkekeh dengan jawaban Iris, "i know you. Kahiyang Arundaya Iris Tijandra, you're one of that well-known Tijandra Family members, right?"

"Lebay banget! Nggak segitunya juga kali."

Dia tertawa lagi, kali ini lebih vokal dari sebelumnya. Tubuh tinggi dan tegapnya bangun dari kursi, dengan hati-hati meraih napkin putih susu diatas table sebelum melangkah kian mendekati Iris. Dari posisinya saat ini, Iris bisa langsung menyimpulkan kalau Teman-nya Bara ini wanginya enak banget, citrus dan bergamot dengan vanilla dan musk tumpul lembut yang tercium tatkala tubuhnya merunduk tepat di depan Iris, meletakkan napkin tersebut diatas paha.

"'Teman-nya Bara'—what should i call you?" Lirih Iris pelan, namun masih cukup untuk didengar dia. Lelaki itu menoleh, membawa netra keduanya berserobok dalam satu garis lurus, seolah memenjarakan Iris di dalam sebuah kecanggungan yang mencekik, "um—gue kan nggak mungkin manggil lo 'Teman-nya Bara' semalaman penuh."

"Kenapa lo harus panggil gue 'Teman-nya Bara' semalaman penuh?"

"Oh... don't get me wrong. Menurut invitation acaranya sampai malam hari, otomatis gue akan ketemu lo semalaman—gue nggak ada maksud—"

Dia tertawa lagi, matanya yang intens dan tegas kini berbentuk bulan sabit. Teman Bara ini benar-benar penuh kejutan, bagaimana seseorang bisa memberi dua kesan yang bertolak-belakang hanya dalam beberapa menit; beberapa saat dia kelihatan ramah dan manis, namun di beberapa waktu tertentu Iris tidak akan ragu untuk melabeli jantan dan seksi pada kening pria itu.

Under His Sheets | BluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang