03. Try it

1.4K 222 38
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya benar-benar terasa salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rasanya benar-benar terasa salah. Ketika adrenalin terasa mengisi tubuh Iris hingga pada puncak kepala. Jantungnya menggila. Debar terasa seolah hendak meledakkan rongga dada. Jaket kulit yang kini melingkupi tubuh Iris bak selimut punya wangi persis seperti Dewa; hangat dan maskulin. Sementara pria itu hanya memakai kaus hitam slim fit, memberi Iris penglihatan mengenai gelondong otot Dewa yang penuh digambari tato—sebuah kalung silver melingkari leher jenjang Dewa, serta washed blue jeans yang merangkum pinggang Dewa dengan begitu apiknya. Dia segera memakai helm full face, kemudian menepuk jok belakang motor besarnya sambil menatap Iris, "naik."

Iris ragu. Sebelumnya, pada kondisi yang sama Iris akan menunggu Bara selama berjam-jam. Jelas saja bukan karena dirinya suka menunggu, namun ini adalah satu-satunya cara agar Bara tidak lagi marah padanya.

"Memangnya lo nggak penasaran sama reaksi Bara?" Tanya Dewa beberapa saat yang lalu.

"Reaksi Bara?"

Dewa mengangguk, "kalian selalu berakhir baikkan setelah berantem hebat karena lo ngalah. Lo rela nunggu dia berjam-jam dan minta maaf, as you said earlier, right?"

Iris mengangguk sebagai respon.

"Nggak mau tahu gimana reaksi dia begitu sadar kalau lo pergi?" Tantang Dewa. "For once, lo nggak mau lihat Bara yang ngalah?"

Dan di sini lah Iris, menatap Dewa dan motornya dengan ragu-ragu. Tangannya meraih helm yang Dewa ulurkan, sadar betul kalau cowok itu masih melirik kearahnya melalui kaca spion. Bibir Dewa menyunggingkan senyum picik, barangkali sadar tantangannya berhasil membuat Iris cemas setengah mati. Bagaimana jika hubungannya dan Bara menjadi semakin buruk setelah ini?

"Iris, tau nggak apa yang bikin lo takut saat ini?"

"Apa?"

"Karena hal yang lo lakuin sekarang ini asing. Nggak familier." Dewa merebut kembali helm yang berada pada tangan Iris. "Pada dasarnya manusia memang kayak gitu. Takut sama perubahan, benci ambil keputusan baru karena rasanya asing. Nggak tau keputusan yang diambil itu betul atau salah; nggak tahu endingnya bakal kayak gimana."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under His Sheets | BluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang