[END]Saya Menjadi Istri Kekasih Perdana Menteri Setelah Transmigrasi

37-38

  Bab 37 Mengapa Anda datang ke sini?

   "Aku tidak menyangka kehidupan gadis A Tao itu akan sangat sulit," desah Zhao Lanhua sambil memetik sayuran di kompleks keluarga Shen.

   "Bukan?" Bibi Kedua Shen tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Tanpa diduga, wanita tua dari keluarga Ji bahkan tidak menginginkan cucunya sendiri ... Seorang Tao sangat menyedihkan."

   "Tapi ibu, sekarang A Tao telah membawa botol minyak kecil, apakah kamu masih ingin dia berdamai dengan saudara laki-laki ketiga?" Bibi Kedua Shen bertanya dengan sangat ingin tahu.

   "Sangat jarang," Zhao Lanhua melirik dengan curiga pada Kakak Ipar Kedua Shen yang bergosip, mengangkat alisnya dan bertanya, "Jika Ah Tao benar-benar kembali ke rumah Shen kita, tidakkah kamu akan kesal?"

   "Saya makan begitu banyak ayam dan ikan dari orang lain, jika saya masih marah tentang kejadian sebelumnya, bukankah saya terlihat sangat pelit?" Kata Bibi Kedua Shen dengan senyum ceria.

  Faktanya, alasan sebenarnya adalah Ji Atao sangat beruntung!

   Selama dia sesekali membawa ayam dan ikan kembali, dia tidak keberatan Ji Atao dan anak ketiga berdamai seperti sebelumnya!

  Dia bisa mengikuti bisnis Zhanguang, kenapa tidak?

   "Bukankah matahari terbit dari barat hari ini? Apakah menantu kedua saya tiba-tiba menjadi tercerahkan?"

   "Ibu!" Bibi Kedua Shen memalingkan wajahnya berpura-pura malu.

  Zhao Lanhua terhibur olehnya.

   "Sebenarnya, anak ini, A Tao, benar-benar bertobat, tapi saya khawatir dia tidak menyukai anak ketiga!" Zhao Lanhua mencuci semua sayuran yang dia petik, lalu berbalik dan kembali ke dapur.

  Saat itu, Kuil Bumi.

  Ji Zhao dan Ji Chen berlutut di depan patung Dewa Bumi.

   "Ji Zhao, gadis yang setia, akan mengganggu tanah ayah mertua lagi." Ji Zhao mengatupkan kedua tangannya, dan dengan tulus bersujud tiga kali.

   "Chenchen, kamu melakukannya dengan adikmu."

   "Kakak ..." Ji Chen meniru gerakannya dengan kikuk, dan bersujud tiga kali.

   Hanya saja gerakannya terlalu besar, dan memar muncul di dahinya.

"Chenchen, apakah tidak sakit?" Ji Zhao menggosok dahinya dengan sedikit kesusahan, mencondongkan tubuh ke depan, meniup dengan lembut, lalu menatap matanya, dan menjelaskan dengan lembut, "Kamu tidak perlu bersujud seperti ini di masa depan. Hanya saja gunakan kekuatanmu, selama Tuan Tanah bisa merasakan niat kita."

  Ji Chen tidak berbicara, tetapi ada kabut kebingungan di mata yang gelap, cerah, dan jernih itu.

   "Apakah kamu lapar?" Mendengar suara yang berasal dari perutnya, Ji Zhao menjadi semakin tak berdaya.

   "Duduk di sini dengan patuh dan tunggu kakak kembali, oke?"

   Ji Zhao berpikir sejenak, membungkuk keluar dari Kuil Bumi, dan kembali tidak lama kemudian.