Chapter 1

3 0 0
                                    

"Ahahaha cupu!!!"
"Huuu cemen kamuu! Udah gede belum bisa naik sepeda!"
"Adik aku aja udah bisa naik sepeda"
"Dasar cupu!"
"AHHAHAHA"
"Huuuu"

Sorak segerombol bocah yang terdengar sangat asyik mengolok-olok temannya.

"Hiks.. hiks.. mereka jahat.. awas aja nanti aku pasti bakal bisa naik sepeda!" -batin Gio.

Ya, Gio seorang anak kelas 4 SD yang selalu dibully teman-temannya karena tidak bisa mengayuh sepeda. Dia pun berusaha menguatkan dirinya. Dan untungnya, ada Ayahnya juga yang selalu menyemangati dan mengerti perasaan Gio.

Jovan : "Loh kamu kenapa, Yo???"
Gio      : "Nggapapa yah."
Jovan : "Jujur sama ayah.. kamu kenapa?"
Gio      : "Tadi, Gio dibully temen-temen gara-gara Gio ngga bisa naik sepeda, Yah."
Jovan : "Hmm. Yang sabar ya, nak. Mmm... gimana kalo nanti sore kamu belajar naik sepeda sama ayah?"
Gio     : "T-tapi Gio takut jatuh, Yah.. nanti kaya dulu lagi..."
Jovan : "Namanya belajar pasti berproses, Yo.. Jatuh itu jangan menjadikan kamu diam saja. Tapi kamu harus bangkit. Oke?"
Gio      : "Umm... Iya juga sih. Gio gasuka dibully temen-temen!!"
Jovan : "Nah. Kamu harus buktiin ke mereka kalo kamu bisa naik sepeda, Yo! Kamu harus bisa melawan rasa takutmu itu ya? Okeee?"
Gio     : "OKE YAH! AKU PASTI BISA NAIK SEPEDA"

Gio berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia pasti bisa melawan rasa takutnya untuk naik sepeda.

Waktu menunjukkan pukul 15.15. Gio sudah dengan siap mengeluarkan sepedanya yang berdebu karena cukup lama tidak digunakan. Ia pun membersihkan sepedanya dengan penuh semangat dan wajah sumringah. Ayahnya menuntun sepeda Gio menuju ke taman kota yang dekat dengan rumahnya.

Sesampainya di taman.....

Gio      : "Ayo, Yah!"
Jovan : "Jangan lupa bismillah ya, nak.. Lawan rasa takut kamu! Ada ayah yang jagain kamu."
Gio      : "Siappp yah!"

"Bismillahirrahmanirrahim" -batin Gio.

Setelah beberapa jam Gio berlatih mengayuh sepeda bersama Ayahnya, akhirnya Gio pun sudah sedikit lancar dan tidak kaku lagi mengayuh sepeda! Kini sepeda Gio sudah difungsikan kembali. Tidak hanya sekadar pajangan.

"YEAYYY! AKHIRNYAAA AKU BISA NAIK SEPEDAAA!!! -teriak Gio kegirangan.

"Alhamdulillah... lega melihat anakku sudah bisa naik sepeda." -batin Jovan.

"Yuhuuu!!! Temen-temen harus tau kalo aku udah bisa naik sepeda! Asik bangettt! AHAHAHA" -teriak Gio yang terlihat sangat senang dan asyik sekali mengayuh sepedanya.

Gio      : "Makasih, Yahhh! Karena ayah, aku bisa ngelawan rasa takut aku dan bisa naik sepeda deh!"
Jovan : "Syukurlah... seru kan naik sepeda?"
Gio      : "Seru banget, Yah!"
Jovan : "Sippp anak Ayah! Tapi ini kan sudah mau maghrib.. kita pulang yuk."
Gio      : "Tapi nanti besok sore aku masih mau latihan ya, Yah. Sampai aku lancarrr banget naik sepeda."
Jovan : "Iya.. nanti Ayah temani kamu, ya."
Gio      : "Oke Ayah!"

Gio dan Ayahnya pun berjalan menuju rumah dengan wajah sumringah.

Sepeda GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang