01. Bad night

34 2 0
                                    

Aku terbangun dari tidur. pukul 9 malam, dan hujan sangat deras sekali disertai dengan petir yang menyala.

Kulihat, Geo sudah tertidur pulas disampingku. Aku merasa sangat haus dan bergegas untuk melangkah menuju dapur.

Saat aku melewati ruang tamu, aku melihat bunda sedang duduk sendirian dengan raut wajah yang gelisah. Akupun menghampirinya untuk bertanya.

"Bunda belum tidur?" tanyaku, bunda menoleh dan tersenyum padaku. Luka diwajahnya bahkan belum mengering.

"Bunda lagi tunggu ayahmu pulang,  Rei belum tidur?"

"Belum, Rei haus bun" jawabku, lalu bunda mengangguk.

"Kalau sudah minum cepat tidur ya" titah bunda, aku mengangguk.

Akupun bergegas menuju dapur dan langsung meneguk segelas air, dahagaku pun terasa lega. Setelahnya, aku berjalan menghampiri bunda yang masih gelisah menunggu kehadiran ayah.

"Bun, lebih baik bunda tunggu ayah di kamar saja. bunda kelihatan capek sekali" ucapku, bunda tersenyum dan menggeleng pelan.

"Ayahmu akan memukul bunda jika bunda telat membukakan pintu untuknya" Aku menghela nafas untuk menghilangkan rasa sesak di dadaku, ntah mengapa melihat bunda seperti ini membuatku ikut merasakan sakit.

"Tapi bun-" Ucapanku terhenti saat suara ketukan pintu terdengar. Ketukannya bertempo sangat cepat, seperti orang yang terburu-buru ingin masuk.

"Nah itu ayahmu, akhirnya pulang juga" ucap bunda dengan wajah yang ceria. Namun raut wajah itu berubah seketika, kala ia melihat seseorang yang tengah berada dihadapannya itu. Aku penasaran dan menghampiri bunda, mataku membulat seketika saat melihat lelaki yang tengah menatap bunda.

Dia pria asing bertubuh tinggi yang sama sekali tak ku kenali. Melihat raut wajah bunda, akupun yakin bahwa bunda juga tak mengenalinya.

Penampilan orang itu sangat berantakan. Bau alkohol sangat menyengat dan pria itu berjalan sempoyongan. Aku yakin, dia baru saja meminum minuman beralkohol.

Bunda melindungi tubuh kecilku. Akupun bersembunyi dibalik tubuh bunda, wajah pria itu sangat menyeramkan.

"A- ada perlu apa ya?" tanya bunda sedikit memberanikan diri, bahkan suaranya terdengar gemetar.

"mau numpang ke toilet sebentar" Jawab lelaki itu, ia terlihat seperti orang tidak waras. Bunda menggeleng cepat dan buru-buru menutup pintu.

"Maaf gk bisa" tolak bunda seraya berusaha untuk menutup pintu. Kami berteriak histeris saat lelaki itu menahan pintunya agar tidak tertutup.

"TOLONG!!! ADA MALING!!" teriak bunda, namun itu sia-sia. ini sudah jam 2 pagi dan tentunya orang-orang sekitar masih terlelap dari tidurnya.

Aku melihat lelaki itu mulai memasuki rumah. ia menatap tubuh bunda dari ujung kepala sampai ujung kaki. lelaki itu memajukan wajahnya pada leher bunda untuk menciumnya.

Bunda gemetar hebat, raut wajahnya terlihat sangat takut. Air mata bunda mengalir begitu saja.

Bunda berusaha memberontak, tapi tenaga lelaki itu jauh lebih besar. Tubuhnya bahkan sangat kekar, tentu bunda tak bisa menahannya.

Tubuhku menegang seketika. Aku membisu, tak bisa mengeluarkan suara. Lututku terasa lemas tak kuasa melihat Bunda yang tengah di perlakukan seperti itu. Orang itu, dia memperkosa Bunda.

Aku tak bisa diam saja, walau tubuhku pun terasa gemetar hebat. Aku berusaha untuk mengambil sebuah balok kayu lalu aku memukul kepala pria itu sekuat tenaga.

Aku terdiam kaku, kukira pria itu akan ambruk setelah ku pukul dengan kayu balok yang cukup berat. Nyatanya, orang itu menoleh dan menatapku dengan sangar. Tubuhku gemetar hebat saat menatap matanya, rasa takut semakin menyelimuti diriku.

ia bangkit dari posisinya dan mendekatiku. Orang itu melayangkan tangannya dan melayangkan pukulannya padaku.

Mataku membulat seketika saat darah segar keluar dari hidungku akibat pukulan yang sangat keras. Tubuhku terhempas begitu saja saat pria itu melayangkan pukulannya.

Bunda yang mengalami luka lebih parah dariku itu berusaha untuk memukul orang itu.

Bunda memegang kaki pria itu dengan erat agar tidak mendekati dan menyakiti diriku. Kulihat orang itu sangat marah hingga menginjak-nginjak tubuh bunda. Air mataku jatuh begitu saja saat melihatnya, namun bunda menatapku dan menyuruh diriku untuk keluar dan meminta pertolongan.

"Cepat keluar dan meminta pertolongan!!" titah bunda seraya menahan rasa sakit yang diberikan oleh pria itu.

"Bertahanlah bunda" Batinku seraya menatap bunda dengan hati yang sangat perih, dengan langkah gontai akupun keluar dari rumah itu dan berusaha mencari pertolongan.

"Ya Tuhan, selamatkanlah bunda"

my little brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang