Seorang pemuda dengan surai pirang undercut kini tengah memasang wajah cemberut, hingga wajah tampan nan imutnya itu terlihat kusut. Panggil saja pemuda itu Chifuyu.
Ia tengah kesal mengingat kejadian beberapa jam lalu, yang dimana—Baji yang tak lain adalah orang yang sangat ia cintai tiba-tiba pulang kekostan setelah 2 minggu menghilang. Bukan, bukan itu yang membuatnya kesal justru ia senang karena sang pujaan hati kembali, tapi yang membuatnya kesal ialah saat mendapati Baji pulang dengan kondisi membawa laki-laki asing ke kostannya.
Sungguh hatinya terasa sesak. Setelah 2 minggunya ia habiskan untuk mencari dan mengkhawatirkan Baji, justru pria itu malah tengah asik dengan dunia nya sendiri. Paling tidak kenapa Baji tidak mengabarinya, agar ia tidak perlu repot-repot membuang energi, ah rasanya ingin sekali ia memarahi Baji, tapi—tidak bisa.
Tak sampai disitu bahkan yang lebih menyakitkannya lagi Baji menyuruh dirinya pindah kamar, karena kemungkinan besar laki-laki asing itu juga akan tinggal disini dan menggantikan posisi dirinya yang semulanya adalah roommate Baji.
Pada akhirnya disinilah Chifuyu, mau tak mau ia terpaksa satu kamar dengan sang rival—Sato Ryusei.
Ia menjambak rambutnya sambil memekik tak tertahan. Otaknya itu tidak bisa berpikir jernih tentang hubungan 'mereka'. Ryusei yang tengah sibuk dengan tugasnya pun merasa ternganggu.
Argghh. Chifuyu mulai frustasi.
"Woi!! bisa diam tidak sih, suaramu itu mengganggu konsentrasi ku tahu" protes Ryusei.
"Ruang tengah sepi, kau bisa menggunakannya" Chifuyu mengelak.
"Mengusirku secara halus ceritanya, kau memang menyebalkan Chifuyu"
"Lagian tumben tumbenan kau mengerjakan pr, biasanya juga nyontek ke Takemichi" ya memang benar Ryusei ini tipe orang yang pemalas, jangankan pr, masuk dijam pelajaran saja jarang ia lakukan, pergi kesekolah hanya untuk numpang tidur di rooftop.
"Kau harusnya senang, temanmu satu ini sudah mulai rajin lho" ucapnya memamerkan diri.
"Hah?! tunggu, teman? Sejak kapan kau temanku"
Mendengar kalimat yang agak menyakitinya, spontan Ryusei menghentikan aktivitasnya.
Dari awal yang menganggap mereka rival hanyalah Chifuyu seorang, tidak dengan Ryusei. Entah apa yang membuat Chifuyu mencapnya seperti itu, tapi perlu diketahui Chifuyu agak membenci Ryusei karena laki-laki itu selalu mengungguli dirinya dalam bidang apapun.
Ryusei kini beringsut menuju ranjang yang sudah ditempati Chifuyu duluan. Dengan cepat ia langsung menindih Chifuyu, dan mengunci pergerakannya.
Tentu Chifuyu terkejut dengan perlakuan Ryusei yang secara tiba-tiba. Melihat matanya yang seakan ingin melahapnya membuat ia ketakutan, badannya sedikit bergetar. Apa-apaan dia ini.
Tangan Ryusei masuk kebalik baju Chifuyu, mencoba mengelus perut rata itu.
"AHH... TU-TUNGGU APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN"
Chifuyu langsung bangkit dari tidurnya.
"Hahaha... melihatmu ketakutan dibawah seperti tadi itu hal yang lucu" ucap Ryusei tanpa merasa berdosa.
Chifuyu mendecih.
"Kenapa kak baji memasangkanku dengan orang mesum seperti ini sih" ia mememik kesal sembari menyembunyikan dirinya dibalik selimut.
Sadar melihat Chifuyu yang semakin badmood, Ryusei pun merasa bersalah, padahal ia hanya berniat bercanda, siapa tahu bisa menghiburnya, walaupun tahu candaannya itu sedikit keterlaluan.
"Oke maafkan aku tadi itu hanya becanda oke. Aku benar-benar tidak berniat melakukan itu... Aku ini orang baik-baik kau tahu"
"Omong kosong"
"Baiklah terserahmu, aku tidak menuntutmu untuk percaya"
Ryusei membenarkan posisinya menjadi duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Ia menghela nafasnya setelah melihat Chifuyu yang masih bersembunyi dibalik selimut itu.
Kemudian kepalanya ia dongkakkan menatap ke atap-atap kamar.
"Jadi lelaki itu sangat mengganggu pikiran mu ya?" tanyanya halus dengan nada yang lumayan pelan. Gini-gini Ryusei juga peka dengan kondisi pemuda disampingnya ini.
"Tentu saja, lelaki itu terlihat seperti orang yang spesial bagi kak Baji, dan itu membuatku harus berpikir keras" Chifuyu kini keluar dari persembunyiannya, ia menjawab dengan wajah yang tertekuk.
"Apa yang kau pikirkan tentang hubungan mereka?" tanya Ryusei lagi.
"Menurutmu?"
"Tidak ada pertanyaan yang dijawab oleh pertanyaan. Tapi, baiklah kalo kau ingin tahu, menurut ku.. mereka terlihat seperti sepasang kekasih"
Mendengar jawaban itu Chifuyu semakin menekukkan wajahnya.
"Kenapa?" Ryusei kembali bertanya.
"Aku juga berpikir hal yang sama, tapi aku tidak ingin mengakuinya"
"Mana bisa begitu"
"Yaa terserah ku lah"
"Ya ya ya terserahmu saja lah"
"Kenapa kau tidak protes"
"Memangnya aku harus protes"
"Tidak juga, tapi aneh saja biasanya juga kau selalu mengelak ucapanku"
"Aku sedang malas saja berdebat dengan mu, apalagi moodmu sekarang sedang buruk seperti itu"
"Kau pengertian juga ya"
"Baru sadar" ucapnya sangat pelan, yang mungkin tak terdengar oleh Chifuyu.
"Hah?"
"Tidak"
Setelah itu keduanya pun terdiam.
Chifuyu tertunduk memperhatikan tubuhnya, lalu termenung. Pikirannya kemana mana, jauh memikirkan hal yang mungkin akan menjadi solusi masalahnya.
"Hei, Ryusei" panggilnya kemudian.
Ryusei menggumam kecil untuk menanggapi.
"Apa aku harus memberikan tubuhku pada kak Baji saja, ya"
"Hah?!" terlalu kaget dengan apa yang didengarnya, Ryusei menoleh cepat kearah Chifuyu.
"Apa maksudmu?"
"Aku ingin kak Baji jadi milikku seutuhnya"
Dan inilah menjadi awal kisah hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Only Mine
Teen FictionKatanya mencintai tak harus memiliki. Tapi bukankah itu terlalu berat, haruskah ia juga merelakan orang yang dicintai bersanding dengan sahabatnya sendiri(?) ⚠️BL/Shounen-ai/Yaoi/BxB⚠️ Tokyo Revengers © Ken Wakui Story © qxgurl