Satu

61 10 3
                                    

"Apa aku harus memberikan tubuhku pada kak Baji saja, ya..."

Ryusei masih menyaring perkataan yang keluar dari mulut Chifuyu itu. Ia tidak salah dengar, kan.

"Kau gila"

"Aku masih waras"

"Kau serius"

"Iya"

"Sungguh kau sudah gila"

"Sudah ku bilang aku masih waras"

"Lalu kenapa kau berpikir seperti itu. Kau tidak becanda, kan?"

"Tidak, itu becanda"

"Jadi serius atau becanda"

"Becanda Ryusei"

"Hmm aku tidak yakin. Kau akan melakukannya, kan?" Ryusei mengintrogasi Chifuyu dengan mendekatkan wajahnya pada si laki-laki mungil itu.

"T-tidak a-aku tidak akan melakukannya... dan jauhkan wajahmu dariku, huft" Chifuyu mendorong wajah Ryusei dari hadapannya.

"Kenapa kau terlihat ragu"

"Apanya?"

"Kau menjawab dengan ragu, Chifuyu. Aku tidak mempercayaimu"

"Huaa... kenapa kau bersikeras sih. Tadi itu hanya becanda oke. Dan aku terlihat ragu mungkin karena wajahmu terlalu dekat denganku, itu membuatku deg-degan"

Chifuyu rasa ingin gila, ia tidak habis pikir kenapa Ryusei terus-terusan mewawancarainya. Jujur ia jadi menyesal telah mengatakan kalimat tadi, sepertinya Ryusei memang tidak bisa diajak becanda.

"Hee, deg-degan kau bilang, itu artinya kau-"

"Hah, b-bukan seperti itu. Aish lupakan sajalah percakapan kita barusan, kau menyebalkan"

Chifuyu langsung membaringkan tubuhnya membelakangi Ryusei, ia juga kembali menyembunyikan diri dibalik selimut lagi.

Duh, rasanya ingin sekali ia mengumpat. Andai saja ada lubang, ia juga ingin masuk kedalam sana dan mengubur diri.

Ryusei yang melihat tingkah Chifuyu seperti itu merasa gemas sendiri.

Tawa kecil keluar dari mulutnya.
"Sudah ku duga kau itu memang orang yang lucu, Chifuyu" gumamnya.

*****

"Ah sial! aku telat, aku telat!!"

Dengan kecepatan maksimal Chifuyu berlari menuju kelasnya. Dilihat dari lingkungan sekolah yang tampak sepi, ia tahu bahwa dirinya sudah terlambat, apalagi jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Untung saja saat masuk tadi satpam tidak ada dan gerbangnya juga belum ditutup, itu memang sebuah keuntungan baginya. Dan ia harap keuntungan masih akan datang lagi padanya.

Sesampainya didepan kelas, tanpa membuang waktu Chifuyu langsung membuka pintu itu dan—

Sialan.

Semua mata langsung tertuju pada dirinya, termasuk sepasang mata yang berada didepan papan tulis, ternyata keuntungan sedang tidak berpihak lagi padanya.

Dari kejadian itu sudah jelas Chifuyu mendapat hukuman. Ia disuruh membersihkan toilet seorang diri, ya sendiri memangnya siapa yang ingin menemani.

"Coba saja tadi kak Baji gak berangkat bareng dia. Sudah pasti aku tidak akan dihukum seperti ini"

Dengan perasaan kesal Chifuyu tak henti-hentinya menggerutu menyalahkan orang lain, menyalahkan seseorang yang tadi pagi berangkat bersama dengan sang pujaan hatinya.

Biasanya Chifuyu berangkat ke sekolah dibonceng Baji, tidak pernah sekalipun ia naik kendaraan umum seperti tadi. Siapa yang menduga dirinya akan salah menaiki jalur angkutan umum, hingga ia harus putar balik dan mengakibatkan ia kesiangan. Ya! iya tahu ini salah dirinya karena dengan percaya dirinya menaiki jalur angkutan yang salah menuju sekolahnya.

Tapi tetap saja, jika Baji berangkat bersama dirinya dan bukan bersama orang itu. Sudah pasti kejadian ini tidak akan terjadi, kan. Ia tidak akan kesiangan, dan ia juga tidak akan mendapat hukuman.

Bagi Chifuyu semua ini adalah salah si rambut pisang.

"Kazutora" pekik Chifuyu kaget saat matanya tiba-tiba menangkap sosok yang tengah disalahkannya itu berjalan kearah toilet—tidak, kini mendekat pada dirinya.

"Chifuyu, apa yang kau lakukan disini?" tanya Kazutora.

Mendengar itu chifuyu gelagapan sebab bingung harus menjawab apa. Jika ia jujur tengah dihukum, pikirnya itu akan membuat kehilangan harga dirinya.

"Anu... itu..."

"Apa kau membuat kesalahan, Chifuyu?"

"Hah?! "

"Kau pasti tengah dihukum untuk membersihkan toilet ini kan?"

"Ah i-iya, aku dihukum.. karena kesiangan tadi" jawab Chifuyu melas seraya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.

"Astaga bagaimana bisa. Kupikir kau murid yang teladan Chifuyu, Hahaha" kata Kazutora yang diakhiri dengan tawa candaan atau mungkin ejekan? entahlah, yang jelas Chifuyu tidak suka itu.

Ia hanya menanggapinya dengan tawa garing.

"Yasudah sini biar kubantu. Biar cepat selesai, kan" lanjutnya.

"Eh?!"

Chifuyu spontan menatap Kazutora tak percaya. Pikirannya langsung bergelut tentang maksud dari perilaku baik pria tersebut.

"Yang benar saja"

*****

"Seharusnya aku saja yaa yang tadi naik bus" ucap Kazutora disela-sela kesibukannya menyikat lantai WC.

Sebenarnya Chifuyu sudah menolak keras Kazutora yang ingin membantuinya. Apa kata dunianya nanti, jika tahu orang yang sedari tadi ia salahkan, sekarang malah membantunya. Tapi Kazutora malah bersikeras ingin membantu Chifuyu dengan alasan tidak tega melihat dirinya yang dihukum sendirian. Memang alasan yang menyebalkan. Tapi pada akhirnya Chifuyu menyerah untuk terus menolak dan mengizinkan Kazutora untuk membantunya, lagipun hal itu juga bisa mempercepat pekerjaannya.

"Kau bodoh ya, kalau kau yang naik bus, justru kau yang akan kesiangan"

"Tidak juga, aku sudah lumayan tahu daerah sini. Aku tidak akan tersesat"

Chifuyu sedikit membeku saat mendengar perkataan tersebut, agak menohok hatinya, kenyataannya tadi dia sendiri yang tersesat.

"Ahaha begitu ya" jawab Chifuyu seraya tertawa canggung.

Setelah itu, tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Walaupun sebenarnya banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin Chifuyu lontarkan. Seperti sejak kapan Kazutora mengenal kak Baji-nya? dan apa hubungan mereka sebenarnya? lalu kemana saja mereka berdua kemarin? atau bahkan hanya ingin tahu tentang jawaban Kazutora barusan. Kenapa bisa dia sudah mengenal daerah sini? padahal jika dipikirkan dia murid baru, dan baru masuk hari ini.

Tapi Chifuyu tetap milih diam, karena masalahnya ia belum terlalu dekat dengan si Kazutora ini. Ia tidak ingin dicap sebagai orang yang kepo, atau mungkin yang lebih parah dicap sebagai orang yang ingin mencampuri kehidupan orang lain.

You are Only Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang