II. Found

94 15 2
                                    

"Kau bisa tidur, nona. Jika sudah sampai akan aku bangunkan." Jeremy agak berteriak agar perempuan yang dibawanya dapat mendengarnya.

"Terima kasih, tuan." balas Selena tulus, matanya memang agak berat sejak meninggalkan kedai tadi. Perjalanan yang ditempuh pun masih sekitar dua jam lagi.

👑👑👑

"Nona Selena?"

Selena mengerjapkan matanya kemudian duduk tegak, "Apakah sudah sampai?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

"Belum, masih setengah jam lagi. Aku mampir membeli roti untuk sarapan, silahkan di makan, nona. Aku akan melanjutkan perjalanan agar saat kembali matahari tidak terlalu terik." jelas Jeremy sembari tersenyum.

Selena menerima sebungkus roti berisi selai stroberi dari tangan Jeremy, tak lupa menggumamkan terima kasih. Lelaki itu sungguh baik, Selena mengharap kebahagiaan untuk laki-laki itu.

Kereta kuda milik Jeremy mulai melanjutkan perjalanan, Selena memakan roti yang dibelikan Jeremy hingga habis tak bersisa tak lupa meminum air yang dibawanya dari istana.

30 menit terasa singkat, kereta kuda yang dibawa Jeremy sudah sampai di pasar Lochinver. Selena turun dibantu oleh Jeremy, bagaimana pun Jeremy paham etika jika berhadapan dengan wanita.

"Kali ini kau akan kemana? Mau ku antar hingga rumah saudaramu?" tanya Jeremy, Selena menggeleng cepat.

"Ah, tidak usah, tuan. Anda mengantar saya hingga sini pun sudah lebih dari cukup. Oh iya, berapa yang harus saya bayar?"

"Tidak usah membayar, tak apa. Baiklah kalau begitu, nona, aku pamit mencari ikan. Sampai jumpa!"

Jeremy berlari masuk ke dalam pasar, Selena ingin menghentikan langkah lelaki itu karena, hey! kenapa dia sangat baik? Wajahnya juga tampan, Selena sempat berpikir dia adalah pangeran dari negeri seberang.

"Ah... Sekarang aku harus kemana...." Selena berjalan menjauh dari pasar, dia melihat beberapa orang berjalan mengikuti jalan setapak. Sepertinya itu jalan menuju desa, pikirnya.

Gadis itu berjalan sambil sesekali mengeratkan jubahnya, pagi ini cukup dingin. Ketika melewati sekumpulan wanita tua yang sedang membeli sayuran, telinganya tak sengaja mendengar nama yang tak asing.

"Ku dengar anak perempuan Duke dari Conway melarikan diri dan katanya barang siapa yang menemukan anaknya, akan diberikan sekantong emas."

Selena semakin menutup wajahnya dengan tudung jubah, langkahnya pelan hingga kalimat seorang wanita tadi membuatnya ingin cepat-cepat pergi dari keramaian pasar.

"-di selebaran sayembara itu juga dikatakan, tak peduli dalam keadaan hidup atau mati, yang penting putrinya bisa kembali."

👑👑👑

Ketika mencapai hutan, Selena mempercepat langkahnya, kaki yang sebelumnya putih mulus kini sudah tergores kerikil dan ranting kayu. Merasa sudah jauh dari pedesaan, gadis berwajah cantik itu memilih duduk dan bersandar pada pohon pinus besar. Perutnya sejak tadi berbunyi minta diisi, Selena mengeluarkan sisa makanan yang sepertinya cukup mengganjal perutnya pagi ini. Beruntung juga air minumnya masih tersisa.

"Hah.... Akhirnya perutku bisa terisi." Saat menikmati makanan dengan tenang, Selena tak sengaja mendengar langkah kaki dari belakangnya. Badannya menegang, dia takut jika itu salah satu suruhan ayahnya. Sang gadis memilih diam agar keberadaannya tidak diketahui, setidaknya orang itu tak melewati pohon pinus tempatnya bersandar.

"Kemana perginya kelinci sialan itu! Ah... padahal aku sudah membayangkan akan membuat sup kelinci." suara berat dari belakangnya membuat Selena bergidik.

"Oh? Kau siapa?"

Sial, batin Selena. Tanpa menatap orang asing itu Selena bangun dari duduknya kemudian bersiqp berlari menjauh, namun sayangnya reflek yang dimiliki lelaki asing itu lebih cepat.

Lengan Selena dicengkram dengan kuat, tubuh yang tadi menegang langsung lemas. Kepalanya tiba-tiba saja terasa berkunang-kunang. Sepertinya ini akhir hidupku, batin Selena meringis.

"Hei nona, kau mau kemana?" tanya lelaki itu, tangannya masih mencengkram lengan Selena.

Selena memberanikan diri menoleh, matanya kini bisa melihat jelas lelaki yang menahannya.

"Perkenalkan aku Jaden, kau siapa?"

"A-aku...To-tolong aku-"

"Astaga!"

Lelaki pirang yang menyebut dirinya Jaden itu panik ketika gadis dihadapannya tiba-tiba pingsan. Di ambilnya barang-barang yang tadinya berada di sekitar Selena, kemudian tangannya mengangkat tubuh yang lebih kecil darinya itu.

Jaden membawa tubuh Selena menuju gubuk kecil di tengah hutan yang sudah ditempatinya sebagai rumah selama tujuh tahun.

"Kau jarang berbicara dengan banyak orang tapi malah membawa seorang gadis asing ke rumahmu, kerja bagus Jaden." lelaki berambut pirang itu bermonolog sambil menatap Selena yang sudah terbaring di kasurnya dengan wajah pucat.

👑👑👑

Jaden

Jaden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang