Pra-insiden

9 3 3
                                    

Esok harinya, aku terbangun dari tidurku. Setelah membereskan tempat tidur, aku turun menuju lantai satu bergegas menuju ruang tengah, ibu sedang menyiapkan beberapa sandwich dan juga coklat panas untuk kami.

Hari berlalu cepat dengan kami yang bercengkrama bersama di ruang tengah sembari menonton televisi. Sore hari, aku meninggalkan mereka dan pergi ke kamar, memakai mantel, sarung tangan dan juga penutup kepala untuk melindungiku dari dinginnya salju yang masih turun.

Aku meraih ponselku dan mengirimi pesan pada Shane, bertanya pada Shane soal agenda malam ini bersama Steve juga Casey.

Shane

Babe, kita jadi kan malam ini? : Chris|

|Shane : Tentunya, kau dimana?

Aku menuju ke rumahmu sekarang : Chris|

Setelah pesan terkirim aku bergegas menuju rumah Shane, berjalan di atas salju putih yang masih menyelimuti trotoar, bekas langkah ku pun seakan membuat rute dari rumahku menuju rumah Shane, namun harus terputus karena aku menyebrang jalan yang saljunya sudah dibersihkan.

Aku tiba didepan rumah Shane, membunyikan bel rumahnya untuk memberi tanda jika aku sudah tiba. Pintu terbuka dan terlihat Ayah Shane yang menyapaku.

"Hai Chris, masuklah," ucap Ayah Shane

"Tak perlu Yah, kami langsung pergi saja," sahut Shane dari belakang

"Kami pergi dulu," ucapku pada Ayah Shane

Kami berjalan berdua menuju dermaga, jam di layar ponselku menunjuk pukul 6 sore, aku meminta Shane untuk menelpon Casey soal acara malam ini, dan Shane memberi tahu jika mereka sudah tiba di dermaga baru saja.

10 menit berlalu, aku dan Shane tiba di dermaga, kami mencari keberadaan Steve dan juga Casey, mereka terlihat di pinggir dermaga. Aku menghampirinya lalu menepuk pundak Steve.

"Apa kalian tidak kedinginan?" tanyaku

"Hey!!" teriak Steve, "Oh kalian, aku kira siapa, tentu dingin," lanjut Steve

"Ayo ke bar, kita menghangatkan diri sembari menunggu," sahut Shane

Kami berjalan menuju kedai yang selalu kami datangi bersama. Kami menunggu acara utama dimulai, karena cuaca dan kondisi tidak memungkinkan untuk merayakannya diluar, maka acara dilaksanakan didalam kedai.

Pukul 20.00 acara dimulai dengan sambutan sang pemilik kedai dan sedikit khotbah dari salah satu pendeta gereja di dekat kedai. Setelah semua sambutan selesai, seisi kedai bernyanyi bersama dan hanya ada canda tawa di dalam sini.

Acara berlangsung hingga larut malam, Shane menyenggolku, ia memberi tahu jika sedari tadi ponsel ku berbunyi. Sebuah telepon masuk dari Jeane.

"Ya hallo, kenapa?" tanyaku

"kamu dimana, ini Ayah."

"Aku di dermaga bersama teman-temanku juga Shane."

"Pulang sekarang, ajak Shane, suruh dia tidur dirumah kita dahulu," ucap Ayah

"Ada apa memangnya?"

"Turuti kata Ayah dan jangan membantah, akan ada badai malam ini."

Aku menutup telepon dan menceritakan pada Shane apa yang Ayah katakan, Shane menyetujui, lalu kami mencari Steve dan juga Casey, sekian menit mencari dan tak menemukan mereka, aku bertanya pada beberapa orang yang kenal dengan mereka, dan semua yang kami tanyai tidak melihat atau mengetahui keberadaan mereka.

Aku memutuskan untuk pulang berdua dengan Shane, aku berpikir jika mereka sudah pulang terlebih dahulu. Tepat sebelum keluar kedai, Shane menarik tanganku.

"Ada apa Shane?"

"Coba kau telpon Steve, aku sudah menelepon Casey tapi tidak ada jawaban," ucap Shane

"Sebentar."

Aku mengeluarkan ponselku dan mencoba menelepon Steve berulang kali, dan sama saja, tidak ada jawaban dari Steve, aku mengirim pesan padanya untuk mengabari ku segera.

"Ayo kita pulang," ajakku

Kami berlari kecil sembari ditemani salju yang mulai turun dengan lebat, aku tetap menggenggam tangan Shane hingga kami sampai dirumah. Tanpa mengetuk pintu, aku langsung masuk kedalam rumah, Ayah, Ibu, dan Jeane kompak melihat kami dengan jaket sudah dihiasi oleh salju.

"Cepat ganti mantel kalian, ibu buatkan minuman hangat," ucap ibu

"Aku mau menelpon rumah dulu," sahut Shane

"Tak perlu, Ayah sudah memberi kabar keluargamu," jawab Jeane

Aku mengajak Shane ke kamarku untuk memakai mantelku. Malam ini setelah kami makan, aku dan Shane pun tidur dikamar ku.


0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang